Pingintau.id, Indonesia memiliki beragam komoditas rempah dan produk olahan pangan khas dengan cita rasa yang otentik. Sejak sebelum kemerdekaan, Indonesia terkenal dengan negara tropis bertanah subur dan tempat ideal tumbuhnya tanaman rempah. Rempah dan bumbu masak Indonesia bahkan menjadi warisan budaya di dunia tata boga.
Demi mengangkat kembali ketenaran bumbu masak Indonesia di mata dunia, pemerintah melalui kerja sama berbagai kementerian dan lembaga, menyelenggarakan program Indonesia Spice Up The World (ISUTW) untuk mempromosikan kuliner Indonesia, serta mengangkat produk rempah dan bumbu masakan merek lokal Indonesia.
“Kementerian Perindustrian mendukung program ISUTWsebagai salah satu upaya promosi peningkatan pasar rempah dan bumbu masak Indonesia melalui pameran dalam negeri, marketplace lokal dan marketplace global,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Senin (15/8).
Menperin mengungkapkan, ISUTW merupakan program kolaboratif semua pemangku kepentingan dalam mengangkat popularitas kekayaan rempah dan bumbu masak Indonesia. Program ini dilatarbelakangi oleh meredupnya ketenaran bumbu masakan Indonesia dibandingkan bumbu masakan oriental, Thailand, dan Vietnam.
Padahal, perhatian warga dunia terhadap cita rasa kuliner Indonesia terus meningkat. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya liputan media asing tentang keunggulan keragaman dan kelezatan olahan pangan Indonesia.
“Saat ini terdapat 1.177 gerai restoran Indonesia di luar negeri, namun jumlah ini belum efektif mengangkat kembali popularitas rempah dan bumbu masak Indonesia. Melalui ISUTW ini, kami harap nilai ekspor rempah dan bumbu masak Indonesia bisa mencapai USD2 miliar dan akan ada sebanyak 4.000 restoran Indonesia di seluruh dunia pada tahun 2024,” ungkap Agus.
Program ISUTW telah dirancang sebagai strategi memperkenalkan produk rempah dan bumbu masak Indonesia di mancanegara, termasuk untuk mengembangkan jaringan restoran Indonesia di luar negeri.“Inilah bentuk gastrodiplomasi Indonesia, melalui reaktivasi dan penambahan restoran Indonesia di mancanegara serta standardisasi cita rasa masakan Indonesia. Strategi lain yaitu dengan memanfaatkan jaringan restoran hotel di mancanegara untuk menyajikan kuliner Indonesia,” lanjut Agus.
Melalui ISUTW, Indonesia akan mengangkat lima makanan khas nasional, yaitu rendang, nasi goreng, sate, soto, dan gado-gado. Sebab, kelima jenis makanan tersebut diakui sebagai the World’s 50 Best Foods oleh CNN Travel pada 2017-2021. Selain itu, kuliner nusantara lain seperti hidangan laut juga turut dipromosikan.
Nantinya, ribuan restoran Indonesia di luar negeri akan menjadi etalase produk rempah dan bumbu masak bermerek lokal Indonesia. Sementara di Indonesia, etalase mini didirikan di destinasi pariwisata super prioritas. Produk rempah dan bumbu masak Indonesia juga ditawarkan melalui etalase digital (marketplace), yang terhubung dengan landing page ISUTW sebagai akselerasi perdagangan produk rempah dan bumbu masakan Indonesia.
“ISUTW juga dapat menjadi strategi peningkatan daya saing industri pengolahan rempah dan bumbu masak Indonesia melalui fasilitas kemudahan akses bahan baku, peningkatan teknologi, kompetensi sumber daya manusia (SDM) dan mutu produk,” papar Agus.
Pameran Adirasa Nusantara
Sejalan dengan kampanye program ISUTW, Kementerian Perindustrian memfasilitasi tiga industri kecil dan menengah (IKM) dengan komoditas bumbu dan masak Indonesia, untuk ikut serta dalam pameran Adirasa Nusantara yang digelar di Main Lobby & Plennary Room Jakarta Convention Center pada 10-14 Agustus 2022.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanitamengungkapkan, pameran skala nasional ini merupakan pameran produk pangan olahan dan kuliner khas Indonesia untuk mendongkrak potensi ekspor komoditas tersebut. Adapun produk yang dipamerkan seperti makanan siap saji, produk pangan olahan, peralatan penunjang untuk rumah tangga, hotel dan restoran, produk tata saji, kerajinan dan interior, serta industri pengemasan makanan.
