Rumput Laut Tual Disiapkan untuk Ekspor

 

Pingintau.id, TUAL – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memproyeksikan rumput laut dari hasil budidaya di Tual dan Maluku Tenggara sebagai komoditas unggulan ekspor.

 

Hal tersebut didasarkan pada kondisi lingkungan yang masih bagus sehingga pertumbuhan rumput laut lebih cepat dan memiliki kandungan karagenan yang lebih tinggi.

 

“Kami beri support penuh untuk daerah-daerah potensial yang mau mengembangkan rumput laut. Seperti di Tual dan Maluku Tenggara, dan daerah potensial lainnya,” tutur Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu saat memaparkan prospek pengembangan budidaya rumput laut di depan Presiden Joko Widodo pada kunjungan kerja di Tual, Rabu (14/9).

 

Tebe menambahkan bahwa Indonesia mempunyai luas lahan marikultur 12,3 juta hektare, sementara potensi itu baru digarap 102 ribu hektare atau baru 0,8%. Saat ini Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar kedua di dunia di bawah China (FAO 2020) dan memasok bahan baku rumput laut khusus untuk jenis Euchema cottonii. Jika potensi itu yang ada bisa dimaksimalkan, tidak mustahil Indonesia bisa menjadi raja rumput laut dunia.

 

Ditambah lagi, menurut Tebe, rumput laut mudah diaplikasikan, dan cepat dipanen, budidaya rumput laut menyerap banyak tenaga kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Praktik budidaya rumput laut ramah lingkungan, emisi rendah karbon, mereduksi polutan dan berpotensi sebagai renewable resources. “Rumput laut itu unik, dan ini sangat merakyat. Tapi jika dikembangkan maksimal bisa menjadi sumber ekonomi besar,” ujar Tebe.

 

Untuk itu, KKP melakukan terobosan-terobosan untuk terus mengembangkan rumput laut salah satunya, penyediaan bibit rumput laut berkualitas hasil teknologi kultur jaringan atau metode reproduksi vegetatif yang mengembangbiakan potongan jaringan pada media hingga membentuk individu baru. Dimana, dengan pengaplikasian teknologi ini dinilai dapat memperbaiki mutu bibit rumput laut.

 

“Hingga kini, KKP telah memberi tugas kepada enam Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya sebagai pusat penghasil bibit rumput laut kultur jaringan. Diantaranya Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung, Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon dan Lombok, Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau Jepara, serta Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo dan Takalar,” ujar Tebe lagi.

 

Disamping itu juga terobosan selain melalui kebun bibit rumput laut yaitu dengan penyediaan sarana prasarana yang digunakan untuk memproduksi bibit rumput laut yang berkualitas. Sehingga manfaat yang dihasilkan kebun bibit rumput laut yaitu penyediaan bibit rumput laut yang bermutu secara berkelanjutan, peningkatan pendapatan pembudidaya rumput laut, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan produksi rumput laut tercapai. Yang pada akhirnya tujuan kita menjadikan rumput laut sebagai sumber pendapatan dan peningkatan ekonomi masyarakat bisa terwujud.

 

“Nilai ekonomis dari kebun bibit rumput laut adalah hasil bibit rumput laut yang lebih tahan penyakit, serta lebih cepat tumbuh. Adapun metode pembibitan rumput laut yang digunakan antara lain metode longline, metode rakit dan metode lepas dasar. Dengan metode ini rumput laut yang dihasilkan lebih baik dan berkualitas sehingga pembudidaya bisa lebih untung. Dengan begitu pendapatan bisa lebih meningkat,” papar Tebe.

 

Sedangkan, Kepala Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Ambon, Sarwono, menambahkan, keunggulan bibit rumput laut hasil kultur jaringan antara lain pada kondisi cuaca yang kurang baik, bibit rumput laut kultur jaringan lebih toleran dan pengembangbiakan rumput laut dengan kultur jaringan dapat menghasilkan jumlah bibit yang lebih banyak dan cepat pada saat musim tanam. [***]