Pingintau.id, Jika kamu merasakan cuaca panas yang terjadi sekarang sangat mengganggu, peneliti akan melakukan lebih parah di kemudian hari. Apalagi jika kita tidak melakukan perubahan yang berarti saat ini.
Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Communications Earth & Environment menjelaskan bahwa gelombang panas yang memecahkan rekor beberapa bulan terakhir ini akan menjadi lebih sering terjadi pada akhir dekade. Bagi negara-negara tropis dan subtropis, setengah tahun di masa itu akan menjadi hari-hari “panas yang membahayakan”.
Apa yang terjadi jika negara-negara di dunia tetap bisnis seperti biasa?
“Dampaknya akan sangat besar bagi miliaran orang jika dilakukan cara-cara proaktif untuk membatasi emisi karbon dan memenuhi parameter Perjanjian Paris, dibandingkan dengan tidak melakukannya. Terutama untuk global south,” ujar Lucas Vargas Zeppetello, peneliti iklim dari Harvard University yang menjadi penulis utama studi tersebut, seperti dikutip dari The Guardian.
Kondisi panas ini dalam konteks Indonesia akan meningkatkan risiko kekeringan dan kebakaran hutan.
Kekeringan ekstrem sendiri sudah terus terjadi saat ini. Tahun 2021, Vice pernah merilis laporan bagaimana Krisis Iklim dan kekeringan menjadi masalah besar di Nusa Tenggara Timur (NTT). Bahkan data tahun 2019-2020 telah menyatakan NTT mengalami kekeringan 4-6 bulan waktu.
Kekeringan pula yang menyebabkan banyak warga NTT harus mencari pekerjaan di luar pulau. Tragisnya 83 orang, termasuk banyak perempuan, pulang keadaan tidak bernyawa akibat pengiriman TKI ilegal selama 2021. Menurut UN Environment (2022), diestimasikan 80% dari orang-orang yang harus berpindah tempat karena perubahan iklim adalah perempuan.
Jika cuaca panas ekstrem, bukan tidak mungkin fenomena yang terjadi di NTT juga akan terjadi di wilayah lain. Dan akan lebih banyak orang yang tergusur dari tempat-tempat tinggal mereka.
Membatasi emisi karbon harus menjadi prioritas agar bumi tidak semakin panas. Dampak Krisis Iklim sudah nyata di depan mata kita. Mari terus menyuarakan kebutuhan akan negara yang berketahanan iklim. Demi hidup yang berkelanjutan, kini dan nanti.[***]
Salam hijau damai,
Greenpeace Indonesia