Pingintau.id – Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Usman Kansong mengatakan, adanya beragam informasi yang beredar di ruang digital disinyalir membuat infodemi atau information overload. Hal ini, tentunya membuka peluang menjadikan suatu informasi menjadi bias.
“Tidak dapat dipungkiri kita berada dalam era information overload, kondisi ini berpotensi membuat informasi menjadi bias,” kata Usman Kansong ketika memberikan sambutan dalam Diskusi virtual dalam Webinar Literasi Pandemi dan Pemulihan Ekonomi pada Selasa (5/10/2021).
Menurut dia, pemerintah akan segera menindak lanjuti fenomena banjirnya informasi di ruang digital dengan langkah yang strategis di masa mendatang. Sehingga, informasi yang memiliki kecenderungan membuat bias dapat diantisipasi penyebarannya secara optimal.
Mengingat, penetrasi internet di Indonesia telah mencapai angka 73,7 persen dari jumlah total penduduk atau setara dengan 202,6 juta jiwa. Sebanyak 170 juta jiwa, aktif menggunakan YouTube, WhatsApp, Instagram, dan lain-lainnya.
“Mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terlebih dengan maraknya hoax dan disinformasi yang beredar di ruang digital,” tuturnya.
Ini penting dilakukan, sebab saat ini masyarakat yang mentaati kebijakan pemerintah yang diterapkan dalam menekan laju wabah global COVID-19 kerap aktif menggunakan ruang digital. Melalui itu, masyarakat melakukan kegiatan produktif menggantikan kegiatan tatap muka.
“Semua orang juga terpaksa melakukan aktivitas dari rumah oleh karena itu tingkat transaksi digital sangat tinggi di masa pandemi,” katanya.
Oleh karena itu, saat ini Kominfo tengah berkomitmen dalam mewujudkan ruang digital yang kondusif. Agar, ruang digital dapat dipenuhi oleh pesan-pesan produktif yang akan berdampak psoitif dalam penanganan wabah global COVID-19 ke depan.
Dengan cara, terus menerus menyebarkan informasi yang positif dalam berbagai bentuk medium komunikasi. Baik narasi, suara, hingga visual yang disebarkan kepada masyarakat luas dengan informasi yang cenderung positif.
“Mewujudkan atmosfer digital yang kondusif. Caranya menyebarkan informasi positif dan mempublikasikan kontra narasi atau informasi hoaks tidak ada kata lain bagi kita selain mengedepankan pendekatan kolaboratif,” katanya.
Dia berharap, kegiatan sosialisasi seperti diskusi yang digelar melalui daring dapat menjadi medium dalam membuat ruang digital menjadi lebih kondusif. Dengan begitu, akan menambah pasokan informasi positif yang berada di ruang-ruang digital di tanah air.
Melalui partisipasi menyebarkan informasi dari para peserta yang mengikuti diskusi daring ini, lanjut dia, akan membuat ruang digital menjadi lebih kondusif. Sehingga, khalayak yang membaca informasi tersebut mendapatkan hal positif dalam berbagai bentuk. “Saya berharap peserta dapat berpartisipasi menyebarkan konten atau informasi positif melalui media sosial masing-masing,” pungkasnya. [***]