Sumsel  

Tingkatkan Produksi Pangan, Gubernur Sumsel Maksimalkan Bidang Pertanian

Pingintau.id – Gubernur Sumsel H Herman Deru kian gigih mengupayakan berkembangnya serta meningkatnya produksi pangan di Sumsel.

Bahkan sejumlah usulan hingga terobosan yang berpotensi pada kemajuan sektor pangan khususnya beras di Sumsel terus dilakukan hingga saat ini.

Hasilnya, dalam waktu tak kurang dari 4 tahun masa kepemimpinnya, Sumsel pun menduduki peringkat 5 besar sebagai provinsi penghasil padi terbesar di Indonesia.

“Saya pastikan Sumsel tidak main-main dalam hal pangan ini. Pada awal menjabat sebagai Gubernur, produksi beras di Sumsel ini hanya menduduki peringkat 8 besar, namun saat ini meningkat ke 5 besar. Artinya, Sumsel ini betul-betul serius untuk memajukan pangan ini,” kata Herman Deru, ketika FGD kewajaran harga produk di petani dan konsumen yang menjamin keberlanjutan pangan, di Hotel Santika Premiere Palembang, Selasa (28/2).

Menurutnya, keberhasilan Sumsel dalam mendongkrak produksi beras tersebut merupakan peran semua pihak.

“Sinergitas di Sumsel ini sangat kuat. Mulai dari petani hingga pemerintah serta pihak lainnya. Komitmen memajukan pangan di Sumsel masih terus dilakukan hingga saat ini,” terangnya.

Bahkan untuk menjaga semangat para petani, lanjutnya, Pemprov Sumsel pun menyerap beras hasil petani di Sumsel melalui Bulog. Dimana beras yang diserap tersebut diberikan kepada ASN di lingkungan Pemprov Sumsel.

“Memang jumlah yang diserap hanya beberapa ton, tapi yang jelas ini untuk menjaga psikologi petani agar merasakan jika pemprov ini peduli,” paparnya.

Namun, sambungnya, yang menjadi persoalan para petani adalah mereka masih merasa menjadi buruh di lahannya sendiri.

“Inilah yang masih kita upayakan. Petani ini masih merasa menjadi buruh di lahannya, karena memang hasil yang didapat petani jauh dari kata cukup,” tuturnya.

Sebab itulah, Herman Deru menginginkan agar semua pihak termasuk pemerintah pusat berupaya terus membantu para petani tersebut. Salah satunya yakni mencari cara agar biaya produksi dapat menjadi rendah dan menaikkan harga jual.

“Tugas kita adalah bagaimana biaya produksi bisa ditekan dan meningkatnya harga. Tapi memang untuk meningkatkan harga ini tidak main-main karena akan berdampak bagi masyarakat lainnya,” jelasnya.

Untuk itu, dia meminta agar pola pemberian subsidi di sektor pertanian ini dapat diatur, sehingga dampaknya bisa terasa.

“Saya sempat menyatakan agar formula subsidi diubah. Selama ini subsidi diberikan untuk pupuk, namun masih banyak petani yang kekurangan pupuk tersebut. Coba diubah subsidi ke berasnya. Namun saat ini pemerintah sudah menaikan kuota pupuk 100 persen. Dan ini diharapkan baik bagi petanian,” imbuhnya.

Kebijakan tersebut memang terdapat kendala bagi para petani. Dimana petani harus mendaftar di E-Katalog agar bisa mendapatkan pupuk tersebut.

“Memang petani sempat kebingunagan mendaftar E-Katalog, karena tidak semua petani memiliki ponsel pintar. Inilah peran para penyuluh yang diangkat Pemprov Sumsel, mereka akan membantu petani untuk mendaftar,” bebernya.

Dia berharap, kedepan pemerintah dapat memberikan jaminan harga terhadap beras dari para petani.

“Upaya yang dilakukan pemerintah pusar selama ini melalui program Serasi sudah baik. Namun berapa banyak lahan pertanian untuk terus ektensifikasi. Menurut saya lebih baik kita fokus untuk intensifikasi produksi pertanian. Caranya yakni dengan infrastuktur yang baik mulai dari irigasi hingga akses distribusinya,” timpalnya.

Sementara itu, Kepala Badan Ketahanan Pangan Nasional Arif Prasetyo Adi mengatakan, keseriusan Sumsel dalam meningkatkan produksi pertanian memang sudah tak diragukan.

Bahkan, dia menyebut jika Sumsel merupakan salah satu daerah lumbung pangan di tanah air.

“Sumsel ini penghasil padi yang bagus, bahkan peringkat 5 penghasil padi dan menjadi lumbung pangan. Langkah Sumsel ini memang harus terus didorong sehing dapat terus meningkat,” katanya.

Untuk itu, dia menyarankan agar Bulog pro aktif menyerap beras dari para petani di Sumsel.(***)