Pingintau.id, – Bank Indonesia menilai rantai pasok halal (halal value chain) turut menjadi elemen penting dalam pengembangan Penguatan ekonomi dan keuangan syariah [eksyar] dan terdapat tiga celah pengembangan eksyar yang perlu diisi.
Ia menyebutkan pertama, masih ada pangsa eksyar yang perlu dikembangkan, misalnya industri wisata muslim. Kedua, pangsa pasar keuangan syariah masih stagnan pada 10% di tengah ekspansi produk keuangan syariah yang masih terbatas, dan ketiga, aspek literasi yang menunjukkan indeks literasi ekonomi syariah Indonesia masih pada posisi 23,3%, masih jauh dari targetnya 50% pada tahun ini.
Di Sumatera, berdasarkan survei BI, masyarakat terliterasi eksyar tertinggi adalah Sumatera Barat (66%), disusul Sumut, Aceh dan Jambi yang berkisar 20%.
Hal itu disampaikan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung dalam upacara pembukaan Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Sumatera, di Medan belum lama ini. “Kunci keberhasilan mendukung ekonomi dan keuangan syariah membutuhkan dukungan digital,”ungkap dia.
Untuk itu di Sumatera, terdapat penguatan berbagai upaya akslerasi digitalisasi di bidang eksyar yaitu digitalisasi sertifikasi halal dan digitalisasi keuangan sosial ZISWAF (Zakat, Infaq, Shodaqah, dan Wakaf).
Berbagai inisiatif digitalisasi kemudian dilakukan sejalan dengan tema FESyar Sumatera 2023 yaitu “Penguatan Sinergi dan Inovasi Ekonomi Dan Keuangan Syariah Melalui Dukungan Digitalisasi untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Sumatera yang Inklusif”.
Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya Festival Ekonomi Syariah regional Sumatera 2023 sebagai wadah akselerasi pengembangan ekonomi syariah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
Lebih lanjut, ia merespons pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia yang terus meningkat, Pemerintah terus berupaya untuk memperluas dan mempercepat capaian sertifikasi halal, khususnya bagi pelaku UMKM melalui sosialisasi, pendampingan, dan program SEHATI (Sertifikasi Halal Gratis).
Selain itu, melihat potensi industri halal di Indonesia dan respons pasar global yang begitu besar, kolaborasi perlu terus dilakukan untuk membangun ekosistem halal berkelanjutan, termasuk meningkatkan keterlibatan UMKM dalam ekonomi syariah.
Mewakili Gubernur Sumut, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Provinsi Sumut, Agus Tripiyono, menyampaikan Pemerintah Sumut dan BI secara konsisten bersinergi mengimplementasikan berbagai program pengembangan eksyar, termasuk ekosistem rantai halal. Terdapat program industri kreatif syariah atau IKRA, yang dihapkan memimpin industri Indonesia yang berorientasi internasional.
Selain itu telah dibentuk Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren (HEBITREN), yang diharapkan menjadi katalis bagi penguatan usaha bisnis pesantren Sumatera hingga nasional. Pemda berharap kehadiran berbagai lembaga perekonomian beriorientasi Islam memperkuat ikhtiar membangun perekonomian syariah di Sumut.
Lebih lanjut, contoh implementasi digitalisasi bagi eksyar di Sumatera di antaranya adalah pertama, penggunaan smart green house dan Internet of Things (IoT) dalam produksi pangan, khususnya tanaman holkikultura. Kedua, sinergi Bank Indonesia (BI) dengan Kementerian Agama, dan Badan Wakaf Indonesia dalam adopsi pembayaran digital, salah satunya QRIS. Ketiga, pengembangan halal lifestyle yang dapat didorong melalui program yang mendukung budaya dan perdagangan, termasuk oleh BI. Hal ini dilakukan melalui penyelenggaraan festival kuliner dan peragaan busana yang menguggulkan busana tradisional Melayu khas Sumatera. Lebih lanjut, dukungan BI dalam digitalisasi utamanya juga dilakukan melalui sistem pembayaran, yakni melalui penerapan QRIS, BI-FAST, dan Kartu Kredit Indonesia (KKI).
Pada pelaksanaan Fesyar, BI juga meluncurkan sejumlah program penguatan halal value chain dalam rangka mendukung Indonesia menjadi pusat halal dunia. Program tersebut antara lain pemberian sertifikat halal gratis bagi UMKM dalam rangka mendukung program Sertifikasi Halal Gratis (“Program SEHATI”) berkolaborasi dengan Pemerintah, Baznaz, MUI, Kemenag dan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) setempat; kerja sama pembentukan halal center; program dedikasi untuk negeri kepada Masjid dan 3 Pesantren Program Infratani berupa Green House; temu bisnis perdagangan produk halal; serta penguatan halal lifestyle melalui peluncuran Festival Kuliner Halal “The Kitchen of Asia”.
FESyar memperkuat peran serta sinergi ekonomi syariah agar dapat berperan sebagai outlet ekonomi dan keuangan syariah di level regional khususnya wilayah Sumatera. FESyar Sumatera merupakan rangkaian kegiatan Road to Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) ke-10 yang akan diselenggarakan pada Oktober 2023 di Jakarta, sebagai puncak dari 2 (dua) gelaran FESyar sebelumnya untuk di wilayah Kalimantan dan Indonesia Timur (Kota Samarinda) dan Jawa (Kota Surabaya).
Gelaran FESyar Sumatera berlangsung selama empat hari (20-23 Juli 2023) di kota Medan, tersebar di 3 lokasi yaitu bangunan bersejarah Istana Maimun, Masjid Raya, serta pusat keramaian Plaza Medan Fair Mall. Perhelatan ini memuat ragam kegiatan bernuansa islami di antaranya Tabligh Akbar bersama Syekh Muhammad Jaber, 10 forum/bincang syariah yang sebagian besar membahas bagaimana mengoptimalkan ekonomi dan keuangan syariah, serta 8 lomba bertema syariah antara lain lomba busana muslim, pesantren unggulan, dakwah, wirausaha muda syariah, MTQ, dan konten eksyar. Ketiga rangkaian acara diramaikan dengan pameran lebih dari 100 unit UMKM yang memajang dan menjajakan makanan dan minuman halal, modest fashionwear, hingga pariwisata muslim.[***]