Cuaca Ekstrem di Sekitar Kita: Hujan Datang Banjir Mengancam |
|
Brace yourself, Irwan!
Terutama kalau kamu tinggal di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. BMKG telah memperingatkan potensi cuaca ekstrem di wilayah ini masih akan terjadi hingga 15 Oktober mendatang.
Kalau kamu punya opsi untuk work from home, sebaiknya dipergunakan dengan baik nih. Karena ada potensi terjadinya hujan intensitas sedang-lebat ditambah dengan angin kencang, yang bisa jadi berujung banjir seperti yang terjadi di pekan lalu. Mengutip CNN, wilayah Jakarta Selatan menjadi lokasi yang mengalami banjir terparah akibat hujan yang mengguyur pada Selasa (4/10) dan Kamis (6/10). |
Tak hanya Jakarta, keterangan pers BMKG juga memperingatkan cuaca ekstrem serupa masih akan terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia pekan ini. Hingga hari Minggu (9/10), banjir setidaknya telah terjadi di Aceh, Balikpapan, Bandung, hingga sejumlah kawasan di Kalimantan Barat.
Kalau sudah begini, sulit rasanya hanya melihat hujan lebat dan banjir sebagai “fenomena alam”, karena dua hal tersebut adalah dampak Krisis Iklim yang sudah diprediksi oleh para peneliti iklim.
Catatan Greenpeace terhadap laporan para peneliti iklim IPCC Working Group 2 telah menyebutkan bahwa “berbagai risiko iklim muncul lebih cepat dan akan menjadi lebih parah dalam waktu yang lebih dekat.” Inilah yang terjadi pada banjir di berbagai kota di tengah ancaman Krisis Iklim. Tidak perlu lagi hujan berhari-hari, hujan beberapa jam pun bisa menyebabkan banjir besar dan melumpuhkan akses jalan di sekitar kita.
Kembalinya banjir juga mengingatkan bahwa kita tidak siap menghadapi ancaman Krisis Iklim yang lebih besar. Target Jakarta untuk menjadi kota berketahanan iklim pada 2030, misalnya, seharusnya bisa dibuat lebih ambisius dan nyata karena dampaknya sudah terasa saat ini. Apa kabarnya 2030 nanti? |
Selain itu, meningkatnya suhu bumi adalah salah satu faktor yang menyebabkan hujan terjadi semakin lebat di sebagian penjuru dunia – sedangkan kekeringan melanda sebagian lainnya. Karena setiap celcius kenaikan suhu bumi, jumlah uap air di atmosfer meningkat 7% dan jatuhnya tidak merata.
Apalagi peneliti Cuaca dan Iklim Ekstrem BMKG Siswanto menyebutkan “Jakarta suhunya sudah lebih cepat dan lebih kuat 1,4 derajat peningkatannya dibandingkan suhu global.” Maka potensi hujan lebat akan semakin besar jika kita tidak berhasil untuk menekan pemanasan di bawah 2 derajat celcius.
Sedangkan secara global, penelitian terbaru berjudul “Uniting in Science”, yang dikoordinasikan oleh World Meteorological Organization (WMO), menyebutkan rata-rata suhu global pada 2018–2022 (berdasarkan data hingga Mei atau Juni 2022) diperkirakan 1,17 derajat celcius di atas rata-rata tahun 1850–1900.
Untuk menghindari peningkatan suhu bumi yang lebih cepat lagi, tidak ada cara yang lebih baik selain mendorong pengurangan emisi gas rumah kaca secara besar-besaran.
Kenyataan bahwa data awal emisi CO2 global pada tahun 2022 (Januari hingga Mei) meningkat 1,2%, di atas level yang tercatat selama periode yang sama tahun 2019, menunjukan belum adanya keseriusan untuk membawa kita keluar dari permasalahan Krisis Iklim dan cuaca ekstrem. |
Yuk, lebih aware dengan permasalahan iklim di sekitar kita. Terus desak para pemangku kebijakan dan perusahaan penghasil emisi besar untuk berpihak pada keselamatan dan keberlangsungan hidup masyarakat – terutama mereka yang rentan terkena dampak Krisis Iklim. Karena semua akan terdampak, bila kita tidak bergerak sekarang.
Salam hijau damai, Greenpeace Indonesia |