Pingintau.id – Kota Palembang tengah bersiap menyambut tamu istimewa, Ketua Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) RI, Selvi Gibran, yang juga merupakan istri Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka. Kehadiran Selvi dijadwalkan pada 1–2 Agustus 2025, dalam rangkaian acara Swarna Songket Nusantara yang digelar di ikon kota, Benteng Kuto Besak (BKB).
Acara prestisius ini menjadi momen emas untuk memperkenalkan warisan tenun songket Palembang ke panggung nasional, sekaligus menunjukkan geliat UMKM dan kekuatan ekonomi kreatif Bumi Sriwijaya.
Rapat pemantapan kunjungan digelar di Ruang Parameswara Setda Palembang, dipimpin Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra Ichsanul Akmal, bersama perwakilan Setwapres RI, TP PKK Kota Palembang, Dekranasda Provinsi dan Kota, serta jajaran OPD strategis.
Selvi Gibran direncanakan akan meresmikan Sriwijaya Expo, mengunjungi UMKM, menghadiri fashion show, dan malam budaya yang menampilkan kekayaan kain dan seni lokal. Bahkan, ada wacana kunjungan ke Griya Kain Tuan Kentang di Kecamatan Kertapati, pusat edukasi dan pelestarian kain tradisional Palembang.
“Kita ingin memastikan kunjungan ini berjalan lancar dan berkesan, sekaligus mengangkat UMKM lokal kita ke level yang lebih tinggi,” ujar Ichsanul Akmal.
Sementara itu, Ketua Dekranasda Palembang Dewi Sastrani Ratu Dewa menegaskan pentingnya keterlibatan aktif seluruh OPD sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing.
“Saya minta semua fokus menyukseskan Swarna Songket Nusantara. Ini bukan sekadar acara seremoni, tapi juga etalase budaya dan ekonomi kreatif Palembang di mata nasional,” tegas Dewi Sastrani, yang juga Ketua TP PKK Kota Palembang.
Kegiatan ini turut melibatkan para istri menteri kabinet yang tergabung dalam Seruni (Solidaritas Perempuan untuk Indonesia), menambah semarak dan bobot acara.
Dengan semangat kolaborasi, Palembang tak hanya siap menyambut tokoh nasional, tetapi juga siap mempersembahkan yang terbaik dari warisan budaya dan karya anak negerinya. Swarna Songket Nusantara bukan hanya panggung tenun emas, tetapi juga simbol kebangkitan ekonomi lokal berbasis budaya. (***)
