Ragam  

Daerah Ini Miliki Modal Besar Model Pengembangan Wisata Ramah Muslim, Usung  3 Konsep, Good to Have, Nice to Have & Must to Have

Pingintau.id, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi model pengembangan wisata ramah muslim (moslem friendly) di tanah air sebagai upaya membangkitkan ekonomi dan membuka lapangan kerja.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, mengatakan secara virtual dalam acara Muktamar ke-1 Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI), belum lama ini.

Menurutnya NTB memiliki modal besar untuk mengembangkan wisata halal ramah muslim. Lantaran sederet penghargaan internasional sudah didapatkan provinsi berjuluk “Pulau Seribu Masjid” itu.

“Pasca-COVID-19 pengembangan sektor pariwisata akan difokuskan pada quality and sustainable tourism, dengan mengutamakan produk-produk unggulan pariwisata. Salah satu diantaranya adalah wisata halal atau muslim friendly based. NTB sudah memiliki modal untuk itu sebagai upaya membangkitkan ekonomi dan membuka lapangan kerja,” katanya.

Pada tahun 2019, Indonesia terpilih sebagai Destinasi Wisata Halal Terbaik Dunia di ajang Global Muslim Travel Index (GMTI) mengungguli 130 destinasi di dunia. Sejumlah destinasi mendapat halal travel award di antaranya Lombok, NTB yang ditetapkan sebagai The World Best Halal Tourism Destination dan The World Best Halal Honeymoon Destination.

“Wisata halal fokus untuk extension of service ketika berwisata dengan mengusung tiga konsep yaitu; Good to Have, Nice to Have, dan Must to Have. Konsep ini dijabarkan ke dalam 5 Major component dari pariwisata ramah muslim/pariwisata halal yaitu halal hotels, halal transport, halal food, halal tour packages, dan halal finance, ini bisa kita temui di seluruh wilayah NTB,” ujarnya.

Menparekraf Sandiaga juga menjelaskan, Indonesia mempunyai potensi besar untuk mengembangkan wisata halal dan menjadi destinasi muslim friendly based terkemuka di dunia.

Pengembangan potensi wisata halal tersebut dalam upaya menciptakan lapangan kerja dan menarik devisa dari muslim traveler dengan optimal. Data State of The Global Islamic Economy Report 2019 menyebutkan, jumlah pengeluaran wisatawan muslim dunia sebesar 200,3 miliar dolar AS atau sebesar 12 persen dari total pengeluaran wisatawan global sebesar 1,66 triliun dolar AS.

Menparekraf mengatakan pengembangan potensi wisata halal ini adalah bentuk upaya menciptakan lapangan kerja dan menarik devisa dari muslim traveler dengan optimal

“Dengan demikian, Indonesia berada di urutan ke-5 dari “TOP 5 Negara Muslim Traveler” dengan pengeluaran terbesar setelah; Saudi Arabia, UAE, Qatar, dan Kuwait. Dibandingkan dengan negara-negara dengan mayoritas penduduk muslim lain, Indonesia termasuk konsumen produk halal terbesar, namun disayangkan masih banyak produk yang dibelanjakan merupakan produk impor,” katanya.[***]

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *