Pingintau.id, Cibinong -PRRG, Organisasi Hayati dan Lingkungan (ORHL) BRIN bersama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Terbuka (UT) menjalin kerja sama dalam inovasi teknologi peningkatan produksi beta-sitosterol pada keladi tikus (Typhonium flagelliforme).
Peneliti Pusat Riset Rekayasa Genetika (PRRG) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Endah Dwi Hartuti mengatakan, keladi tikus diketahui memiliki potensi antikanker. Namun ekplorasi tanaman tersebut dan kandungan metabolisme masih sangat terbatas.
“Fokus penelitian kami adalah inovasi peningkatan produktivitas tanaman keladi tikus, khususnya beta-sitosterol,” kata Endah, di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, Cibinong, Jumat (4/8).
Karena itulah, PRRG, Organisasi Hayati dan Lingkungan (ORHL) BRIN bersama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Terbuka (UT) menjalin kerja sama dalam inovasi teknologi peningkatan produksi beta-sitosterol pada keladi tikus (Typhonium flagelliforme). Hal ini ditandai dengan penandatangan kerja sama oleh Kepala PRRG BRIN Ratih Asmana Ningrum dengan Dekan FKIP UT Ucu Rahayu.
Endah menjelaskan, penelitian diawali dengan identifikasi gen terasosiasi dengan biosintesis beta-sitosterol, untuk dapat meningkatkan produktivitas beta-sitosterol dari tanaman keladi tikus.
“Penelitian kami selanjutnya akan mencoba untuk menganalisa ekpresi gen dari gen-gen target dari beberapa aksesi di keladi tikus yang ada di Indonesia,” imbuh Endah.
Dirinya berharap, penelitian keladi tikus dapat memperoleh informasi genetik secara molekuler. Sehingga menjadi panduan para pemulia tanaman untuk memanfaatkannya.”Informasi yang kami peroleh, sesi yang diketahui memiliki tingkat ekspresi gen tinggi dapat dilakukan pemuliaan, diperoleh galur-galur keladi tikus yang mengekpresikan produksi beta-sitosterol. Sehingga potensinya dapat dimanfaatkan luas oleh masyarakat,” pungkasnya.
Dalam sambutannya, Ratih mengungkapkan, PRRG BRIN berkomitmen memajukan riset dan inovasi di bidang pemanfaatan biodiversitas Indonesia, melalui teknologi molekuler dan rekayasa genetika.”Kolaborasi ini dapat memperkuat kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM), sehingga mencapai output riset yang sudah ditetapkan sebelumnya.” ungkap Ratih.
Dia berharap, kegiatan kerja sama PRRG BRIN dan FKIP UT akan melahirkan kerja sama baru dalam berbagai skema kegiatan, seperti topik riset baru, publikasi, kekayaan intelektual, dan pembimbingan mahasiswa.
Ucu Rahayu mengungkapkan, kegiatan kerja sama ini bermula dari penulisan modul bioteknologi dan berlanjut kolaborasi riset. “Kami sebagai sivitas akademika mempunyai kewajiban melakukan tiga hal di bidang pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang utama,” tuturnya.
Ucu berharap dapat melakukan penelitian atau kerja sama lainnya, seperti produk artikel jurnal.[***]/brin