Pingintau.id, Kebumen – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berkolaborasi dengan Komisi VII DPR RI menyelenggarakan pelatihan Proses Pengolahan Tepung Pisang di Kebumen, pada Sabtu (15/10) lalu. Anggota Komisi VII DPR RI, Rofik Hananto mengapresiasi para peneliti BRIN yang turun langsung ke masyarakat sebagai bentuk pengabdian para periset Indonesia untuk mengenalkan hasil-hasil risetnya dan bermanfaat untuk masyarakat. “Ini adalah sebuah pelatihan yang sangat menarik, kita tahu bahwa produk pisang sangat melimpah bahan bakunya di Kabupaten Kebumen,” ujar Rofik.
Ia berharap dengan adanya pelatihan ini pisang tidak hanya dijual sebagai produk yang biasa saja, tetapi dapat menjadikan pisang sebagai produk tepung yang lebih ekonomis, tahan lama, mudah dijual dan sangat menguntungkan.
Senada dengan Rofik, Anggota DPRD Kabupaten Kebumen, Agus Supriyanto mengharapkan ilmu yang diperoleh dari pelatihan tersebut dapat bermanfaat. “Semoga bisa menumbuhkan pengusaha-pengusaha baru dan bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari,” papar Agus.
Dalam pelatihan ini Peneliti Pusat Riset Teknologi Tepat Guna, Rima Kumalasari menyampaikan bahwa buah pisang banyak mengandung protein yang kadarnya lebih tinggi daripada buah-buahan lainnya. Namun buah pisang memiliki kelemahan yaitu mudah busuk. “Untuk mencegah pembusukan dapat dilakukan pengawetan, misalnya dibuat dalam bentuk biskuit, keripik, dodol, sale, anggur, dan lain-lain,” jelas Rima.
Ia mencontohkan pisang nangka yang umumnya mempunyai rasa agak masam, sehingga jarang disajikan sebagai pencuci mulut. “Rasa asam inilah yang membuat nilai ekonomisnya rendah dibandingkan dengan jenis pisang lainnya seperti pisang ambon, pisang raja emas, pisang uli, pisang tanduk, dan lain-lain,” tambahnya.
Nilai ekonomis pisang nangka dapat ditingkatkan dengan mengolahnya menjadi tepung. Menurut Rima, tepung pisang adalah hasil penggilingan buah pisang kering (gaplek pisang). Tepung pisang biasanya terbuat dari pisang tua yang belum matang (mengkal). “Tahapan proses pembuatan tepung pisang mengkal secara rinci meliputi pengupasan, perendaman, pencucian, penirisan, pengeringan, penggilingan atau penepungan, pengayakan dan pengemasan,” paparnya.
Selain itu, dapat pula dikembangkan tepung pisang masak (ripe banana powder) yang merupakan modifikasi proses pembuatan tepung pisang menggunakan pisang masak. “Produk ini diharapkan dapat meningkatkan daya terima konsumen terhadap tepung pisang,” ujarnya optimis.
Ia menambahkan, tahapan proses pembuatan tepung pisang matang secara rinci meliputi pengupasan, pengirisan, perendaman, pencucian, penirisan, pengukusan, pengeringan, penggilingan atau penepungan, pengayakan, dan pengemasan.
“Setelah praktik bersama harapannya para peserta sekalian ada yang melanjutkan teknologi ini di rumah atau bisa juga berkelompok yang bisa kita aplikasikan,” tambah Rima.[***]