Pingintau.id, Mencermati kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran Covid-19, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik. Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut :
- Perkembangan Nilai Tukar 10 – 14 Januari 2022
Pada akhir hari Kamis, 13 Januari 2022
- Rupiah ditutup pada level (bid)290 per dolar AS.
- YieldSBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke level 6,39%.
- DXY[1]melemah ke level 94,79.
- Yield UST (US Treasury) Note[2]10 tahun turun ke level 1,70%.
Pada pagi hari Jumat, 14 Januari 2022
- Rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.300 per dolar AS.
- Yield SBN 10 tahun turun pada level 6,37%.
Aliran Modal Asing (Minggu II Januari 2022)
- Premi CDS Indonesia 5 tahun naik ke level 80,59 bps per 13 Januari 2022 dari 76,97 bps per 7 Januari 2022.
- Berdasarkan data transaksi 10-13 Januari 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp8,65 triliun terdiri dari beli neto di pasar SBN sebesar Rp6,22 triliun dan beli neto di pasar saham sebesar Rp2,43 triliun.
- Berdasarkan data setelmen s.d 13 Januari 2022 (ytd), nonresiden beli neto Rp0,05 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp3,14 triliun di pasar saham.
- Inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali
- Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu II Januari 2022, perkembangan harga pada Januari 2022 tetap terkendali dan diperkirakan inflasi sebesar 0,58% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Januari 2022 secara tahun kalender sebesar 0,58% (ytd), dan secara tahunan sebesar 2,20% (yoy).
- Penyumbang utama inflasi Januari 2022 sampai dengan minggu II yaitu komoditas Bahan Bakar Rumah Tangga (BBRT) sebesar 0,11% (mtm), daging ayam ras dan telur ayam ras masing-masing sebesar 0,08% (mtm), beras, cabai rawit dan tomat masing-masing sebesar 0,04% (mtm), minyak goreng dan sabun detergen bubuk/cair masing-masing sebesar 0,03% (mtm), bawang merah dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,02% (mtm), jeruk, bawang putih, dan mie kering instan masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, komoditas yang mengalami deflasi yaitu cabai merah (-0,04%, mtm) dan tarif angkutan udara sebesar -0,02% (mtm).
Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan.[***]