Ragam  

Banyolan Menunggu Waktu Santai, Lumayan Bisa jadi Hiburan

Pingintau.id, -Jam kerja [bagi yang masih kerja] sebentar lagi berakhir, tinggal menunggu waktu-nya pulang, duduk sembari mengendorkan urat syaraf itu lebih penting, rasa capek otak bisa hilang, biar pulangnya gak marah-marah ma istri /suami, dan anak. Ada baiknya ya..baca dikit cerita banyolan daripada bengong, dan mikirin lain lagi.

Syukur -syukur dari sekian pembaca rubrik ini ada yang memang suka /hobi, berikut ini ada beberapa cerita banyolan lucu untuk Ente, silahkan baca kalo’ lucu silahkan “ngakak” yang jelas gak ada yang melarang semua gratis, semoga juga selalu sehat !

 

Kancil & Buaya

Si Kancil dan Buaya Suatu hari, si Kancil sedang berjalan-jalan di tepi sungai. Tiba-tiba, ia melihat seorang buaya yang berjemur di atas batu. Kancil yang cerdik berpikir untuk menggoda buaya tersebut.

Kancil: “Hei, Buaya! Apa kamu bisa melompat lebih tinggi dari pohon di sebelah sini?” Buaya: “Tentu saja tidak! Aku adalah buaya, bukan hewan penggigit tinggi.”

Mendengar itu, Kancil dengan cepat melompat ke atas pohon tertinggi dan berteriak, “Bagus! Sekarang tunjukkan padaku kalau kamu bisa melompat melewati pohon ini!”

Buaya merasa terjebak dan berusaha melompat tinggi untuk mengejar Kancil. Namun, ia tidak dapat melompat sejauh Kancil dan jatuh ke sungai dengan suara gemuruh.

Kancil: “Hahaha! Jangan pernah meremehkan si Kancil yang cerdik!”

 

 

Telepon Genggam Ajaib

Telepon Genggam Ajaib Ada seorang pria yang mendapatkan telepon genggam ajaib. Setiap kali ia mengetik “Telolet” di telepon itu, sebuah bis akan muncul di depannya dan berbunyi “Telolet-telolet!”

Pria itu sangat senang dengan telepon genggamnya yang ajaib dan mulai memanfaatkannya untuk keuntungannya sendiri. Suatu hari, ia sedang terlambat pergi kerja, jadi ia mengeluarkan telepon genggam ajaibnya dan mengetik “Telolet!”

Tidak lama kemudian, sebuah bis besar muncul di depannya dan berbunyi “Telolet-telolet!” Pria itu dengan senang hati naik ke bis tersebut dan berpikir bahwa dia akan sampai di tempat kerja dengan cepat.

Namun, ketika bis itu berhenti di tengah perjalanan, sopir bis itu keluar dan bertanya, “Maaf, Pak, tapi ini bis wisata. Kami tidak pergi ke tempat kerja Anda. Kami hanya mengantar wisatawan ke objek wisata terdekat.”

Pria itu terkejut dan berkata, “Oh tidak, telepon genggamku tidak bekerja dengan baik! Sekarang aku terjebak di sini!”

Cerita ini mengajarkan kita untuk tidak selalu mengandalkan alat-alat modern dalam kehidupan sehari-hari.

 

 

Gigi Palsu

Gigi Palsu yang Hilang Seorang kakek sedang berkunjung ke rumah anaknya. Ketika mereka sedang duduk bersama, tiba-tiba kakek tersebut merasa gigi palsunya terlepas dan terjatuh ke lantai.

Kakek: “Astaga, gigi palsuku terlepas! Anakku, bisakah kamu membantu mencarinya?”

Anak: “Tentu, Ayah. Di mana gigi palsumu terlepas?”

Kakek: “S

 

Pelit..

Ada seorang pria bernama Budi yang sangat pelit. Ia tidak pernah mau mengeluarkan uang untuk apa pun, bahkan untuk hal-hal yang sepele. Suatu hari, Budi pergi ke restoran untuk makan malam. Setelah makan, ketika pelayan datang memberikan tagihan, Budi tampak sedikit gugup.

Pelayan: “Tagihannya sebesar 100 ribu rupiah, Pak.”

Budi memikirkan cara untuk mengurangi jumlah tagihan tersebut. Akhirnya, ia punya ide yang kreatif.

Budi: “Maaf, saya lupa membawa uang. Apakah Anda menerima cek?”

Pelayan: “Tentu, Pak. Bisa saya lihat ceknya?”

Budi kemudian mengeluarkan sebuah kertas dari saku celananya. Pelayan pun melihat dengan heran, karena kertas yang dikeluarkan oleh Budi bukanlah cek, melainkan sebuah catatan belanja dari toko swalayan.

Pelayan: “Maaf, Pak. Ini bukan cek, ini hanya catatan belanja.”

Budi dengan santai menjawab, “Oh, maaf. Saya pikir catatan belanja itu sama saja dengan cek. Tapi tidak apa-apa, bisa ditulis sendiri di sini: ‘100 ribu rupiah’.”

Pelayan terkejut mendengar jawaban Budi dan mencoba menahan tawa. Meskipun demikian, ia menjelaskan bahwa catatan belanja tidak dapat digunakan sebagai pembayaran.

Pelayan: “Maaf, Pak. Saya tidak bisa menerima ini sebagai pembayaran. Harus menggunakan uang tunai atau kartu.”

Budi merasa kecewa karena triknya tidak berhasil. Ia akhirnya harus mengeluarkan uang tunai untuk membayar tagihan. Dalam hati, Budi berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak lagi mencoba trik seperti itu di masa depan.

Cerita ini mengingatkan kita untuk tidak terlalu pelit dan cerdik hingga mengabaikan etika dan norma yang berlaku. Kadang-kadang, banyolan sederhana seperti ini bisa membuat kita tersenyum dan terhibur.[***]