Pingintau.id, Dalam dunia akademis terutama ilmu biologi hewan, tata nama sangat penting dalam sistematika maupun taksonomi selain identifikasi dan klasifikasi. Hal ini sangat penting agar penemuan baru seorang peneliti dapat diakui secara luas di dunia internasional.
Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Amir Hamidy berbagi pengalamannya selama ini tentang tata cara pemberian nama takson baru dan penulisan ilmiahnya untuk reptil dan amfibi pada sebuah acara yang dihelat Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) pada webinar Biolecture #20 bertajuk “Tata Nama Hewan: Prosedur Penulisan dan Usulan Nama Baru”, pada Senin (15/8).
Sejak tahun 2010-2022, Amir dan timnya telah menemukan 3 Genus baru Amfibi, yaitu Sigalegalephrynus gen. nov., Bijurana gen. nov. dan Rohanixalus gen. nov., dan 33 jenis baru amfibi serta 11 jenis baru reptil.
Amir yang juga pakar di bidang Herpetologi, telah memonitor jenis-jenis baru yang dilakukan author Indonesia. Sebanyak 30 jenis amfibi dan reptil tersebar di Indonesia dan telah dideskripsikan di Laboratorium Herpetologi Museum Zoologi Bogor dari tahun 2015-2018. Untuk amfibi di dunia ini ada 3 ordo, dan dari ke tiga ordo tersebut ada sekian famili, dan dari sekian famili ada sekian genus hingga sampai ke spesies
“Ketika kita menemukan suatu jenis baru harus stay pada satu kepakaran tertentu, jadi kalau kita menekuni di ruang reptil atau amfibi di situ kita terus konsisten, karena informasi terkait informasi takson tersebut sangat dinamis setiap tahun, kalau tidak update pada jenis itu jadi kita akan ketinggalan,” ungkap Amir.
Amir melanjutkan penjelasannya bahwa dalam pengelompokkan hewan retil terdapat pengelompokkan yang dinamakan klas, ordo, genus dan spesies. “Misalnya di reptil, kita tahu dari reptil itu adalah kelas, di bawah kelas ada ordo, dari masing-masing ordo ada bentuk khasnya, dari ordo ada berapa jenis, genus, species itu harus kita harus update informasinya, termasuk di Indonesia reptinya ada 790 jenis,” rincinya.
Dikatakan Amir, bahwa klasifikasi hewan reptil terdapat 3 kelompok yaitu kelompok reptil buaya, ular dan kura-kura. Bila mendefinisikan satu jenis reptil harus terus-menerus diupdate karena kedinamisannya.
Sosok alumni S3 Universita Kyoto Jepang ini melanjutkan penjelasannya bahwa dalam mengenali suatu takson yang kita geluti harus paham betul karakter morfologi dari suatu takson. “Walaupun ilmu molekuler sangat cepat sekali berkembang karena deteksi jenis baru juga sangat cepat, namun tanpa ilmu morfologi tidak akan dapat menentukan suatu jenis baru. Karakter pada spesimen referensi (tipe) melihat kevalidan dalam suatu spesies nama, untuk mengungkap tipe itu ilmu marfologi harus dipahami,” tegas Amir.
Begitu pun dalam penentuan jenis baru, harus dapat memahami siklus individu dari suatu sepesies. Misalnya pada hewan amfibi seperti katak dalam siklus hidupnya terdapat perubahan morfologi individu dari larva atau berudu hingga menjadi katak dewasa.
“Dalam suatu siklus individu ada suatu perubahan misalnya pada katak, katak itu mulai dari berudu menjadi katak kecil dan menjadi katak dewasa atau dikenal juga istilah metamorfosis. Hal ini yang membantu pada suatu spesies yang ditemui baru atau tidak,” jelas Amir.
Disamping itu, penentuan suatu jenis baru specimen harus diidentifikasi berada di level mana dari klasifikasi ordo, genus, atau spesies. Syarat sebuah pemberian nama atau tata nama suatu jenis hewan diakui harus dipublikasi. Salah satunya adalah dengan publikasi yang konsisten bisa ditelusuri seperti contoh jurnal ilmiah. Jurnal dalam bahasa yang dapat dipahami secara umum, kemudian melalui pakar-pakar yang membidangi.
Amir pun menyontohkan publikasi perdananya pada Jurnal ilmiah Zootaxa berjudul “A new species of blue-eyed Leptobrachium (Anura: Megophryidae) from Sumatra, Indonesia.
Sebagai catatan penting dalam penemuan jenis baru apapun informasi ilmiah dari spesies sangat berharga dicatat secara detail, kemudian difoto, karakter-karakter yang hilang setelah diawetkan harus didokumentasikan. Hal ini untuk memudahkan dalam mendeskripsikan setelah menjadi spesien acuan misalnya warna, bentuk anggota tubuhnya : tangan atau kaki, selaputnya dan lain-lain.
Kriteria penemuan jenis baru selain publikasi jurnal juga tercantum dalam Zoobank. Dalam chapter-chapter taksonomi terdapat holotype, paratypes, etimology, diagnosis dan lainnya. Sebagai contoh dari pemateri yaitu publikasi penemuan jenis baru katak Leptobrachium waysepuntiense sp. nov. dari masing chapternya telah dijelaskan.
Tak ketinggalan, Amir juga menjelaskan terkait penulisan dalam publikasi ilmiah jurnal, spesimen-spesimen type dari genus Megophrys dari berbagai daerah pulau Sumatra dan Kalimantan dalam philogeni.
Webinar yang dihadiri sekitar 360 peserta ini selain pemateri dari peneliti BRIN, hadir pula dari UGM yaitu Bambang Agus Suripto yang membawakan materi berjudul Biolecture Series : Tata Nama Hewan yang dipandu oleh moderator Dr. Dra. Rr. Upiek Ngesti Wibawaning Astuti, DAP., M.Kes.[***]