Kau seperti bis kota atau truk gandengan
Mentang-mentang paling besar klakson sembarangan
Aku seperti bemo atau sandal capit
Tubuhku kecil mungil biasa terjepit
Pada siapa ‘ku mengadu?
Pada siapa kubertanya?…
Pingintau.id, Sepenggal bait lagu berjudul Besar dan Kecil milik Iwan fals sempat terdengar ditelinga saya, yang keluar dari suara handphone dua gadis SMA. Mereka memarkirkan kendaraan roda duanya berjenis metic dipinggir trotoar jalan saat aku berhenti untuk membeli cemilan di gerobak gorengan dipinggir Jalan M. Zen, tepatnya depan Gerbang I Pintu Masuk PT Pusri Palembang.
Sembari duduk dimotornya, mereka berdua mendengarkan dan menikmati lagu balada bait per bait karya milik lengendaris Indonesia itu.
“Wah, asyik lagu Iwan fals, saya salut dengan kalian, karena biasanya di usia kalian banyak gak suka dengan lagu jenis balada,” celoteh singkat saya sembari memilih cemilan gorengan.
Mereke berdua menjawabnya, “Lagu ini bagus om, lagu balada liriknya nyata menyentuh dan memang terjadi dalam kehidupan sehari-hari kita, saya suka, ” ungkap pelajar yang satu lagi.
Saking salutnya, saya pun tak sempat bertanya nama, sekolah serta domisili, pakaian seragam putih tertutup jaket, sehingga nama yang tertempel dipakaian tak terlihat sama sekali, tetapi seratus persen kedua gadis ini masih pelajar SMA/SMK, karena dapat dilihat dari rok bawahannya yang berwarna abu-abu.
Saya pun bertanya lagi, kenapa stop disini dan tak melanjutkan jalan, karena jarum jam saat itu telah menunnjuk angka delapan belas kurang empat puluh menit menjelang magrib ?
Mereka berdua menjawab lagi, “Tuh tengok sendiri jalannya merayap padat, diperempatan jalan dari Jalan M Zen saja padat, belum lagi Jalan Patal Pusri, depan BGR seterusnya,” ujarnya sembari telunnjuknya menunjuk ke arah perempatan Jalan Patal, Pusri [M. Zen] dan RE Marthadinata, jumat sore kemarin, pemandangan ini kerap terjadi bukan sekali ini lho..
Ia mengaku memarkirkan kendaraan roda doanya itu hanya terpaksa lantaran truk peti kemas sangat padat di Jumat sore kemarin.
Bahkan ia juga mengaku gak bisa melaju kendaraan dengan cepat pasalnya baru satu bulan bisa mengendarai motor, he..he sembari malu-malu.”Itulah om kendala, masih takut-takut tapi harus diberanikan, karena ongkos angkot mahal apalagi BBM naik lagi nich, kasihan orang tua.
Oleh karena itu aku gadis itu lebih baik nekat belajar menggunakan kendaraan roda dua, agar bisa irit, dengan 1 liter bensin kan bisa digunakan pulang pergi dari sekolah ke rumah yang berada di Sei-Selayur. Benar juga, saya menjawab dalam hati apa yang disampaiakan anak ini, karena jarang anak seusianya itu sudah berfikir ktiris dan prihatin.
Ni tengok jalan-jalan hampir setiap pagi, siang, petang dan malam, truknya gak pernah abis-abis, dari senin hingga minggu, belum lagi banyak truk parkir seenaknya dipinggir jalan umum sehingga badan jalan semakin sempit. Kalau mau ditelusuri ya om, paparnya di Jalan Patal Pusri banyak truk diparkir, depan Bhanda Ghara Reksa (Persero) atau orang menyebut dengan singkat BGR, belum lagi diseberang jalannya.
