Pingintau.id – Waktu itu sekitar pukul 13.00 WIB udara di luar memang panas. Namun beda bila berada di lorong tidak terkena sinar matahari yang kondisinya redup.
Walaupun demikian tidak menyurutkan tekad untuk mencoba menelusuri lorong bekas lift yang menghubungkan Hotel dengan JCC tersebut.
Saya waktu itu berdua dengan teman setia dari Bengkulu (Mang Zul) untuk menelusuri lorong yang pengap karena sudah lama tidak terkena sinar matahari tersebut.
Kami mencoba melangkah untuk menelusuri liff yang sudah lama tidak berfungsi tersebut.
Bau pengap dan menyengat memang tidak asing lagi di
lorong yang tidak ada lampu tersebut tetapi kami tetap melangkah untuk mencoba sekaligus melihat kondisi lorong tersebut.
Di lorong tersebut bukan hanya pengap tetapi juga banyak ditemukan kelelawar termasuk jaring laba-laba.
Namanya lorong gelap tidak pernah dilewati sehingga wajar bila banyak kelelawar termasuk binatang melata lainnya.
Perjalanan kami memang tidak terasa karena sambil melangkah kami berdua bersenda gurau untuk menghilangkan rasa jenuh.
Lorong yang panjang kurang dari satu km tersebut memang tidak ada yang unik, hanya saja
gelap dan dipenuhi jaring lawa lawa.
Memang lorong tersebut berbelok dalam menuju JCC yang rutin dilakukan pertemuan dan pameran tersebut.
Perjalan yang asing bagi masyarakat perkotaan tersebut bagi kami punya kesan tersendiri karena ini pengalaman pertama dalam melakukan tugas jurnalistik.
Sepertinya sebentar lagi kita sampai mang karena sudah ada sinar dari atas, kata teman dari Bengkulu itu membuka kesunyian.
Ya, itu mang ada lobang untuk naik keatas dan ini berarti bentar lagi kita sampai.
Tidak berapa lama sekitar tiga menit kami sudah sampai di pintu lorong JCC dan setelah sampai kami naik keatas.
JCC sendiri waktu itu ada pameran kami istirahat sebentar setelah itu melihat pameran.