Pingintau.id, – Dari pada bengong sendiri di siang ini, mendingan ente baca buku, atau buka -buka di di media online, tapi bacanya jangan porsi serius, cukup yang ringan-ringan aja, kan, tujuan cuma sekilas, sembari nunggu kerjaan.
Nih, ada cerita politik, tapi cuma banyolan, bukan serius, tokohnya dan semuanya pun hanya fiksi…He…he… yang penting bisa menghibur ente-ente semua.
Begini ceritanya, di sebuah negara bernama Pundarika, terdapat dua politisi terkenal yang selalu bersaing satu sama lain.
Nama mereka adalah Pak Eko dan Pak Joko. Keduanya merupakan anggota partai politik yang berbeda dan selalu berusaha untuk mendapatkan suara yang lebih banyak dalam setiap pemilihan.
Suatu hari, mereka berdua berhadapan dalam sebuah debat politik dihadapan publik yang sangat besar. Pertanyaan pertama diajukan kepada Pak Eko. Moderator bertanya, “Pak Eko, jika Anda terpilih menjadi presiden, apa yang akan Anda lakukan untuk meningkatkan perekonomian negara ini?”
Pak Eko dengan percaya diri menjawab, “Tentu saja, saya akan menerapkan kebijakan ekonomi yang inovatif. Saya akan memastikan adanya program-program investasi yang menarik bagi perusahaan asing untuk masuk ke negara kita. Dengan begitu, lapangan kerja akan tercipta, dan perekonomian akan tumbuh pesat.”
Setelah mendengar jawaban Pak Eko, giliran Pak Joko untuk menjawab pertanyaan yang sama. Pak Joko tersenyum dan berkata, “Saya setuju dengan Pak Eko. Namun, saya akan melangkah lebih jauh. Saya akan membuat program khusus untuk menghasilkan uang dari sumber daya alam yang melimpah di negara kita. Kami akan mencetak uang dari batu bata dan menyelesaikan semua masalah keuangan kita!”
Mendengar jawaban itu, publik terbelah antara tertawa dan bertanya-tanya apakah Pak Joko benar-benar serius. Tetapi Pak Joko tidak kehabisan akal. Ia menambahkan, “Tentu saja, saya bercanda. Saya hanya ingin melihat apakah kalian semua benar-benar mendengarkan atau tidak!” Publik pun melepaskan tawa yang meriah.
Debat politik tersebut berlanjut dengan pertanyaan dan jawaban yang serius, tetapi di akhir debat, Pak Eko dan Pak Joko saling berjabat tangan dengan sportifitas dan mengatakan, “Meskipun kita bersaing, tetapi pada akhirnya kita semua ingin yang terbaik untuk negara ini.”
Cerita ini menggambarkan suasana politik yang kadang-kadang penuh dengan retorika dan janji-janji yang terlalu fantastis. Namun, di balik persaingan politik, semangat untuk memajukan negara tetap ada.[***]