Sepatu roda

LANGIT masih terlihat mendung, suasana terlihat sejuk,karena Perumahan Pesonan Harapan RT 50 Kelurahan Kalidoni, Kecamatan Kalidoni Palembang baru diguyur hujan, meski tak lama.

Jalan semen utama diperumahanku, tepatnya di Blok C masih terlihat basa tergenang air hujan, namun tak menyurutkan empat orang bocah yang berumur puluhan tahun untuk bermain. Maklum saat ini memang mereka tengah menjalankan liburan sekolah usai ujian semester pertama dan bertepatan libur tahun natal dan tahun baru. Empat bocah itu, yakni Amira, Win, Dela, dan Adel yang memang dikenal sebagai sahabat dekat, hampir setiap hari mereka bermain bersama tanpa terlihat bentrok.

Rabu siang saat jarum jam menunjuk angka empat sore mereka berempat bermain di depan rumahku, Amira yang terlihat tubuhnya paling tinggi dari ke empat temannya tersebut mengayuh sepatu roda, diikuti dengan Win dan Dela yang juga mengayuhkan ke dua kakinya yang bersepatu roda mengejar Amira.

 

Adel hanya duduk dipinggir tiang listrik sudut halaman rumahku sembari memperhatikan temannya bermain, dan hanya sebagai juri ketika ke tiga temannya bertanya siapa yang sampai garis finish yang ditandai dengan batu bata. “Siapa dulu yang nyampe,..?”kata Amira kepada Adel,”Adel menjawab kamu yang menang Amira,karena kaki kanan mu sudah masuk garis finish,”kata Adel.

Amira yang memang lebih tinggi dari ke dua temannya [Win, Dela] bersorak kegirangan.

“Aku menang..!!,”teriaknya. Adel menjawab, “Wajar Amira kaki mu lebih panjang dari Win dan Dela,” sembari tersenyum.

Mereka bertiga terus melanjutkan bermain sepatu roda, saking asyik mereka bertiga saling kejar. Adel yang tak punya sepatu hanya duduk diam sembari ke dua mata dan pandangan memperhatikan ke tiga temannya yang asyik menggayuh ke dua kaki yang memakai sepatu roda.“Kenapa kamu tidak main Del, kata saya di dalam halaman rumah ?,” Adel pun menjawab sembari tersenyum, “ sepatu rodaku rusak,”.

Itulah watak bocah, terkadang lagi asyik bermain dengan mainnya lupa untuk meminjamkan mainnya kepada teman yang satunya yang tidak punya sepatu.

 

Sepatu roda memang lagi tren disaat liburan sekolah saat ini, dikampung seperti daerahku yang lokasinya terbilang pelosok [marjinal], jauh dari kebisingan lalu lalang kendaraan roda empat dan dua, dimanfaatkan anak-anak untuk bermain sepatu roda mengitari komplek.

Bahkan mereka terlihat sudah berani melangkah kaki dengan sepatu roda dengan berlari kencang dijalan perumahan, meski tak ada arena khusus untuk bermain sepatu roda, tak ada rasa takut lagi dibenaknya, tubuhnya sudah cukup seimbang memutarkan langkah ke dua kakinya menggunakan sepatu roda.

Sepatu roda menjadi mainan salah satu mainan favorit selain sepeda dan lainnya bagi bocah perempuan diperumahan itu. Ibaratnya, jika pemerintah daerah menjadi bibit muda yang unggul untuk atlet sepatu roda, sebab si pelatih akan kesulitan lagi melatihnya dari nol, tinggal memolesnya sedikit, dan mereka pun siap tanding.

Secara mental mereka terlihat berani, tidak punya rasa takut untuk jatuh di jalan cor yang keras digunakan mereka untuk bermain sepatu roda.Itulah kondisi kampungku yang marjinal, terlihat masih asri karena dikelilingi pohon-pohon besar,membuat anak-anaknya tepat bersemangat bermain mengisi liburannya.

Mengutip Ilmupedia.co.id, Sepatu roda adalah sebuah alat yang dipasang di kaki yang memiliki dua hingga empat roda sebagai alas. Pemain sepatu roda biasanya mengayunkan kaki seperti layaknya berjalan untuk menambah kecepatan ketika bergerak. Pemain biasanya berhenti bergerak dengan cara mengerem menggunakan alas depan atau hanya menunggu sampai roda berhenti sendiri.

Sepatu roda pertama kali dipatenkan di Belgia pada  1.760 oleh seorang penemu bernama John Joseph Merlin. Sepatu roda yang dia buat nggak jauh beda dengan ice skate, dilengkapi dengan roda yang berbaris layaknya blade pada ice skate pada umumnya. Kalau sekarang sih sepatu roda dengan jenis itu diberi nama sepatu roda inline. Sayangnya, sepatu roda ini sulit untuk dikendalikan. Terlebih lagi, sepatu ini nggak punya rem sehingga nggak bisa berhenti ketika digerakkan.

Sepatu roda modern diciptakan di Amerika Serikat

Pada tahun 1863, James Plimpton membuat penemuan terbaru di bidang sepatu roda. Dia menemukan metode terbaru sepatu roda dengan empat roda yang disusun menyerupai letak roda pada mobil. Keunggulan sepatu roda milik James adalah sepatu roda ini dilengkapi dengan sumbu yang bisa memudahkan seseorang mengendalikan gerakannya. Desainnya ini membuat sepatu roda semakin dikenal bahkan ke seluruh penjuru Eropa. Hingga saat ini, desain milik Plimpton ini masih digunakan hingga sekarang.

Hingga pada tahun 1942, dibentuklah organisasi sepatu roda bertaraf internasional yang bernama Federation De Roller Skating. Setelah dibentuknya organisasi tersebut, mulai banyak kompetisi sepatu roda yang bahkan bertaraf internasional. Sayangnya, hingga saat ini sepatu roda belum masuk ke dalam gelaran Olimpiade. Meski begitu, sepatu roda masih sempat masuk ke dalam gelaran Olimpiade Musim Panas 2012 lalu.

 

Perkembangan sepatu roda di Indonesia

Sepatu roda sendiri masuk ke Indonesia sekitar tahun 1960-an. Pada saat itu, anak muda di Jakarta, Bandung, dan Surabaya mulai menggemari sepatu roda dan menjadi lifestyle hingga saat ini. Pada tahun 1979 dibentuklah Persatuan Olahraga Sepatu Roda Seluruh Indonesia (PERSOSI). Setelah terbentuknya PERSOSI, perkembangan sepatu roda di Indonesia sangat pesat dan menyeluruh di setiap kota-kota besar Indonesia.[***]