Pingintau.id – Jembatan Ampera Palembang dahulunya satu satunya tempat wisata bagi masyarakat baik lokal maupun Nusantara. Bahkan jembatan yang penuh dengan sejarah itu tempat Selfie atau Swafoto bagi masyarakat.
Hal ini karena jembatan yang dibangun pada 1962 itu menjadi Ikon Palembang Darussalam sehingga masyarakat menjadi penasaran untuk melihat jembatan yang sebelumnya bisa naik turun bila kapal melintas di bawah yang ada sungai Musi itu.
Pembangunan jembatan ini dimulai pada bulan April 1962, setelah mendapat persetujuan dari Presiden Soekarno. Biaya pembangunannya diambil dari dana pampasan perang Jepang. Bukan hanya biaya, jembatan inipun menggunakan tenaga ahli dari negara tersebut.
Pada awalnya, jembatan ini, dinamai Jembatan Bung Karno. Menurut sejarawan Djohan Hanafiah, pemberian nama tersebut sebagai bentuk penghargaan kepada Presiden RI pertama itu. Bung Karno secara sungguh-sungguh memperjuangkan keinginan warga Palembang, untuk memiliki sebuah jembatan di atas Sungai Musi.
Peresmian pemakaian jembatan dilakukan pada tahun 1965, sekaligus mengukuhkan nama Bung Karno sebagai nama jembatan. Pada saat itu, jembatan ini adalah jembatan terpanjang di Asia tenggara.
Setelah terjadi pergolakan politik pada tahun 1966, ketika gerakan anti-Soekarno sangat kuat, nama jembatan itu pun diubah menjadi Jembatan Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat).
Bukan itu saja tetapi masyarakat terkesan tidak sampai ke Palembang bila belum mampir ke jembatan yang membelah sungai Musi itu.
Hal itu wajar karena jembatan Ampera memiliki sejarah sehingga masyarakat penasaran untuk melihat jembatan Ampera tersebut.
Namun seiring waktu dan perkembangan kota maka pembangunan di ibukota provinsi Sumsel itu berkembang pesat terutama infrastruktur.
Apalagi Sumsel dipercaya menjadi tuan rumah kegiatan olahraga internasional seperti SEA Games, POM Asian, Asian Games sehingga infrastruktur terus dibangun untuk menunjang kegiatan internasional tersebut.
Untuk mendukung kegiatan tersebut dan mengurai kendaraan yang lalu-lalang antara lain dibangun jembatan Musi IV dan Musi VI.
Dengan dibangunnya berbagai infrastruktur sehingga masyarakat banyak beralih untuk berwisata ke jembatan yang baru dibangun seperti sekarang ini Musi VI.
Apalagi masyarakat Palembang selalu ingin tahu infrastruktur yang dibangun sehingga wajar mereka beralih mengunjungi tempat bagi seperti Jembatan Musi VI.
Musi VI memang didesain dengan motiv daerah seperti motif batik khas daerah Palembang sehingga sangat “sedap” dipandang mata.
Selain itu Musi VI tidak rawan macet seperti Jembatan Ampera yang arus lalu lintasnya padat sehingga masyarakat agak sulit untuk berhenti di jembatan yang punya nilai sejarah itu.
Beralihnya Masyarakat untuk berwisata ke Jembatan Musi VI hal yang wajar
jembatan yang dibangun melalui dana APBD tersebut banyak tempat santai.
Selain itu jembatan pendamping Jembatan Ampera itu memiliki khas karena dilengkapi 1.327 lampu LED.
Memang emak dipandang jembatan jenis melengkung itu bila malam hari lebih seribu lampu LED menyala dengan pemandangan Sungai Musi.
Mari berwisata ke Palembang, selain melihat jembatan Musi VI masyarakat dapat menikmati kuliner khas yakni Pempek Palembang.(ui) Sudah Terbit di Kompasiana akhir 2021