Pingintau.id, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), selain melaksanakan kegiatan penyelidikan dan pelayanan di bidang esdm, juga melakukan kegiatan mitigasi bencana geologi. Dalam enam bulan pertama tahun 2022, Badan Geologi telah memberikan berbagai rekomendasi kepada Pemerintah Daerah terkait potensi-potensi kebencanaan, baik letusan gunungapi, gerakan tanah, gempa bumi, dan tsunami.
Sekretaris Badan Geologi Ediar Usman mengatakan, bahwa untuk melakukan mitigasi kebencanaan geologi, Badan Geologi melakukan pemantauan visual dan instrumental terhadap letusan gunungapi dan gerakan tanah. Sementara untuk potensi gempa bumi dan tsunami, Badan Geologi bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimantologi, dan Geofisika (MBKG) dalam melakukan analisis geologi dan penanggulangannya.
“Semua data yang berkaitan dengan evaluasi geologi dan pemantauan terhadap potensi letusan gunungapi dan gerakan tanah disampaikan langsung kepada pemda dan juga pihak terkait lainnya di daerah. Selanjutnya data-data tersebut dapat disampaikan kepada masyarakat setempat,” ujar Ediar pada Konferensi Pers Informasi Kebencanaan Geologi Semester I Tahun 2022 secara daring, Kamis (4/8).
Senada, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Hendra Gunawan menyampaikan bahwa informasi yang diberikan oleh Badan Geologi kepada Pemerintah Daerah sifatnya adalah rekomendasi.
“Badan Geologi selalu memberikan rekomendasi ke semua daerah di Indonesia. Kami memberikan peta potensi gerakan tanah, yakni daerah mana saja yang berpotensi terjadi gerakan tanah ke depan. Di awal bulan, rekomendasi selalu dikirimkan. Badan Geologi juga memberikan rekomendasi terkait tempat relokasi dan saran teknis kepada Pemerintah Daerah apabila terjadi gerakan tanah,” sambung Hendra.
Hendra pun mengimbau kepada Pemerintah Daerah untuk selalu mengikuti rekomendasi yang diberikan oleh Badan Geologi, supaya langkah-langkah mitigasi bencana geologi dapat berjalan optimal dan meminimalisasi jatuhnya korban jiwa dan harta benda.
“Badan geologi akan terus berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) karena penanggulangan bencana tidak dapat dilakukan sendirian. Selain itu, koordinasi juga dilakukan dengan BMKG dalam menangani mitigasi gerakan tanah maupun gempa bumi dan tsunami, di mana kami memerlukan data sekunder dari BMKG dan Badan Riset Nasional (BRIN). Kami berharap kerja sama berjalan dengan baik, sehingga menghindari adanya korban dan dapat mengantisipasi daerah-daerah yang berpotensi,” tegas Hendra.
Mitigasi Bencana Geologi Semester I 2022
Pada periode Januari hingga Juni 2022, terdapat 9 gunung api yang mengalami erupsi, baik eksplosif maupun efusif, yaitu: Gunungapi Dempo, Merapi, Semeru, Anak Krakatau, Ili Lewotolok, Soputan, Karangetang, Ibu, dan Dukono. Terdapat 2 gunung api yang erupsinya disertai awan panas, serta 3 gunung api yang aktivitasnya disertai guguran lava. Saat ini terdapat 5 gunung api dengan tingkat aktivitas Level III atau SIAGA, yaitu: Anak Krakatau, Merapi, Semeru, Ili Lewotolok dan Awu; 15 gunung api di Level II atau WASPADA; dan 48 gunung api di Level I atau NORMAL. Dan sebagai tambahan, pada tanggal 28 Juli 2022, tingkat aktivitas G. Raung yang berada di Provinsi Jawa Timur naik dari Level I (Normal) menjadi Level II (Waspada).
Selain itu, telah terjadi 10 kejadian gempa bumi merusak, yakni di Tobelo, Pandeglang, Kep. Talaud, Pasaman Barat, Sukabumi, Seram Barat, Kendari, Halmahera Utara, Maluku Barat Daya, dan Mamuju. Sebagai upaya mitigasi, Badan Geologi telah melakukan kegiatan tanggap darurat atau kaji cepat untuk memetakan dan menganalisis dampak gempa bumi serta memberikan rekomendasi teknis mitigasi bencana gempa bumi. Selain gempa bumi, pada bulan Januari hingga Juni 2022 di seluruh Indonesia telah terjadi 318 kejadian gerakan tanah. Gerakan tanah adalah bencana geologi yang paling sering terjadi di Indonesia, khususnya di musim penghujan.
Untuk melakukan mitigasi terhadap bencana geologi, selama enam bulan pertama tahun 2022, Badan Geologi telah melakukan berbagai kegiatan terkait upaya mitigasi bencana geologi. Selain pemantauan gunung api, telah dilakukan juga 13 kegiatan Tanggap Darurat, pemetaan 1 Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Api, pemetaan 2 Peta Geologi Gunung Api, dan 2 revisi Peta KRB Gunung Api. 33 rekomendasi terkait aktivitas gunung api di atas normal, 307 VONA, 2 instalasi peralatan pemantauan gunung api, dan 3 optimalisasi peralatan pemantauan gunung api.
Dalam mitigasi gempa bumi dan tsunami telah dilakukan 2 kegiatan Tanggap darurat, 7 kegiatan Pasca Bencana, 2 penyelidikan Mikrozonasi Gempa Bumi, pemetaan 1 Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gempa Bumi, pemetaan 1 Peta KRB Tsunami, 1 kegiatan sosialisasi, 1 optimalisasi peralatan monitoring sesar aktif, dan 22 rekomendasi.
Hendra menambahkan, upaya mitigasi bencana geologi ini di antaranya bermanfaat untuk memberikan arahan kepada Pemerintah Daerah dan memberi kepastian terkait tindak lanjut kebijakan Pemerintah Daerah dalam pemberian pelayanan kebencanaan. Selain itu juga terdapat rekomendasi pembangunan kembali daerah bencana dan lahan relokasi pasca bencana.
“PVMBG juga tetap melakukan pendampingan dalam penyusunan rencana kontingensi, edukasi kepada masyarakat, serta penyusunan kebijakan terkait tata ruang, peta risiko, dan lain-lain. Manfaat dari mitigasi bencana geologi akan semakin terasa dengan adanya penguatan jejaring kerja antar kementerian dan lembaga terkait, serta pemerintah daerah,” pungkas Hendra. (DKD).[***]