Pingintau.id,Cibinong -Indusri tanaman hias berperan strategis bagi perekonomian nasional karena besarnya peluang pasar global. Peluang ini akan tertangkap jika sumber daya genetik (SDG) dan SDM tanaman hias saling bersinergi. Untuk menyelaraskan sinergi ini, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), melalui Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan (PRHP) menyelenggarakan Sharing Session #4 dengan topik “Riset dan Inovasi Tanaman Hias untuk Meningkatkan Pesona dan Daya Saingnya pada Pasar Domestik dan Ekspor”, Kamis (15/9) secara daring.
Kegatan tukar pengetahuan ini bertujuan untuk berbagi informasi dan pengalaman mengenai potensi dan permasalahan pengembangan tanaman hias, pemanfaatan SDG untuk perakitan varietas unggul baru, serta peranan teknologi dalam mendukung peningkatan produktivitas dan mutu.
“Modalnya adalah SDG tanaman hias yang melimpah dan SDM yang potensial di Indonesia,” dikatakan Dwinita Wikan Utami, Kepala PRHP, ketika membuka acara. Dwinita menjelaskan bahwa prospek pasar tanaman hias sangat cerah, dengan permintaan pasar global produk florikultura meningkat sekitar 27%. Nilai pasar internasional sangat besar dan prospektif sebagai sumber devisa negara.
Lebih lanjut Dwinita menuturkan bahwa PRHP memiliki kompetensi untuk merencanakan, melaksanakan dan mengembangkan inovasi tanaman hias dalam menjawab permasalahan yang dihadapi oleh industri florikultura, serta meningkatkan daya saing dan nilai tambah. “Pengembangan hasil riset ini sangat diharapkan dapat berkontribusi pada perekonomian dan dimanfaatkan oleh mitra industri,” harapnya.
Turut hadir sebagai narasumber, Suskandari Kartikaningrum, Peneliti Ahli Madya PRHP, yang menjelaskan pemanfaatan SDG tanaman liar untuk perakitan varietas baru tanaman pacar air dan perbenihannya. Suskandari mengatakan bahwa pemuliaan Impatiens (pacar air) dimulai pada 2004 melalui Sakata Seed Cooperation, yang setahun berselang berhasil melakukan pemasaran produk perdana. Kemudian pada tahun 2014 dilakukan kesepakatan kerja sama antara Sakata dengan Badan Litbang Pertanian, yang merupakan cikal bakal Protokol Nagoya hingga saat ini. Pada tanggal 24 Maret 2016 dilakukan launching internasional di Jepang, yang diikuti pada 6 September 2016 di Indonesia.
Suskandari melakukan penelitian SunPatients (varietas unggul baru dari persilangan antar spesies pacar air) secara mandiri di Sakata. Hasil penelitiannya menunjukan ternyata SunPatiens menyerap nitrogen dioksida tiga hingga empat kali lebih banyak dari pada rata-rata tanaman, yang artinya dapat berkontribusi pada pemurnian udara. Di negara iklim hangat telah terbukti bahwa SunPatiens berkontribusi pada pendinginan udara. Suskandari menambahkan bahwa hingga saat ini telah dirilis lima varietas, yaitu Imadata Agrihorti, Tara Agrihorti, Impala Agrihorti, Mojang Timo Agrihorti dan Gincu Agrihorti. “Untuk mengetahui animo masyarakat kita melakukan display. Dan agar dapat dirilis di Indonesia, kita juga harus memenuhi aturan pendaftaran varietas dengan melakukan uji keunggulan,” ujarnya.
Sementara itu, Dita Agisimanto, Peneliti Ahli Madya dari pusat riset yang sama, menyampaikan materi peranan kultur jaringan dalam mendukung peningkatan produktivitas dan mutu hasil tanaman hortikultura. Dita menuturkan, kultur jaringan telah lama dikenal sebagai metode yang sangat akurat dalam modifikasi lingkungan fisik dan kimia untuk memproduksi tanaman hias. “Tujuannya untuk menghasilkan sel yang produktif, atau memproduksi embrio yang bisa dikembangkan menjadi produk yang diinginkan. “Sekarang, kultur jaringan sudah sangat berkembang. Banyak teknologi atau ilmu pengetahuan yang diintegrasikan dengan kultur jaringan,” jelas Dita.
Ditambahkanya pula, saat ini banyak perangkat yang bisa digunakan untuk membuat kultur jaringan lebih efektif, seperti sistem automatisasi untuk lingkungan kultur, aklimatisasi, sutomatisasi mikropropagasi, dan bioreaktor, serta sistem robotik untuk penyediaan media dan penyediaan benih sintetik.
Pertukaran informasi riset ini akhiri oleh Karen Tambayong, Chairperson of The Permanent Committee on Horticulture, Indonesian Chamber of Commerce and Industry, serta pemilik dari Floribunda Nursery yang ikut berbagi pengalaman dan kontribusinya untuk tanaman hias melalui paparan yang berjudul “Potensi dan Masalah Pengembangan Tanaman Hias Daun di Indonesia”. Ketiga narasumber sepakat bahwa kolaborasi sangat memudahkan pencapaian hasil yang lebih terarah. Skema ini dapat terjadi mengingat BRIN merupakan entitas yang menyelenggarakan penelitian secara inklusi. Mekanisme riset BRIN memungkinkan penelitian dapat terhilirisasi secara efektif karena hadirnya skema pendanaan dan pemanfaatan teknologi untuk produsen.
Lebih lanjut, inovasi diharapkan dapat berperan dalam menjaga perekonomian nasional salah satunya melalui pasar tanaman hias. Sehingga keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah meningkatnya kapasitas periset tanaman hortikultura, khususnya tanaman hias, dan terinisiasinya kolaborasi dengan mitra mulai dari pemanfaatan sumber daya genetik hingga penyediaan benih dengan berbagai pendekatan konvensional berbasis teknologi.[***]