Ragam  

Wisata Mangrove Berbasis Masyarakat

Pingintau.id, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, mengapresiasi pengembangan ekowisata dalam hal ini wisata mangrove berbasis masyarakat yang dilakukan pengelola Desa Wisata Sungai Kupah di Kabupaten Raya, Kalimantan Barat.

Selain memberi daya tarik yang kuat bagi wisatawan, hal ini juga sejalan dengan tren pariwisata baru yang berkualitas dan berkelanjutan sehingga akan maksimal dalam memperkuat kebangkitan ekonomi dan lapangan kerja.

Menparekraf Sandiaga saat visitasi sekaligus mempromosikan Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022 ke Desa wisata Sungai Kupah, Rabu (9/3/2022), saat ini lembaga dunia banyak menjelaskan terhadap gerakan-gerakan penanaman mangrove untuk membantu ekosistem dan lingkungan.

Momentum ini tidak boleh dilewatkan Desa Wisata Sungai Kupah untuk memperkuat dan mengembangkan ekowisata mangrove agar lebih dikenal dunia. Wisatawan yang datang selain dapat dilindungi hutan bakau, juga dapat berfoto di gazebo. Menikmati kuliner di pondok gazebo hingga menikmati matahari terbenam di sana.

“Saya berterima kasih kepada ekowisata di Desa Wisata Sungai Kupah ini sudah memberikan inspirasi untuk kita semua. Saat ini mata dunia sedang tertuju pada mangrove dan Kubu Raya ini surganya mangrove, saatnya kita mengajak mata dunia tertuju kepada Kubu Raya. Mari kita tanam (mangrove) sebanyak-banyaknya sehingga bisa menjadi pabrik oksigen di dunia,” ujar Menparekraf Sandiaga.

Dalam kesempatan itu, Menparekraf Sandiaga mendapat kesempatan mencoba jalur mangrove yang terbentang di sepanjang Desa Wisata Sungai Kupah. Menparekraf juga berkesempatan memberikan 50 bibit mangrove untuk ditanam.”Tadi saya diminta 10 bibit mangrove tapi saya naikan menjadi 50 bibit mangrove dan kami akan promosikan secara totalitas di kanal media sosial kami,” katanya.

Desa wisata Sungai Kupah berada di Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat. Terletak di penghujung hulu Sungai Kapuas, sedangkan hilir tepat di Selat Karimata yang berada di hilir Laut Natuna dan melewati garis khatulistiwa.

Selain wisata mangrove, Desa Wisata Sungai Kupah memiliki berbagai potensi lainnya. Seperti wisata susur sungai, dimana wisatawan dapat menikmati aliran sungai terakhir dari Sungai Kapuas yang melewati Desa Sungai Kupah sambil menikmati pemandangan langka yang hampir punah. Seperti monyet bekantan, monyet ekor panjang, juga lutung. Selain itu ada pula spesies Burung Raja Udang dan Burung Elang.

Desa Wisata ini juga memiliki paket wisata Kampung Nelayan dimana wisatawan dapat menikmati suasana kampung nelayan yang asri dengan keseharian masyarakat bertransaksi jual beli ikan segar.

Selain potensi wisata berbasis alam, Desa Wisata Sungai Kupah juga memiliki ragam potensi seni. Seperti tari mangrove yang menggambarkan tentang lingkungan mangrove yang saat ini kondisinya dikelilingi oleh sampah kiriman dari muara Sungai Kapuas. Tarian ini juga mengikat usaha masyarakat yang mengikat dan membersihkan sampah-sampah, sebagai upaya menjaga dan mengamankan kawasan hutan bakau.

Selain itu ada juga Tundang (pantun dendang). Yaitu seni yang disampaikan lewat lisan dalam bentuk pantun yang diiringi dengan gendang. Kesenian tundang pada dasarnya memang harus menggunakan alat musik tradisional dan diiramakan menjadi sebuah lirik lagu atau syair yang disesuaikan dengan keadaan atau suasana sekitar.

Menparekraf berkomitmen untuk memperkuat pengembangan Desa Wisata Sungai Kupah. Salah satunya yang mendorong perbaikan akses menuju desa wisata ini yang sedikit rusak. “Terkait infrastruktur, kami sudah berkoordinasi dengan Kementerian PUPR untuk melakukan perbaikan,” kata Sandiaga.

Sementara terkait pengelolaan sampah, menghadirkan langsung yang tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat waktu yaitu tempat sampah multifungsi.

“(Pengelolaan) Sampah alatnya masih sangat tradisional, oleh karena itu tidak pakai lama, kami hadirkan tempat sampah 3 in 1. Inilah bentuk gerak cepat kita sebagai langkah awal dan kami akan mengajak pihak-pihak lain untuk menghadirkan tempat sampah agar lebih representatif. Kemudian potensi-potensi wisata yang ada di sini untuk menampilkan anyaman, kita akan bawa saat event MotoGp 2022 di Mandalika, Lombok serta beberapa produk yang nanti akan kita kurasi dan kita tawarkan pada ajang G20,”.

“Kalimantan Barat sendiri ditargetkan memiliki 128 Desa Wisata untuk didaftarkan di Jaringan Desa Wisata (Jadesta). Ini simbol kebangkitan ekonomi, peluang usaha dan lapangan kerja, simbol kekuatan ekonomi baru yang sedang kita susun bersama Presiden Joko Widodo yaitu desa wisata bahari,” tambah Sandiaga.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Bupati Kabupaten Kubu Raya, Muda Mahendra; Direktur Tata Kelola Destinasi Kemenparekraf/Baparekraf, Indra Ni Tua; Kepala Biro Komunikasi Kemenparekraf/Baparekraf, I Gusti Ayu Dewi Hendriyani; Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Provinsi Kalimantan Barat, Windy Prihastari; serta Anggota Komisi X DPR RI, Adrianus Asia Sidot.[***]

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *