“Anak Miskin Ekstrem & Mimpi Ekstrem”

SEKOLAH Rakyat Kendari hadir sebagai simbol pemerataan pendidikan, tempat anak-anak dari keluarga miskin ekstrem menemukan ruang untuk bermimpi lebih tinggi dari batas kemiskinan. Bangunannya sederhana, jauh dari megahnya sekolah swasta di kota besar. Namun di balik kesahajaan itu, Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 25 Kendari menyimpan semangat perubahan yang menjulang lebih tinggi daripada gedung pencakar langit.

Di sekolah ini, 50 anak dari desil 1 dan 2 kelompok termiskin yang oleh statistik disebut miskin ekstrem menemukan kesempatan baru. Mereka yang sehari-hari hidup dengan keterbatasan kini duduk di kelas ber-AC sederhana, memegang laptop, hingga membaca buku di perpustakaan. Semua itu adalah wujud nyata pendidikan gratis yang diberikan negara.

Pendidikan gratis bukan lagi sekadar slogan politik. Di Sekolah Rakyat Kendari, konsep itu benar-benar hadir. Seluruh kebutuhan siswa ditanggung negara. Seragam, buku, makanan, hingga asrama tersedia tanpa biaya. Bagi anak-anak miskin ekstrem, ini adalah pintu besar menuju masa depan yang setara.

Sekolah ini menjalankan dua kurikulum. Pertama, kurikulum formal di kelas matematika, IPA, bahasa, dan pelajaran umum. Kedua, kurikulum asrama yang membentuk kepribadian. Anak-anak tidak hanya belajar berhitung, tetapi juga belajar disiplin, tanggung jawab, dan kepemimpinan.

Model berasrama ini membuat mereka belajar banyak hal di luar buku. Dari antre mandi, berbagi kamar, hingga mengatur jadwal belajar. Semua pengalaman itu menjadi pelajaran hidup yang tak kalah penting dibanding teori di kelas.

Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya dalam kunjungannya menegaskan, Sekolah Rakyat hadir sebagai wujud nyata pemerataan pendidikan berkualitas di daerah. Baginya, ekonomi kreatif yang kuat hanya bisa lahir dari generasi yang kreatif, percaya diri, dan berani bermimpi besar. Itulah alasan sekolah ini mendapat perhatian khusus.

Perbedaan anak-anak di Kendari dengan anak kota bukanlah soal kecerdasan, melainkan soal kesempatan. Sebelum masuk ke Sekolah Rakyat, banyak dari mereka bahkan tak berani membayangkan masa depan. Sebagian berpikir hidup mereka akan berhenti di pekerjaan serabutan atau buruh kasar.

Kini, pandangan itu berubah. Ada yang bercita-cita menjadi guru, dokter, insinyur, hingga desainer. Fasilitas sekolah membuat mereka percaya diri. Laptop, laboratorium, perpustakaan, dan ruang kesenian memberi mereka pengalaman baru yang sebelumnya mustahil didapat.

Anak miskin ekstrem kini punya mimpi ekstrem. Bukan ekstrem karena sulit diraih, melainkan karena mereka berani menembus batas keterbatasan. Pendidikan gratis memberi ruang untuk tumbuh, dan mimpi besar lahir dari kesempatan yang setara.

Dalam jangka panjang, keberadaan sekolah ini adalah investasi. Jika anak-anak miskin ekstrem mampu keluar dari lingkaran kemiskinan, mereka akan mengangkat keluarganya sekaligus membangun komunitas di sekitarnya. Pemerataan pendidikan berarti membuka jalan perubahan sosial.

Di balik keberhasilan sekolah ini ada sosok-sosok yang sering luput dari perhatian: guru dan relawan. Mereka bukan hanya pengajar, tetapi juga pendamping sehari-hari di asrama. Mereka menanamkan nilai kejujuran, kerja keras, dan keberanian bermimpi.

Dedikasi para guru menjadi kunci. Dengan sabar mereka membimbing anak-anak yang sebelumnya bahkan kesulitan membaca lancar. Kini, perlahan mereka mulai percaya diri tampil di depan kelas. Relawan pun ikut berperan, memberikan waktu dan tenaga tanpa pamrih demi pendidikan rakyat.

Peran orang tua juga tak kalah penting. Walau berasal dari keluarga miskin ekstrem, mereka tetap mendorong anak-anaknya untuk bertahan di sekolah. Dukungan moral dari rumah, ditambah sistem pembelajaran di sekolah, membentuk lingkaran positif. Kolaborasi inilah yang membuat Sekolah Rakyat Kendari berjalan efektif.

Sekolah Rakyat Kendari adalah contoh nyata bagaimana pemerataan pendidikan bisa diwujudkan. Pendidikan gratis yang diberikan negara kepada anak-anak miskin ekstrem bukan sekadar bantuan, melainkan investasi masa depan.

Fakta bahwa anak-anak dari kelompok termiskin mampu bertransformasi menjadi generasi yang penuh mimpi adalah bukti bahwa ketidakadilan pendidikan bisa diperbaiki. Sekolah Rakyat Kendari menunjukkan bahwa anak miskin ekstrem tidak kalah dengan anak kota. Yang mereka butuhkan hanyalah kesempatan.

Pemerataan pendidikan adalah fondasi pembangunan bangsa. Dari Kendari, sebuah pesan kuat disampaikan mimpi besar bisa lahir dari tempat sederhana. Dan jika anak-anak miskin ekstrem diberi ruang untuk bermimpi, maka masa depan Indonesia akan semakin kokoh.[***]