Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Maju yang hadir bersama saya, Pak Sekretaris Kabinet, Pak Menteri BUMN, Pak Menteri Investasi, dan juga Pak Menteri ESDM;
Yang saya hormati Ketua OJK (Otoritas Jasa Keuangan) Bapak Wimboh Santoso, Bapak Kepala BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan);
Yang saya hormati Gubernur Sumatra Selatan beserta Bupati Kabupaten Muara Enim;
Yang saya hormati Presiden dan CEO Air Products and Chemicals, Mr. Seifi Ghasemi yang hadir secara virtual;
Yang saya hormati para CEO dan Dirut PT Bukit Asam, PT Pertamina, PT MIND ID (Mining Industry Indonesia);
Bapak-Ibu para tamu undangan, hadirin yang berbahagia.
Saya sudah berkali-kali menyampaikan mengenai hilirisasi, industrialisasi, pentingnya mengurangi impor. Ini sudah enam tahun yang lalu saya perintah, tetapi alhamdulillah hari ini, meskipun dalam jangka yang panjang belum bisa dimulai, alhamdulillah hari ini bisa kita mulai groundbreaking proyek hilirisasi batu bara menjadi DME (Dimetil Eter).
Impor kita elpiji itu gede banget, mungkin Rp80-an triliun dari kebutuhan Rp100-an triliun, impornya Rp80 triliun. Itu pun juga harus disubsidi untuk sampai ke masyarakat karena harganya juga sudah sangat tinggi sekali. Subsidinya antara Rp60-70 triliun. Pertanyaan saya, apakah ini mau kita terus-teruskan? Impor terus? Yang untung negara lain, yang terbuka lapangan pekerjaan juga di negara lain, padahal kita memiliki bahan bakunya, kita memiliki raw material-nya, yaitu batu bara yang diubah menjadi DME.
Hampir mirip dengan elpiji, tadi saya sudah melihat bagaimana api kalau yang dari DME untuk memasak dan api yang dari elpiji kalau untuk memasak, sama saja. Kalau ini dilakukan yang ini saja, di Bukit Asam ini yang bekerja sama dengan Pertamina dan Airproducts ini nanti bisa, sudah berproduksi, bisa mengurangi subsidi dari APBN itu Rp7 triliun kurang lebih. Kalau semua elpiji nanti disetop dan semuanya pindah ke DME, duit yang gede sekali Rp60-70 triliun itu akan bisa dikurangi subsidinya dari APBN. Ini yang terus kita kejar. Selain kita bisa memperbaiki neraca perdagangan kita karena enggak impor, kita bisa memperbaiki neraca transaksi berjalan kita karena kita enggak impor.
Tapi banyak memang, ini perintah sudah enam tahun yang lalu saya sampaikan, tapi memang kita ini sudah berpuluh-puluh tahun nyaman dengan impor, ada yang nyaman dengan impor. Memang duduk di zona nyaman itu paling enak. Sudah, rutinitas terus impor, impor, impor, impor, impor, enggak berpikir bahwa negara itu dirugikan, rakyat dirugikan karena enggak terbuka lapangan pekerjaan.
Bayangkan tadi disampaikan oleh Menteri Investasi akan membuka lapangan pekerjaan 11-12 ribu di sini. Kalau ada lima investasi seperti yang ada di hadapan kita ini 70 ribu lapangan pekerjaan akan tercipta. Itu yang langsung, yang tidak langsung biasanya 2-3 kali lipat. Inilah kenapa saya ikuti terus, saya kejar terus.
Tadi juga sebelum masuk ke sini saya kumpulkan semua yang berkaitan dengan ini untuk memastikan bahwa ini selesai sesuai yang disampaikan oleh Air Products dan juga tadi Menteri Investasi 30 bulan, jangan ada mundur-mundur lagi.
Dan kita harapkan nanti setelah di sini selesai dimulai lagi di tempat lain, karena ini hanya bisa menyuplai Sumsel (Sumatra Selatan) dan sekitarnya, kurang lebih enam jutaan KK (Kepala Keluarga). Karena kita memiliki deposit batu bara yang yang jauh dari cukup kalau hanya untuk urusan DME ini, sangat kecil sekali.
Dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, pada pagi hari ini Groundbreaking Proyek Hilirisasi Batu Bara menjadi Dimetil Eter (DME) saya nyatakan dimulai.[***]
naskah &foto :Setkab