Pingintau.id, Enny Sudarmonowati, Peneliti dari Pusat Riset Rekayasa Genetika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menorehkan prestasi gemilang. Kini, di tahun 2022, srikandi BRIN tersebut sukses menyabet Fulbright Visiting Scholar Program (FVSP). Sebuah program paling bergengsi yang didanai oleh pemerintah Amerika Serikat.
Dalam wawancara tertulisnya, Profesor Riset bidang Bioteknologi Tanaman ini menerangkan, FVSP adalah penghargaan yang diperuntukkan bagi para doktor atau profesor internasional yang belum pernah menjalin kerja sama riset, melakukan kolaborasi, dan memberi kuliah di perguruan tinggi Amerika untuk periode paling lama enam bulan.
Doktor lulusan University of Bath Inggris tahun 1991 ini menceritakan, penghargaannya bermula dari saling ketertarikan dengan salah seorang mitranya, Profesor Ilya Raskin dari Rutgers University, New Jersey, untuk melakukan kolaborasi riset terkait tanaman tropis yang dapat menghasilkan senyawa aktif untuk kesehatan dengan pendekatan terintegrasi.
Penelitian faktor fisik akan berpengaruh terhadap kandungan, serta gen yang mengatur dan ekspresi gen yang mendasari. Tanaman dengan kandungan komponen penting tertinggi dilengkapi dengan informasi genetiknya akan diperbanyak di Indonesia. Nantinya, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan Indonesia, terutama untuk industri dan petani.
Selain itu, motivasi lain Enny mengikuti FSVP ini karena ingin memperluas jaringan. Selama ini perempuan yang pernah meraih penghargaan “100 Peneliti Perempuan Berprestasi Tahun 2011” lebih fokus menjalin kerja sama dengan Jepang, Inggris dan negara Eropa, seperti Belanda dan Belgia. Kerja sama riset dengan institusi di Amerika hanya sebatas mengundang pembicara di konferensi internasional dan belum pernah melakukan penelitian bersama.
“Diharapkan kerja sama ini dapat berkembang dan mempercepat dihasilkannya varietas unggul dengan pendekatan terintegrasi. Kerja sama dengan Rutgers University juga dapat diacu banyak pihak, mendorong peluang pendanaan lain, karena keberhasilan memperoleh Fulbright Grantee merupakan prestasi tinggi, bahkan bagi pihak Amerika sendiri,” ungkap Enny.
Enny akan menjalankan program ini selama 5.5 bulan, dimulai pada 1 September 2022 hingga Februari 2023. Bidang riset yang akan dikembangkan terkait biologi molekuler. Fokus riset untuk perbaikan sifat tanaman, dikombinasikan dengan teknologi radiasi, termasuk beberapa teknologi omics yaitu transkriptomik dan metabolomik, serta teknologi propagasi yang paling sesuai.
Untuk tanaman tropis yang dipilih dalam penelitian adalah cabai merah. Terpilihnya tanaman ini karena memiliki siklus hidup pendek, bernutrisi, mengandung senyawa penting untuk kesehatan, banyak dikonsumsi di Indonesia dan daerah tropis lainnya, juga bernilai ekonomi tinggi. “Selain mengandung vitamin C, cabai merah juga mengandung vitamin E atau tokoferol dan capsaicin yang menimbulkan rasa pedas. Kandungan lainnya belum banyak diteliti dan dimanfaatkan. Melalui studi untuk mengetahui gen yang meregulasi tingginya kandungan penting dan ekspresi gen-nya, maka dapat meningkatkan kandungan senyawa yang diminati. Selain jenis dan intensitas cahaya dalam kultur in vitro, juga dilakukan radiasi untuk melihat efeknya dalam peningkatan kandungan dan kaitannya dengan ekspresi gen,” papar Enny.
Enny meyakini dengan mengikuti program FSVP akan banyak mendatangkan manfaat bagi bidang penelitian yang ditekuni. Selain menghasilkan varietas unggul baru, dirinya juga dapat mengetahui relasi kandungan bahan aktif tergantung perlakuan cahaya dan radiasi, serta mengetahui ekspresi gen yang mengatur kandungan serta kandungan penting lainnya.
Tak hanya itu, program ini juga dapat menjadi model riset lintas disiplin dan teknologi, antara lain biologi molekuler, teknologi transkriptomik, metabolomik dan teknologi perbanyakan, sehingga dapat menjadi terobosan riset terintegrasi.
Harapan Enny, capaian yang diperolehnya kelak dapat memajukan pertanian Indonesia dan menularkan kemampuan ke masyarakat dan peneliti lain dalam penggunaan teknologi dan pendekatan yang pernah dilakukan. Nantinya, upaya berbagi ilmu pengetahuan akan dilakukan terutama di Indonesia Timur dengan melibatkan perguruan tinggi.
“Keberhasilan memperoleh Fulbright dengan serangkaian seleksi yang ketat diharapkan dapat memberi contoh dan semangat ke generasi muda untuk terus mengasah pengetahuan, kemampuan, ilmu dan wawasan. Harus terus aktif menjalin kerja sama internasional dan tidak gentar berkompetisi mengikuti ajang pemilihan terkenal dunia yang sangat kompetitif. Jangan mengeluh dengan keterbatasan yang ada di dalam negeri, tetapi tetap dapat mencari solusinya dengan kerja sama internasional dan tetap mengikuti peraturan negara kita,” pesan Enny.
Sebagai informasi, perempuan yang aktif menjadi peneliti sejak tahun 1986 telah banyak melakukan riset menggunakan marka molekuler. Riset ini menjadi dasar rekomendasi untuk konservasi berbagai jenis hewan laut dan mamalia kecil hutan, walaupun lebih berfokus pada tanaman. Untuk perbaikan genetika tanaman secara bioteknologi, ia menggunakan kombinasi teknik pemanfaatan mikroorganisme untuk perantara pembawa gen. Riset skrining potensi dan sifat unggul dilakukan dengan teknologi marker-aided breeding, rekayasa genetika, juga pendekatan genomik dan teknologi “omik” lainnya dalam bioteknologi modern. Teknik in vitro untuk preservasi jangka panjang dan Next Generation Sequencing (NGS) termasuk Whole Genome Sequence (WGS) untuk konservasi ex situ berdasarkan genetika populasi.
Sebagai peneliti, Enny telah menghasilkan publikasi ilmiah lebih dari 208 (114 diantaranya berbahasa Inggris), dua paten (granted), tiga paten terdaftar dan empat Perlindungan Varietas Tanaman (PVT). Dia juga pernah menduduki jabatan formal penting, aktif menjadi pembimbing mahasiswa dan pembicara internasional. Beberapa penghargaan pernah diraih, diantaranya “Woman of The Year”, “Best Invertor Award”, dan “113 Inovasi Terbaik Indonesia Tahun 2021”. Keterlibatannya pada beberapa organisasi internasional dan nasional juga sangat aktif, bahkan pernah menduduki jabatan strategis. [***]
Humas BRIN