Humanis di Bir Ali: Lansia dan Risti Difasilitasi Niat Ihram dari Dalam Bis

Pingintau.id – Di tengah semangat para jemaah Indonesia yang memulai perjalanan suci dari Madinah menuju Makkah, suasana khusyuk dan penuh perhatian tampak di Sektor Bir Ali. Tempat miqat makani ini menjadi saksi bagaimana pelaksanaan ibadah dirancang tak hanya sakral, tapi juga inklusif dan manusiawi, khususnya bagi jemaah lansia dan risiko tinggi (risti).

Moh. Khusen, Pelaksana Bimbingan Ibadah di Bir Ali, menjelaskan bahwa jemaah yang lanjut usia atau memiliki kondisi kesehatan yang rentan tidak diwajibkan turun dari bis untuk melafalkan niat ihram. Mereka justru difasilitasi dan dibimbing langsung di dalam bis agar tetap bisa menjalankan rukun umrah dengan nyaman dan aman.

“Kami mengikuti SOP yang sudah ditetapkan. Lansia, jemaah yang sakit, dan risti dipersilakan tetap di dalam bis. Kami datangi satu per satu, cek pakaian ihram mereka, dan bimbing langsung untuk melafalkan niat,” ujar Khusen, yang juga dosen Fakultas Tarbiyah UIN Salatiga.

Koordinasi yang erat dilakukan dengan pimpinan rombongan dalam setiap bis untuk memastikan semua jemaah telah melafalkan niat ihram, baik yang turun di Masjid Miqat Bir Ali maupun yang tetap di dalam kendaraan. Jika belum, Khusen atau pembimbing ibadah di kloter tersebut akan segera membimbing secara kolektif.

Hal senada disampaikan Gartaman, pelaksana layanan bagi jemaah lansia dan difabel. Ia menegaskan bahwa layanan ini bukan sekadar teknis, tetapi juga upaya menghadirkan rasa tenteram bagi para jemaah yang secara fisik terbatas namun memiliki semangat ibadah yang tinggi.

“Cukup dengan salat di dalam bis, tidak perlu memaksakan diri turun. Yang penting niat dan kesiapan ruhani sudah terpenuhi,” ujarnya.

Selama tiga hari pelaksanaan keberangkatan dari Bir Ali, tercatat total 461 bis telah mengantar 17.379 jemaah menuju Makkah. Mereka semua melewati miqat yang menjadi titik penting sebelum memasuki tanah haram.

Bir Ali—yang juga dikenal sebagai Zul Khulaifah atau Sumur Ali—bukan hanya tempat penting dalam perjalanan haji, tapi juga simbol kemudahan ibadah yang tetap menjaga nilai-nilai utama dalam Islam: kemaslahatan dan kasih sayang.

Di tengah pembangunan kawasan Bir Ali yang terus berlangsung, layanan bimbingan ibadah yang ramah lansia ini menjadi potret nyata bahwa haji bukan hanya ritual, tetapi juga pengalaman spiritual yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan.(***)

 

Editor: Red