Pingintau.id, Jakarta – Kosmetik merupakan sektor bisnis yang tidak pernah mati bahkan di saat pandemic Covid-19. Hal ini diindikasikan oleh peningkatan pertumbuhan pasar kosmetik global dari kurun waktu tahun 2002 hingga 2027 dengan nilai mencapai US$ 508.3 milyar tahun 2027. Kebutuhan untuk tampil menarik dan cantik merupakan kebutuhan dimana produk kosmetik “skin dan sun care” mendominasi market share kosmetik hingga mencapai 40%.
Widya Fatriasari, Peneliti dari Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk BRIN mengungkapkan bahwa selama ini kosmetik sintetik mendominasi penyediaan kosmetik global namun adanya kecenderungan yang berkembang terhadap produk dengan bahan organik dan herbal, mendorong berkembangnya kosmetik berbahan alam.
“Di lain sisi, Indonesia kaya akan biodiversitas nusantara yang dapat menjadi sumber bahan baku kosmetik lokal Indonesia yang dapat didesain sesuai kebutuhan kulit tropis,” jelas Widya.
Dikatakan Widya, saat ini BRIN bekerja sama dengan Universitas Mulawarman sedang melakukan penelitian bersama. Universitas Mulawarman memiliki berbagai macam ekstrak dari tumbuhan yang mereka gunakan untuk membuat perawatan anti jerawat dan produk lainnya, sedangkan BRIN mencoba mengembangkan untuk memanfaatkan polimer dari bagian dalam tumbuhan tersebut contohnya seperti Lignin.
“Dari pengembangan dari ekstrak tersebut kami membuat natural produk berupa pelembab kulit yang berasal dari lemak Tengkawang dan juga Lignin, kedua bahan ini relatif cocok untuk jenis kulit tropis. Saat ini masih dalam proses pengembangan produk untuk memenuhi ekspektasi market,” ujar Widya yang hadir sebagai pembicara pada BRIN Science Show di Anjungan Sarinah, Jakarta Pusat (11/11).
Selain itu, kolaborasi riset BRIN dengan Universitas Mulawarman telah menghasilkan beberapa prototipe produk berbasis biomassa seperti lipstick berbasis tengkawang, parfum dan serum berbasis essential oil kemenyan, sunscreen diperkaya lignin, body lotion berbasis ekstrak bee polen dan lain-lain.
“Dengan teknologi nano yang merupakan teknologi masa depan dengan sifat sifat unggulnya diharapkan dapat memberikan peningkatan sifat yang diinginkan pada pengembangan produk kosmetik berbasis biomassa,” pungkas Widya.
“Merawat kulit bukan hanya kebutuhan untuk estetika saja namun juga untuk kesehatan, dalam kesehariannya kulit sering terpapar polusi sehingga kulit perlu antioksidan untuk bisa melakukan regenerasi. Selain itu bertambahnya usia dan kondisi cuaca juga mempengaruhi kondisi kulit, untuk itu kulit membutuhkan perlindungan dengan perawatan minimal menggunakan sunscreen dan pelembab,” tutur dr. Reza Yuridian Purwoko, SpKK dari Pusat Riset Kedokteran Preklinis dan Klinis BRIN, yang juga hadir sebagai pembicara pada BRIN Science Show.
Reza juga mengingatkan kepada para remaja dan kaum milenial untuk menjaga kesehatan kulit juga kelamin. “Kalau ada penyakit infeksi menular akibat seks bebas akan timbul gejala pada kulit dan ini membahayakan, kaum muda harus aware akan bahaya yang timbul agar dapat menghindari terjadinya hal – hal yang tidak diinginkan, ” pesannya.
“Mari mulai mengisi waktu kita dengan kegiatan yang positif agar terhindar dari hal yang negatif, bisa dimulai dengan bergabung bersama BRIN melakukan penelitian bersama. Menurut hasil penelitian dunia remaja Indonesia dinilai cukup rendah minatnya terhadap sains, padahal sains bisa menolong martabat hidup kita,” ajak Reza.
Reza memberi contoh mahasiswa ITB yang berhasil mendapatkan dana riset sebesar 300 juta rupiah dari BRIN untuk melakukan risetnya. “Dengan giatnya kaum muda ikut dalam kegiatan riset besar harapan kami masa depan Indonesia akan lebih baik lagi nantinya,” tutupnya.[***]