Pingintau.id, New York – Pandemi yang telah berjalan dua tahun ini semakin memperkuat keyakinan Indonesia bahwa pemulihan global harus diupayakan secara inklusif, transformatif, dan kolaboratif.
Hal tersebut menjadi kunci pernyataan Duta Besar Ibnu Wahyutomo, selaku co-chair Leadership Dialogue 2, dalam Preparatory Meeting Stockholm+50 yang berlangsung di Markas Besar PBB, New York, Amerika Serikat, pada tanggal 28 Maret 2022.
Stockholm+50 (S+50) adalah forum untuk memperingati 50 tahun United Nations Conference on the Environment, atau yang dikenal dengan Konferensi Stockholm 1972. Tema besarnya adalah “A healthy planet for the prosperity of all – our responsibility, our opportunity. Hasil utama dari Konferensi Stockholm saat itu adalah terbentuknya United Nations Environment Programme (UNEP), yang merupakan organisasi pertama di bawah PBB yang fokus menangani isu lingkungan hidup.
Tujuan forum S+50 adalah mengumpulkan pandangan dan rekomendasi berbagai stakeholders bagi kerjasama pembangunan, lingkungan hidup, keanekaragaman hayati, iklim, serta mendorong pencapaian SDGs.
Untuk itu, S+50 mengadakan tiga sesi Leadership Dialogue (LD), yang memiliki fokusnya masing-masing. Sesi LD-1 dengan co-chair Kanada dan Ekuador mengangkat “actions to achieve healthy planet and prosperity”, LD-2 mengangkat tema “achieving a sustainable and inclusive recovery”, sedangkan LD-3 oleh Finlandia dan Mesir mengangkat “environmental dimension of sustainable development”.
Preparatory meeting ini merupakan salah satu tahapan pembahasan, sebelum pertemuan puncak S+50 pada tanggal 2 – 3 Juni 2022 mendatang di Stockholm, Swedia. Preparatory meeting menghadirkan negara anggota PBB, berbagai macam perwakilan NGOs, serta badan-badan PBB.
Preparatory Meeting Stockholm+50 membuka kesempatan dialog antara para co-chairs dari tiap leadership dialogue, antara lain Kanada-Ekuador, Indonesia-Jerman, dan Finlandia-Mesir, dengan negara-negara anggota PBB, LSM, dan badan-badan PBB. Dialog tersebut telah berikan masukan dan panduan yang sangat berharga agar Stockholm+50 dapat berikan rekomendasi yang konkret dan bermanfaat bagi masyarakat umum..
Dalam kesempatan ini, Dubes Ibnu menekankan bahwa “Pandemi COVID-19 memberikan tantangan dan juga kesempatan, salah satunya melalui pemanfaatan inovasi dan teknologi digital sebagai pilar ketahanan selama pandemi dan salah satu sumber pertumbuhan hijau”.
Manfaat dari perkembangan teknologi dan inovasi digital akan berkelanjutan jika dibarengi dengan akses merata untuk mengatasi kesenjangan digital yang masih luas di beberapa belahan dunia, inovasi sektor finansial untuk membuka peluang green financing serta perlindungan terhadap data personal pengguna internet.
Selain sampaikan mengenai pentingnya pemanfaatan teknologi dan inovasi, Dubes Ibnu juga tekankan peran penting dari Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) serta kemitraan global untuk mendukung upaya negara berkembang mencapai target pembangunan berkelanjutan (SDGs).
“Proses Stockholm+50 harus dapat memajukan kerja sama negara maju dan berkembang dalam menjawab tantangan technological gap dan akses finansial negara berkembang serta berbagai isu lingkungan hidup global,” jelas Dubes Ibnu.[***]
Naskah & foto: Kementerian Luar Negeri RI