Sampe-sampe Jalan Arafuru tertutup, akibat banyak mobil yang parki,r dan seterusnya di komplek pergudangan milik swasta pun kondisi sama hingga SPBU Jalan RE Martadinata, tepat di bilangan Jalan Yayasan antrian truk peti kemas sudah banyak memakan jalan yang bikin tak nyaman dan mengkhawatirkan penggunaan jalan bermotor atau mobil probadi.“Saya bingung kok, gak ada yang menegur ya Om?” tanyanya lagi.. Ini saya saja sempat berhenti karena saking takut di seruduk truk peti kemas, dengar suaranya aja saya takut apalagi jenis kendaraannya terkadang sudah butut [jelek], belum lagi mereka memutarkan balik truk kadang melawan arah jalan,”keluhnya singkat.
Teman satunya pun itu berceloteh,” Gimana ya om, kok gitu semakin hari bukan malah baik tapi seperti amburadul, kemana hak hidup, hak untuk nyaman dan kemerdekaan kami pengguna jalan,”kuluhnya juga.
Pemandangan seperti ini gak pernah ada habisnya, padahal Kota kian berkembang, dunia pendidikan juga semakin berkembang, kalau di kita data dari Jalan Mata Merah, Jalan Sei Selincah, hingga Ilir Timur II ini, sudah banyak sekolah berdiri, Ilir mudik anak-anak sekolah yang berkendaraan roda dua itu dapat lihat dari pagi sejak mereka berangkat sekolah hingga pulang.
Apa yang dikeluhkan mereka itu memang benar kenyataan, di Jalan yang sempit, seperti Jalan M. Zen hampir setiap dilalui truk tronton, jalur angkot, sepeda motor, dan mobil pribadi. ancaman dari maut pn terkadang tak bisa terelakan lagi, Mereka berdua pun melanjutkan nyanyian mengikuti lirik lagu Iwan Fals hingga saya melanjutkan perjalanan menuju rumah.
Mengapa besar selalu menang
Bebas berbuat sewenang-wenang? Mengapa kecil selalu tersingkir Harus mengalah dan menyingkir? Apa bedanya besar dan kecil? Semua itu hanya sebutan Ya, walau di dalam kehidupan Kenyataannya Harus ada besar dan kecil…….PR pihak terkait
Hal itu memang harus menjadi pekerjaan rumah [PR] pihak terkait, pasalnya jika tak tata dengan tertib semakin hari semakin jadi, truk yang parkir dipinggir jalan, truk yang ‘seliwiran’ dijalan. Kemerdekaan mereka, kenyamanan pengguna jalan terutama generasi penerus bangsa harus diutamakan, mereka itu memang lagi serius-serius menuntut ilmu.
Transportasi kendaraan roda dua juga memang menjadi andalan mereka disaat kondisi BBM naik, yang juga berimbas bakal naiknya kebutuhan pokok lainnya, [kayaknya naiknya sembako, pasti tuh, dampaknya naik BBM !], sementara gaji yang diterima segitu aja oleh pekerja, yang punya usaha kecil-kecilan juga bakal mumet mengolah produksinya..
Pemikiran dua siswa itu juga saya sangat acungkan jempol, karena bentuk keprihatinannya kepada orang tuanya, sementara perjuangannya dalam menuntut ilmu sangat berat, disisi lain mereka harus dituntuk orang tua berprestasi, juga berjuang di jalan saat hendak pergi -pulang sekolah.
Kemerdekaan, kenyamanan di jalan hak mereka, karena dampak dari banyak truk yang ‘seliwiran’ di jalan itu bisa juga menjadi ancaman bagi nyawa mereka, selain itu jalan juga banyak yang rusak tak mampu menahan beban truk-truk tersebut.
Anak-anak memiliki PR dan pihak terkait juga memiliki PR, yakni terkait dengan regulasinya yang harus dikaji ulang, bila perlu ada sanksi yang tegas yang diberlakukan agar bisa bikin kapok pengemudi truk, artinya regulasi tersebut sifatnya tegas dan baku sehingga dapat membuat nyaman pengguna jalan. Semoga curhatan dua siswa ini menjadi pertimbangan semua pihak yang membuat kebijakan. [***]