“Ditjen IKMA memboyong tiga IKM binaan ke Adirasa Nusantara, yaitu Rendang Uni Tutie dengan produk aneka rendang, CV Samara Micron Saleronell dengan produk keripik kentang yang dicampur dengan bumbu khas Indonesia, serta PT Sabana Barokah dengan produknya bumbu masak siap saji,” ungkap Reni.
Ketiga IKM tersebut merupakan industri pilihan jebolan Indonesia Food Inovation 2020 dan 2021, yang telah melalui beragam kurasi dan pendampingan dari Ditjen IKMA. CV Samara Micron Seleronell merupakan IKM asal Bandung yang sejak 2018 memproduksi keripik kentang dengan ciri khas kombinasi bumbu non-MSG. Keripik Kentang buatan CV Samara Micron Seleronell telah mengantongi sertifikasi halal dan HACCP.
Selain produk keripik kentang, CV Samara Micron Seleronell juga memproduksi produk rempah dan bumbu masak Indonesia siap saji, seperti bumbu rendang, bumbu kuah bakso, bumbu rawon, bumbu empal gentong, bumbu laksa, hingga bumbu opor dan bumbu masakan seblak.
Sementara itu, rendang Uni Tutie diproduksi di Depok dengan variasi produk berupa aneka rendang siap saji, di antaranya rendang daging, rendang sapi kalio, rendang kacang merah (vegan), hingga rendang jengkol. Uni Tutie juga menyediakan bumbu atau pasta rendang yang dapat dimasak tanpa tambahan santan. Produk Uni Tutie cocok dibawa saat perjalanan seperti liburan dan haji/umrah, dan telah mengantongi sertifikasi halal, BPOM (MD) dan HACCP.
Sedangkan PT Sabana Barokah didirikan pada 2019 dan kini telah memproduksi 14 varian bumbu siap saji, terutama khas masakan Minang, Sumatera Barat. Ragam bumbu Saba yaitu seperti opor, kari ayam, kari ikan padang, ayam bakar padang, dan fried chicken.
“Pengembangan sentra olahan rempah dan bumbu nusantara memang menjadi salah satu program prioritas dalam mendukung Indonesia Spice Up The World yang dicanangkan sejak 2021,” kata Reni.
Untuk itu, Ditjen IKMA terus melakukan peningkatan nilai tambah komoditas rempah di sentra penghasil, salah satunya melalui revitalisasi sentra dengan Dana Alokasi Khusus. Selain itu, Ditjen IKMA, Kemenperin berupaya meningkatkan sistem keamanan pangan melalui bimbingan, pendampingan dan sertifikasi HACCP untuk meningkatkan daya saing. Ada pula peningkatan teknologi dan kapasitas produksi melalui program restrukturisasi mesin dan peralatan, peningkatan kualitas keamanan produk IKM melalui fasilitasi desain merek dan kemasan di Klinik Desain Merek Kemas Ditjen IKMA.
“Tahun ini, Ditjen IKMA melaksanakan kegiatan pembinaan bumbu dan rempah dilakukan di Kab. Lampung Timur dengan komoditi olahan lada hitam, Kab. Garut dengan komoditi olahan cabai (cabai kering, abon cabai, minyak cabai, dan saos cabai) dan Kab. Poso dengan komoditi cabai, dan saos cabai). Sedangkan melalui pengembangan sentra melalui Dana Alokasi Khusus dilakukan di Kab. Sambas dan Kab. Bangka dengan komoditi lada,” kata Reni.
Tak hanya itu, promosi peningkatan pasar melalui pameran, marketplace lokal dan global juga terus digencarkan agar produk rempah dan bumbu masak Indonesia secara konsisten dapat hadir di pasar global.
“Mari kita belanja bumbu dan masak Indonesia di Pameran Adirasa Nusantara di Jakarta Convention Center, dan turut promosikan kekayaan rempah, bumbu, dan menu Nusantara dengan tagar #ISUTW #Indonesia SpiceUpTheWorld,” ucap Reni.