Kegiatan kampanye yang disuarakan para Duta Hemat Energi (DHE) diharapkan dapat memupuk perilaku bijak dalam menggunakan energi dan air, baik bagi diri sendiri dan masyarakat sekitarnya. Mereka terus menerus menyebarkan ajakan berbuat kebaikan untuk menggunakan energi dan air lebih bijak dimanapun mereka berada. Duta Energi adalah sebagian kecil dari masyarakat yang terus bergerak menebar kebaikan.
DHE dibentuk di 24 sekolah dari berbagai jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) Hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Pemilihan generasi muda sebagai DHE dengan pertimbangan karena generasi muda merupakan kelompok potensial yang dapat mendukung aksi penurunan emisi GRK. Mereka juga dapat menciptakan efek bola salju di masa depan dari sisi perubahan perilaku.
Kampanye di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat dilakukan baik secara langsung maupun melalui media sosial. Kebanggaan menjadi seorang anggota DHE diungkapkan Muhammad Rizky Alaika Sulistyo (11 tahun) siswa kelas 5 SD Margorejo 1, Surabaya, yang merupakan satu diantara 120 DHE.
“Saya senang menjadi Duta Hemat Energi. Bunda juga mendukung aku menjadi Duta Hemat Energi. Kata bunda, iya ga apa-apa dicoba saja itu bagus programnya,” ujar Rizky.
Menjadi anggota DHE juga membuat Rizky membantu orang tuanya. Kampanye yang dilakukan di lingkungan keluarganya telah dapat membuat biaya pembayaran listrik jadi lebih murah.
“Aku senang jadi DHE, soalnya juga bisa membantu bunda mengurangi biaya bayar listrik. Biasanya keluarga saya bayar listrik Rp2 juta sekarang Rp1,7 juta,” terang Rizky.
Ketika ditanyakan bagaimana mengkampenyakan penggunaan energi lebih hemat kepada keluarga dan teman-teman sekolahnya, Rizky menjawab, “Aku beri tahu untuk matikan lampu kalau tidak dipakai. Kalau mau keluar rumah jangan lupa matikan lampu karena sudah siang, nanti jadi pemborosan. Semua paham, langsung “nyantol” dan tau maksud aku jadi mereka langsung mematikan lampu jika tidak dipakai,” jelasnya.
Selain kepada keluarga, Rizky dan empat rekan anggota DHE lainnya juga memberikan pemahaman kepada teman-temannya, termasuk kepada siswa baru dalam acara masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS).
“Teman-teman jangan lupa ya matiin lampu kalau tidak dipakai, bisa boros loh,” ujar Finalis Pangeran Lingkungan Hidup 2021 ini.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan, pembentukan DHE dari kalangan pelajar ini merupakan bagian kampanye untuk menyiapkan sumber daya manusia yang peduli terhadap konservasi energi sedini mungkin sehingga bisa membentuk generasi yang sadar akan hemat energi.
“Kami terus membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya kultur efisiensi energi sejak dini, sehingga bisa membentuk generasi yang sadar akan hemat energi,” kata Agung di Jakarta, Rabu (27/7).
Pembangunan kapasitas dan kesadaran generasi muda tersebut, sambung Agung, diharapkan mampu menjadi pendukung aktif dan berpengetahuan tentang efisiensi dan konservasi energi. “Keterlibatan mereka tentu bagian dari dukungan terhadap pemerintah untuk promosi akan energi terbarukan hingga kontribusi terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca,” lanjutnya.
Ade Djunainah, perwakilan dari IIEE (Indonesian Institute for Energy Economics) juga menyatakan hal yang sama, menurutnya mereka yang masih anak-anak saat ini kelak pada tahun 2045 mendatang akan menjadi pemimpin negeri ini yang akan telah memiliki kesadaran pentingnya efisiensi energi.
“Program ini membantu programnya Kementerian ESDM, khususnya untuk Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan untuk mempercepat terwujudnya komitmen pengurangan emisi Paris Aggreement. Kenapa anak-anak sekolah? karena di tahun 2045 mendatang di mana Indonesia emas adalah bonus demografi, mereka yang sekarang masih anak-anak ini diharapkan sudah menjadi pemimpin, pengambil keputusan yang dapat menerapkan energi efisiensi,” tutur Ade.[***]