Dunia  

Menteri KLH Perkenalkan Bambu Pada Peserta KTT G20

Pingintau.id – Bambu merupakan salah satu tanaman yang memiliki berbagai manfaat, seperti nilai ekonomi, ekologi, budaya, religi, perjuangan, hingga perbaikan kualitas lingkungan hidup dan dampak perubahan iklim dan diperkenalkan oleh Menteri KLH kepada peserta KTT G20.

“Secara ekologis, bambu dapat menjadi solusi atas adanya ancaman lingkungan dan dampak perubahan iklim,” kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya, dalam keterangan resmi yang diterima InfoPublik terkait Peresmian Prasasti Mama Bambu dan Dialog Perempuan Inspiratif, yang merupakan side event acara KTT G20 di Bali Collection Hutan Bambu G20, Nusa Dua, Bali pada Senin (14/11/2022).

Menurut Menteri LHK, Bambu memainkan peran penting dalam restorasi lahan melalui daya adaptasi jenis tanamannya, pendekatan lanskap, dan keberadaannya dalam suatu ekosistem yang berkelanjutan.

Dengan sistem perakaran yang sangat rapat dan menyebar ke segala arah, baik menyamping atau pun ke dalam, bambu memiliki keunggulan sebagai tanaman konservasi lingkungan dalam menjaga ekosistem air.

“Secara sosial, bambu merupakan sumber daya alam yang sudah sangat dekat dan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat di Indonesia,” imbuh dia.

Menteri LHK juga mengatakan, Bambu merupakan sumberdaya alam yang keberadaannya sangat dekat dan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat di Indonesia.

Dengan demikian, tanaman ini dinilai sangatlah strategis untuk terus dilestarikan, sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK) unggulan nasional.

“Dalam semangat ini, melalui Strategi dan Rencana Aksi Nasional Bambu yang telah disusun KLHK, kita akan terus kembangkan hulu, tengah dan hilirnya dengan terus mendorong kegiatan penanaman yang lebih lanjut sebagai kontinuitas dari industri bambu,” jelas dia.

Lebih lanjut Menteri Siti mengatakan, selama 2021-2022, 388 Mama Bambu di 21 desa pada tujuh kabupaten di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) telah menjadi ujung tombak program restorasi lahan kritis, konservasi air dan mitigasi Perubahan Iklim melalui pembibitan dan penanaman bambu secara masif.

Dalam hal ini, para Mama Bambu bekerja di halaman rumahnya masing-masing untuk mengatasi berbagai tantangan atau dampak Pandemi COVID-19 dan badai Seroja, hingga berhasil menghasilkan 3,1 juta bibit, yang 1,5 juta di antaranya telah ditanam permanen di lahan kritis, tepi sungai dan mata air.

“Atas capaian tersebut, Mama Bambu adalah bukti nyata betapa perempuan mampu berperan penting dalam aksi-aksi konservasi,” tandas dia.(***)