Sumsel  

Kurvanya Melandai Bukti Kasus Covid-19 di OKI Terkendali, Zona Hijau Menanti, Tapi Penuhi Dulu Syaratnya Ungkap Gugus Tugas

Pingintau.id – Sekretaris Gugus Tugas penanganan Covid-19 Kabupaten OKI, Listiadi Martin mengungkapkan perkembangan kasus Covid-19 di Ogan Komering Ilir (OKI) cukup terkendali dan harus dipertahankan secara maksimal.

“Tugas besar kita sekarang mempertahankan kurva yang tengah melandai ini,” ujar Listiadi pada Rapat Koordinasi Analisis Evaluasi Penanganan Covid-19 di Kantor BPBD OKI, Kamis, (23/9/21).

Listiadi mengungkapkan seiring pembukaan aktivitas sosial ekonomi masyarakat yang mengabaikan protokol Kesehatan bisa memacu potensi gelombang ke tiga ditambah lagi kehadiran varian baru.

“Untuk itu, kita perlu sama-sama mengantisipasi lonjakan kasus COVID-19 yang bisa dipicu oleh peningkatan mobilitas masyarakat. Penerapan protokol kesehatan harus selalu diterapkan untuk menghindari risiko lonjakan kasus,” ujar dia.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten OKI, melalui Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinkes OKI, Mukti Uli Artha memaparkan berdasarkan hasil evaluasi Satgas Covid-19, tingkat transmisi komunitas dalam rentang waktu 1 kali masa inkubasi (dua pekan) terakhir masuk ke dalam level 1.

“Dengan penentu tingkat klasifikasi transmisi komunitas penilaian kasus konfirmasi kurang dari 20 kasus, pasien rawat inap kurang dari 5 dan kematian kurang dari 1” jelas Uli.

Jika dalam masa 2 pekan bisa mempertahankan kondisi ini jelas Uli, OKI bisa turun dari zona kuning ke hijau. Sementara keterisian tempat tidur di RS rujukan Covid-19 (RSUD Kayuagung) juga mengalami penurunan diangka 9 persen. Untuk mendukung Herd Imunity jajaran Pemkab OKI, TNI dan Polri terus mengebut vaksinasi Covid-19.

“Sasaran vaksin Covid-19 mencapai 577.930 sasaran atau mencapai 60 persen jumlah penduduk untuk membentuk herd imunity” terangnya.

Selain mengejar vaksinasi, tambah dia pemerintah juga memperkuat upaya penanganan pandemi dengan memperkuat deteksi dini melalui peningkatan tes epidemiologi, meningkatkan rasio kontak erat yang dilacak, dan surveilans genomik di daerah-daerah yang berpotensi mengalami lonjakan kasus.[***]