Pingintau.id, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berupaya meningkatkan taraf hidup pelaku utama perikanan seperti nelayan dan keluarganya. Untuk itu, KKP melakukan berbagai upaya antara lain melalui pelatihan tak hanya untuk nelayan tapi juga istri nelayan. Salah satu upaya tersebut adalah pemberdayaan istri nelayan melalui wirausaha yang dinilai penting untuk mendorong ekonomi keluarga. Jika selama ini nelayan hanya bergantung dari hasil tangkapan yang dijual berupa ikan segar, kini mereka dapat memiliki mata pencaharian alternatif seperti pengolahan hasil perikanan.
Terbaru, KKP melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) menggelar Pelatihan Diversifikasi Olahan Hasil Perikanan, Jumat (25/2/2022), di Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Sebanyak 100 orang peserta yang didominasi oleh istri nelayan ini mengikuti pelatihan bersama instruktur bidang pengolahan Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Tegal, di bawah supervisi Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP), di Gedung Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HSNI), Cilacap.
Mewakili Plt. Kepala BRSDM, Kepala Puslatluh KP Lilly Aprilya Pregiwati mengatakan, dibutuhkan paradigma baru dalam mengelola usaha perikanan tangkap. Jika selama ini nelayan hanya bergantung pada hasil tangkapan yang dijual segar, ke depan akan didorong untuk menggeluti usaha pengolahan agar ketika musim paceklik masih mendapat pemasukan.
“Selain itu, adanya usaha pengolahan ini untuk meningkatkan nilai tambah ikan karena kerap kali harga ikan anjlok ketika musim panen,” tambahnya.
Menurutnya, kegiatan ini juga sebagai wujud nyata dukungan KKP dalam upaya mengakhiri kondisi stunting pada masyarakat menuju Indonesia Emas 2045. Pelatihan ini juga bertujuan untuk meningkatkan Angka Konsumsi Ikan Nasional (AKI), khususnya di Kabupaten Cilacap yang baru mencapai 26 kg per kapita per tahun (data tahun 2021). Nilai ini sangat jauh dibawah AKI Provinsi Jawa Tengah dan AKI Nasional yang secara berurutan tercatat sebesar 33 kg per kapita per tahun dan 54 kg per kapita per tahun.
Menurut World Health Organization (WHO), stunting merupakan kegagalan pertumbuhan dan perkembangan, yang dialami anak-anak akibat asupan gizi yang tidak mencukupi dalam jangka waktu yang lama. Anak-anak yang mengalami stunting juga dapat mengalami keterbelakangan pada organ lain, termasuk otak. Lilly menambahkan, ikan merupakan salah satu solusinya karena kandungan asam lemak omega-3 dan proteinnya yang tinggi, serta rendah kolesterol. Terlebih di situasi pandemi ini, dibutuhkan imunitas yang optimal agar terhindar dari virus Covid-19.
“Jika ikan disajikan dalam kondisi utuh, mungkin masih ada anak-anak kita yang tidak menyukainya. Namun, jika diolah dalam bentuk yang menarik dan tidak bau amis, maka anak-anak pasti suka,” ujar Lilly.
Para peserta dilatih membuat basreng ikan, dimsum ikan udang, dan otak-otak bakar. Pemilihan bahan baku, teknik pengolahan yang higienis, pengemasan, serta perhitungan analisa usaha menjadi fokus pelatihan agar para peserta siap terjun ke dunia usaha, bahkan meningkatkan diversifikasi usaha bagi para Poklahsar.
Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Sunarna mengapresiasi penyelenggaraan pelatihan ini. Menurutnya pelatihan ini bermanfaat dalam memotivasi dan memberi solusi bagi keluarga nelayan agar lebih produktif dan meningkatkan taraf hidupnya. Ia berpesan agar setelah ini para penyuluh perikanan secara intens mendampingi para peserta sebagai tindak lanjut pasca pelatihan. Khususnya pada tahapan pemasaran, penyuluh dan BPPP Tegal diminta untuk memberikan transfer knowledge tentang pemasaran online melalui media sosial dan e-commerce.
“Penyuluh ini luar biasa, memiliki peran strategis sebagai garda terdepan KKP dalam memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha. Saya juga terus mengaspirasikan di Senayan agar ke depan penyuluh perikanan diberikan fasilitas sarana dan prasarana yang memadai supaya penyelenggaraan kegiatan peningkatan SDM dapat berjalan dengan optimal,” ujar Sunarna.
Lebih lanjut, ia meminta Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap menyiapkan tempat khusus untuk pemasaran ikan. “Nanti akan ada display ikan segar hasil tangkapan nelayan dan display ikan olahan hasil ibu-ibu Poklahsar. Dengan begitu kita menciptakan pasar sendiri nantinya,” tutup Sunarna.
Sebagai informasi, Menteri Sakti Wahyu Trenggono telah menetapkan 120 kawasan Kampung Nelayan Maju (Kalaju), salah satunya di Desa Sentolo Kawat, Kabupaten Cilacap. Implementasi kegiatan penataan kampung nelayan di antaranya kegiatan fisik dan nonfisik. Khusus kegiatan nonfisik berupa bimbingan teknis kelembagaan nelayan, bimbingan teknis diverifikasi usaha nelayan, fasilitasi permodalan usaha nelayan, dan lain-lain. Untuk itu, BRSDM hadir memberikan layanan pelatihan dan penyuluhan kepada pelaku utama.
Adapun peletakan batu pertama pembangunan Kalaju Desa Sentolo Kawat secara simbolis dilakukan oleh Sunarna, Kepala Puslatluh KP, dan Kepala Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap Imas Masriah, Jumat (25/2/2022). Selanjutnya akan dibangun 11 unit fasilitas umum meliputi rehabilitasi/pembangunan jalan lingkungan, drainase, balai nelayan, MCK dan bedah rumah nelayan, dan sebagainya.[***]