Tingkatkan Ketahanan Pangan, Pemerintah Maksimalkan Pembangunan Bendungan

Pingintau.id – Dalam meningkatkan ketahanan pangan pemerintah terus membangun bendungan dan beberapa waktu lalu Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau Bendungan Sindangheula yang terletak di Kabupaten Serang, Banten. Presiden dalam kunjungannya didampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono. Mereka berdua berdiskusi mengenai manfaat dari kehadiran bendungan-bendungan di Indonesia yang diantaranya untuk meningkatkan ketahanan pangan.

Kementerian PUPR terus mengejar target pembangunan 61 bendungan sampai 2024. Menurut Menteri Basuki, sampai saat ini sudah ada 29 bendungan yang tuntas. Sedangkan 32 bendungan lainnya, masih dalam proses pembangunan. Menteri Basuki menyatakan, kehadiran bendungan itu telah meningkatkan indeks pertanaman, sehingga hasil produksi beras secara nasional meningkat.

“Dalam tiga tahun terakhir, Indonesia surplus beras sekitar 3 juta ton dan tidak impor beras lagi,” kata Menteri Basuki, dalam siaran persnya, 18 Juni 2022.

Menteri Basuki menjelaskan, kehadiran bendungan di seluruh tanah air telah meningkatkan indeks pertanaman, dengan rata-rata nasional menurut Badan Pusat Statistik (BPS), berada di angka 147 persen. Nilai indeks tersebut diharapkan dapat terus naik apabila sejumlah proyek pembangunan bendungan telah selesai.

“(Kehadiran bendungan) meningkatkan indeks pertanaman yang sekarang ini rata-rata nasional BPS, 147 persen, dengan 231 bendungan. Jadi dengan tambahan 61 bendungan bisa menjadi 200 persen,” ujar Menteri Basuki.

Indeks Pertanaman (IP) adalah hasil dari perbandingan antara jumlah luas pertanaman dalam pola tanam selama setahun dengan luas lahan yang tersedia untuk ditanami.

Selain itu, tambah Menteri Basuki, kehadiran bendungan juga berpengaruh terhadap hasil produksi pangan tanah air. Menteri Basuki menyebutkan, dengan indeks pertanaman 147 persen, hasil produksi beras secara nasional mencapai 31 juta ton, melebihi kebutuhan konsumsi nasional.

“Padahal konsumsinya 28 juta ton. Jadi make sense, kenapa tiga tahun ini tidak impor (beras),” katanya.

Basuki memang berharap, kehadiran sejumlah bendungan yang masih dalam proyek pembangunan itu senantiasa dapat meningkatkan indeks pertanaman. Sehingga produksi beras nasional dapat mencapai 40 juta ton pada 2045.

“Jadi nanti 2045 kalau bisa sampai 200 (persen), itu bisa produksi 40 juta ton. Surplusnya bisa sampai 10 juta (ton),” katanya.

Selain bendungan, Kementerian PUPR juga melakukan pekerjaan rehabilitasi 3,02 juta ha jaringan irigasi dan pembangunan 1,01 juta ha jaringan irigasi baru. Seluruh infrastruktur ini akan mendukung sentra produksi tanaman pangan, khususnya untuk tujuh komoditas utama yaitu beras, jagung, kedelai, bawang merah, bawang putih, cabai, dan sorgum.

Pemerintah juga tengah mengembangkan beberapa sentra produksi tanaman pangan melalui pengembangan food estate, yakni di Sumatra Utara (Humbang Hasundutan) dengan target luasan 20.000 ha dengan komoditas bawang merah dan bawang putih, dan Kalimantan Tengah (Kapuas) dengan target luasan 29.000 ha dengan komoditas utama padi dan jagung.

Selain itu juga ada di Nusa Tenggara Timur (Sumba Tengah, Belu, Waingapu) dengan target luasan 10.000 ha dengan komoditas padi, jagung, dan sorgum, khususnya di Waingapu. Di Papua dengan target luasan 210.000 ha di Merauke untuk komoditas padi, dan 3.000 ha di Kabupaten Keerom/Jayapura untuk komoditas jagung, dan di Sulawesi Tengah (Donggala) dengan target luasan 15.000 ha untuk komoditas jagung dan kedelai.

Salah satu bendungan yang dibangun dalam periode 2015-2020 adalah Bendungan Sindangheula di Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Bendungan tersebut dibangun dengan biaya Rp458,9 miliar dan telah diresmikan pengoperasiannya oleh Presiden Joko Widodo pada 4 Maret 2021.

Bendungan Sindangheula memiliki kapasitas tampung air 9,3 juta meter kubik, dengan manfaat irigasi 1.289 hektare (ha), air baku 800 liter/detik, dan potensi pembangkit listrik 0,4 megawatt (MW). Bendungan tersebut dibangun dengan anggaran mencapai Rp451 miliar.

Bendungan ini dianggap mampu mereduksi banjir hingga 50 meter kubik per detik dari Sungai Ciujung dan Sungai Cidurian. Tak hanya itu, pembangunan Bendungan Sindangheula juga dimanfaatkan untuk konservasi dan pariwisata serta pembangkit listrik yang menghasilkan 0,40 megawatt. Biaya pembangunan 458 miliar dikerjakan oleh PT PP (Persero) Tbk dan PT Karya Hutama (Persero). 2015 sampai dengan 2019.

Bendungan yang dibangun selama empat tahun ini bisa mengaliri 1.289 hektare sawah di Banten. Hal tersebut bisa menjadi nilai tambah bagi petani agar semakin produktif dalam menjaga ketahanan pangan. Bahkan, Bendungan Sindangheula juga dimanfaatkan untuk menyediakan air baku hingga 0,80 meter kubik per detik untuk kegiatan industri di Kota Serang, Kabupaten Serang, dan Kota Cilegon.
InfoPublik (***)