Pingintau.id- Suasana di jalan kampungku Perum Pesona Harapan Jaya tahap 1 Blok C, Jalan Azhari Kalidoni, Palembang terlihat sepi, cuaca beberapa hari terlihat mendung di saat siang bolong, balita yang bermain sepeda tak terlihat, sekali -sekali saja kendaraan roda dua melintas.
Ku tengah berada diteras rumah dan menikmati sepoian angin yang berasal dari hutan disamping rumah.Mata ku tiba-tiba menyorot ke arah depan rumah kosong yang ada di blok perumku.
Sejumlah burung gereja tengah mencari makan di rumput-rumput rumah kosong, itu, tiga ekor burung gereja bersuara nyaring “chi-chi-chi”,…..”chirrup-chirrup”. Mereka terlihat bergembira, ntah apa yang mereka obrolankan, yang jelas ketika aku amati mereka tengah mandi air di genangan jalan depan rumah, maklum pagi itu sempat hujan gerimis turun dan membasahi jalan, ada satu lobang di tengah jalan yang digenangi air sehingga tiga ekor burung gereja itu memanfaatkan untuk bermain, mandi dan meminumnya.
“chi-chi-chi”,…..”chirrup-chirrup” mereka bertiga terus bersuara nyaring sembari bersaut-sautan. Tak lama kemudian setelah meneguk air itu, burung gereja itu pergi hinggap di kabel listrik rumah, namun burung gereja itu kembali lagi dengan cepat mendarat di tepi genangan air bergabung dengan dua temannya itu.
Ia-pun dengan senang hati membasahi bulu-bulunya yang kering dengan cakupan air hujan. Setelah memastikan bahwa bulunya basah, ia minum sejenak dari genangan air tersebut untuk menghilangkan rasa hausnya saat berjemur di kabel listrik.
Sementara itu, dua burung gereja itu melanjutkan penerbangannya dan hinggap di ranting-ranting pohon di hutan. Beberapa saat, akhirnya turun dengan cekatan di dekat genangan air. Ku juga mengamati terus kelakuan-kelakuan burung gereja, ada yang tengah mandi, ada yang bergerombolan mencari makan di rumput-rumput rumah kosong itu.
Tiga burung gereja yang mandi dan minum air genangan hujan di jalan sembari tetap bercengkraman. Meskipun cuaca buruk, mereka dapat menikmati momen tersebut dan memenuhi kebutuhan mereka untuk basah dan minum di tengah perjalanan mereka.
Burung gereja sendiri adalah sejenis burung kecil yang termasuk dalam keluarga Emberizidae dan memiliki nama ilmiah Passer domesticus. Nama “gereja” sering digunakan untuk merujuk pada burung ini, karena kebiasaannya hidup dekat dengan manusia, terutama di sekitar bangunan gereja atau tempat-tempat yang sering dikunjungi oleh manusia.
Burung gereja memiliki ukuran tubuh kecil, dengan panjang sekitar 14 hingga 16 sentimeter. Jantan dan betina memiliki penampilan yang mirip, dengan bulu berwarna cokelat keabu-abuan di bagian punggung dan sayap, serta bulu putih di bagian perut. Jantan memiliki warna bulu yang sedikit lebih terang daripada betina pada musim kawin.
Burung gereja adalah burung pemakan biji-bijian dan serangga kecil. Mereka sering terlihat mencari makan di tanah atau di sekitar tempat-tempat yang memiliki sumber makanan yang melimpah, seperti pekarangan rumah, taman, atau tempat pemrosesan makanan. Selain itu, burung gereja juga memiliki suara nyaring dan sering terdengar berkicau.
Populasi burung gereja cukup melimpah di berbagai wilayah di dunia. Mereka sangat adaptif terhadap kehidupan perkotaan dan sering bersarang di celah-celah bangunan atau di tempat-tempat yang terlindungi. Karena itu, burung gereja sering dianggap sebagai simbol kehidupan perkotaan.
Dari kisah tiga ekor burung gereja mandi di genangan air sembari bercengkaram itu bikin merenung, menurutku mengandung beberapa makna yang dapat diambil, adalah contoh kreativitas dan inovasi, sehingga mengingat kita untuk selalu berpikir kreatif dan mencari solusi baru ketika menghadapi tantangan.
Meskipun hujan dapat dianggap sebagai situasi yang tidak nyaman, burung gereja memilih untuk menemukan kesenangan dalam keadaan tersebut dengan mandi di genangan air. Ini mengajarkan kita untuk mencoba mencari sisi positif dalam setiap situasi dan tidak membiarkan kesulitan menghalangi kebahagiaan kita.
Ketika burung gereja lain menikmati temannya mandi air di genangan, mereka bergabung dengannya. Mereka saling mendukung dan menikmati momen tersebut bersama. Ini menggarisbawahi pentingnya kebersamaan, solidaritas, dan persatuan dalam menghadapi tantangan atau menikmati kebahagiaan bersama.
Burung gereja menemukan kegembiraan dalam hal sederhana, seperti mandi air di genangan hujan. Ini mengingatkan kita untuk menghargai keindahan dan kegembiraan dalam hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari.
Kadang-kadang, kebahagiaan yang paling berarti dapat ditemukan dalam momen-momen yang sederhana dan alami.Burung gereja juga menunjukkan kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan yang berubah.
Meskipun cuaca menjadi buruk, mereka menemukan cara untuk tetap bersemangat dan menikmati hidup. Ini memberikan pengingat untuk menjadi fleksibel dan mampu beradaptasi dalam menghadapi perubahan dan tantangan dalam hidup.
Makna-makna ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, membantu kita untuk melihat situasi dengan cara yang lebih positif, kreatif, dan menghargai hal-hal sederhana yang sering kita lewatkan. Semoga jadi renungan.[***]