Pingintau.id, – Bayangkan dunia di mana perempuan dan anak merasa aman, dihargai, dan dilindungi di setiap sudut kehidupan. Kedengarannya seperti utopia? Eits, nggak usah khawatir, karena Indonesia mulai melangkah ke arah itu! Pada 21 April 2025, Kementerian Agama (Kemenag) dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), bersama 14 kementerian lainnya, menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) yang bukan cuma sekadar formalitas, tapi langkah besar untuk memperjuangkan hak-hak perempuan dan anak di seluruh Indonesia.
Bukan hanya sekadar kerja sama, tetapi sebuah sinergi luar biasa yang siap mengguncang dunia kebijakan dengan komitmen kuat untuk mendorong kesetaraan gender dan perlindungan anak. Jangan salah, ini bukan sekadar “salam tempel tangan” di meja rapat, tetapi gerakan yang bisa mengubah wajah Indonesia dengan lebih banyak ruang yang ramah dan melindungi perempuan serta anak, dari desa hingga kota.
Dan ini bukan cuma tentang kebijakan dan angka! Melalui program Ruang Bersama Indonesia, kita akan menyaksikan bagaimana desa-desa dan kelurahan-kelurahan menjadi tempat yang lebih aman dan inklusif untuk perempuan dan anak, mengubah mereka dari pihak yang rentan menjadi pihak yang dihargai. Ini adalah langkah yang harus kita dukung bersama.
Dengan semangat sinergi antar kementerian dan lembaga, serta landasan nilai agama yang kuat dari Kemenag, kita semakin dekat pada Indonesia yang lebih ramah, lebih peduli, dan tentu saja, lebih ceria! Sinergi ini membuka peluang untuk memperkuat komitmen bersama menuju masa depan yang lebih adil dan sejahtera bagi perempuan dan anak-anak di Indonesia. Jangan cuma jadi penonton, mari kita jadi bagian dari perubahan ini.
Tapi, mari kita pikirkan sebentar kenapa sinergi itu penting? Bayangkan, kalau satu kementerian saja berusaha keras tanpa dukungan kementerian lain, hasilnya mungkin bisa sebesar biji jagung. Tapi kalau 15 kementerian dan lembaga saling bahu-membahu, bisa dibayangkan betapa besar pengaruh positif yang akan tercipta. Kesetaraan gender dan perlindungan anak bukan hanya tentang mengubah kebijakan besar, tapi juga menciptakan budaya yang mendukung perempuan dan anak di setiap aspek kehidupan.
Menteri PPPA, Arifah Fauzi, dalam sambutannya menekankan pentingnya melibatkan berbagai kementerian dalam merancang kebijakan yang tidak hanya relevan di tingkat pusat, tetapi juga bisa sampai ke daerah-daerah. Salah satu program unggulan kementeriannya, Ruang Bersama Indonesia, merupakan kelanjutan dari program Desa/Kelurahan Ramah Perempuan dan Anak yang sebelumnya sudah berjalan.
Kini, dengan pendekatan yang lebih luas dan terintegrasi, program ini diharapkan bisa menguatkan masyarakat dari desa hingga kota. Dan tentu saja, Kemenag tak ketinggalan. Sebagai bagian dari misi untuk memperkuat nilai-nilai keagamaan, Kemenag berkomitmen untuk mengintegrasikan semangat kesetaraan dan perlindungan anak dalam kebijakan dan program kerjanya, mulai dari sekolah hingga layanan keagamaan.
Jika, program ini berhasil meresap hingga ke seluruh lapisan masyarakat. Desa-desa dan kelurahan yang ramah terhadap perempuan dan anak bisa jadi lebih banyak, bahkan di daerah-daerah yang selama ini terpencil. Bisa jadi, ini akan menjadi revolusi kecil di level komunitas yang berdampak besar, mengubah cara pandang dan budaya masyarakat terhadap perempuan dan anak. Semakin banyak ruang untuk berdiskusi, berbagi, dan mengatasi masalah, semakin kuat pula rasa saling peduli di antara kita.
Dan, siapa bilang kita nggak bisa belajar dari negara-negara yang sudah lebih dulu melangkah jauh, seperti Swedia dan Norwegia, pemerintah mereka sudah lebih dulu mengintegrasikan kesetaraan gender dalam setiap kebijakan nasional dan lokal. Di sana, perempuan dan anak bukan hanya dilindungi, tetapi diberi ruang untuk berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Dengan program Ruang Bersama Indonesia, Indonesia pun bisa menuju arah yang sama, mungkin bahkan lebih keren dengan cara kita sendiri yang penuh warna.
Semangat kolaborasi yang ditunjukkan oleh Menteri PPPA Arifah Fauzi, yang didukung Menko PMK Pratikno dan berbagai menteri serta pejabat tinggi lainnya, menunjukkan bahwa ini bukan hanya soal teori, melainkan aksi nyata. Melalui kebijakan ini, harapannya bukan hanya di tingkat pusat saja, tetapi juga di daerah, provinsi, hingga kabupaten/kota, semuanya bergerak ke arah yang sama melindungi perempuan dan anak, serta mendorong kesetaraan gender di seluruh aspek kehidupan.
Jadi, siap-siap untuk melihat perubahan besar! Indonesia, dengan sinergi antar kementerian ini, sedang mempersiapkan gado-gado penuh cita rasa yang siap dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. Dan ini bukan hanya soal kebijakan pemerintah, tetapi soal masyarakat yang lebih peduli, lebih inklusif, dan lebih siap menyambut masa depan yang lebih cerah. Sungguh, kolaborasi ini akan memberi dampak yang luar biasa.
Inilah saatnya bagi kita semua untuk tidak hanya menunggu perubahan, tetapi untuk turut serta dalam proses transformasi ini. Kerjasama ini adalah momentum untuk memastikan bahwa setiap perempuan dan anak mendapatkan hak yang layak, dilindungi, dan dihargai. Jika setiap kebijakan dapat dijalankan dengan sinergi seperti yang dilakukan oleh Kemenag dan KemenPPPA, maka tak ada yang mustahil. Mari kita semangatkan sinergi ini, karena ketika kementerian dan lembaga bersatu, tidak ada yang tidak bisa kita capai. Siap-siap menyambut Indonesia yang lebih ramah, lebih peduli, dan tentu saja, lebih ceria!.[***]