Pingintau.id – Gubernur Sumsel H. Herman Deru mendampingi Wapres RI Prof. Dr. (H.C) K.H. Ma’ruf Amin dalam rangkaian kunkernya hari kedua di Palembang Sumsel, Rabu (7/9) untuk meresmikan pembukaan Sidang Pleno XIX Asosiasi Fakultas Bisnis dan Ekonomi (AFEBI) dan Halal Summit 2022, di Hotel Whyndam Jakabaring Palembang.
Dalam sambutannya orang nomor dua di Indonesia itu mengatakan, Indonesia sudah merdeka selama 77 tahun dan telah berpengalaman mengarungi berbagai jenis krisis ekonomi maupun kemelut sosial politik. Menengok ke tahun 2008, sektor keuangan global pernah kolaps yang dipicu oleh krisis ekonomi di AS dan Eropa serta lonjakan harga pangan dan energi. Akibatnya, pemerintah saat itu harus menaikkan harga BBM dan inflasi dalam negeri meningkat hingga mencapai lebih dari 11%. Begitupun jika ditarik lebih jauh ke belakang lagi, yaitu pada tahun 1998, krisis ekonomi yang lebih dalam mengguncang negara kita sehingga pertumbuhan ekonomi terkontraksi lebih dari 17% dan Rupiah mengalami depresiasi sangat tajam.
Sekarang pun situasi ekonomi dunia juga sedang murung. Pandemi Covid-19 menghantam seluruh negara tanpa kecuali, lalu disusul memanasnya tensi geopolitik sehingga memicu kenaikan harga pangan dan energi. Hal ini masih ditambah lagi oleh masalah-masalah lainnya, seperti perubahan iklim.
Meskipun menciptakan keterbatasan dan kesulitan, krisis biasanya juga ditandai adanya perubahan dan kebaruan. Krisis ekonomi di Indonesia di masa lalu melahirkan reformasi struktural, perbaikan tata kelola pemerintahan, dan dorongan mendesain program pembangunan yang lebih inklusif.
“Saat ini, bangsa kita patut bersyukur atas aneka pencapaian di tengah berbagai ragam persoalan, termasuk pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan tren positif, inflasi yang relatif terkendali, dan surplus neraca perdagangan,” tambahnya.
Sekalipun demikian, pada level domestik kita masih memiliki problem serius yang mesti ditangani dengan baik. Pertama, sejak awal dekade 2000-an kontribusi sektor industri terhadap PDB terus menurun. Padahal, sektor industri merupakan tulang punggung ekonomi dengan nilai tambah yang tinggi.
“Negara maju yang fokus pada sektor industri berhasil melipatgandakan pendapatan mereka dengan cepat. Reindustrialisasi menjadi keharusan yang tidak bisa dihindari,” jelas Ma’ruf Amin.
Selanjutnya menurut Ma’ruf kemandirian pangan dan energi menjadi urusan genting yang mesti lekas dihadirkan. Kedua sektor ini merupakan ekonomi basis (di samping sektor industri) yang menjadi alas perekonomian. Dukungan sektor keuangan juga keniscayaan agar sektor riil ini bergerak tangkas. Triple F (food, fuel, and finance) menjadi pusat pertaruhan ekonomi yang tidak boleh kalah.
Ketiga, pertumbuhan ekonomi tidak boleh berpunggungan dengan pemerataan kesejahteraan. Infrastruktur ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan teknologi mesti diselenggarakan secara serius ke seluruh sudut negeri. Hanya bila pertumbuhan ekonomi menyentuh semua lapisan, bukan dinikmati oleh segelintir orang, perekonomian akan terbang tinggi. Inilah jihad ekonomi bangsa.
Tidak dapat dipungkiri, pemerintahan yang berhasil mengelola ekonominya dengan baik dan hati-hati memiliki ruang yang lebih leluasa untuk mengambil kebijakan yang tepat agar krisis dapat berpotensi pulih lebih cepat. Stabilitas dan pemulihan ekonomi bisa dilakukan dengan beberapa hal berikut di antaranya
Pertama, memperkuat suplai dan rantai pasok kebutuhan pokok agar tidak memunculkan gangguan distribusi barang dan jasa. Produksi dan distribusi bahan kebutuhan pokok harus dijaga sampai ke akar rumput supaya inflasi dapat dikendalikan sehingga tidak membebani ekonomi rumah tangga.
Kedua, menata kebijakan fiskal dan moneter secara hati-hati dan efektif dalam rangka menjaga stabilitas makroekonomi. Kebijakan-kebijakan mesti tepat guna dan fokus kepada sasaran, misalnya subsidi diperuntukkan untuk kelompok masyarakat rentan dan anggaran dialokasikan secara efektif sesuai priotitas.(***)