Agar Punya Daya Saing, KKP Berlobarasi dengan BNN Latih Masyarakat Daerah Tertinggal & Rawan Narkoba

Pingintau.id, Program prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di bidang perikanan budidaya untuk meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat pembudidaya yang berada di daerah tertinggal serta meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang handal dan berdaya saing.

Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) melalui Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Medan menyelenggarakan Pelatihan  Pembesaran Ikan Lele di Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara dan Pelatihan Budidaya Pembenihan Ikan Jurung bagi Pembudidaya Ikan di Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh, pada 7-12 Maret 2022.

Pelatihan Budidaya di Kabupaten Gayo Lues juga terlaksana guna mendukung Badan Narkotika Nasional (BNN) agar masyarakat yang berada di daerah perbatasan yang rawan narkoba memiliki keahlian mumpuni  dalam pembudidayaan ikan guna menekan kultivasi dan prevalensi penyalahgunaan narkoba.

Kepala BRSDM, I Nyoman Radiarta, dalam sambutannya menekankan bahwa kegiatan ini terlaksana untuk mendukung program prioritas KKP, khususnya terkait pengembangan kampung-kampung perikanan budidaya, baik air tawar, payau dan laut yang berbasis pada kearifan lokal dengan berbagai komoditasnya di antaranya lele nila, kakap, rumput laut dan komoditas lainnya.

“Konsep pengembangan kampung perikanan budidaya dilakukan dengan mendorong berkembangnya usaha pembudidaya ikan dari hulu ke hilir, yang berdaya saing dan berkelanjutan, menjaga kelestarian sumber daya ikan, serta memposisikan masyarakat sebagai penggerak utama dalam pengolahan dan pemasaran dengan tujuan menjamin produk yang berkelanjutan,” ucap Nyoman.

Upaya pengembangan SDM dipandang sebagai unsur yang sangat penting dalam mewujudkan keberhasilan program-program yang telah dicanangkan, oleh karenanya pelatihan ini merupakan sebuah terobosan yang dilaksanakan untuk pengembangan komoditas lokal. Diharapkan pelatihan ini tidak hanya terlaksana sebagai sarana belajar antara pelatih dan peserta, namun dapat dibangun sebuah networking pelaku usaha perikanan budidaya.

Tujuannya agar terbangun komunitas usaha yang dapat bersinergi mengembangkan produksi perikanan budidaya di daerah masing-masing.

Nyoman juga meminta kepada penyuluh perikanan untuk terus melaksanakan pendampingan teknis terhadap kelompok sehingga dapat membangkitkan semangat pembudidaya dengan membawa prinsip keberlanjutan.

Pada kesempatan tersebut, Kepala Badan Narkotika Nasional Kabupaten Gayo Lues, Fauzul Iman, menyampaikan apresiasi atas terlaksananya kegiatan pelatihan dalam menekan penyalahgunaan narkoba.

“Para peserta yang hadir pada saat ini seluruhnya memiliki kolam tapi tidak dapat menghasilkan ikan. Keahlian berbudidaya tentunya sangat dibutuhkan oleh para peserta. Pelatihan ini juga dilaksanakan sebagai alternatif mata pencaharian dan kegiatan positif yang berfungsi untuk menekan kultivasi ganja dan menekan prevalensi penyalahgunaan narkoba di Kabupaten Gayo Lues. Melalui kegiatan ini diharapkan peserta dapat mengaplikasikan ilmunya serta melaksanakan kegiatan budidaya perikanan secara berkelanjutan,” terang Fauzul.

Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Gayo Lues, Sukri serta Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Asahan, Hazairin, menerangkan bahwa kedua wilayahnya tersebut sangat potensial dalam mengembangkan perikanan budidaya.

Sukri mengatakan, di Kabupaten Gayo Lues, kaya akan sumber daya air. Terdapat lima sungai besar yang mengalir pada wilayah Gayo Lues. Potensi perikanan Gayo Lues telah menjadikan  perikanan budidaya sebagai andalan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Berbagai jenis ikan air tawar telah dikembangkan dan dibudidayakan di Gayo Lues di antaranya ikan mas, ikan mujair, ikan lele, ikan gabus, belut dan ikan jurung. Ikan jurung merupakan salah satu ikan yang bernilai tinggi di pasaran.

Selain harganya yang melambung tinggi di pasaran, Ikan jurung mempunyai prospek besar untuk menjadi penopang kesejahteraan masyarakat di Desa Lesten, Gayo Lues, dan daerah lainnya di Indonesia. Selain dijual mentah, ikan jurung juga dikeringkan dengan cara disalai atau diasapkan, dengan harga jual mencapai Rp100 ribu per kilogram. Ikan jurung yang ukurannya mencapai 1 meter harganya bahkan dapat ditaksir mencapai 500 ribu – 1 juta rupiah per ekor.

Untuk Kabupaten Asahan, Hazirin menyampaikan bahwa daerahnya merupakan sentra perikanan baik perikanan budidaya tawar maupun perikanan payau. Usaha perikanan budidaya ikan air tawar belakangan ini berkembang dengan laju yang cukup tinggi, hal ini dikarenakan minat masyarakat dalam pengembangan usaha perikanan budidaya juga semakin meningkat, selain itu pemerintah juga telah melakukan dukungan yang signifikan.

Kepala BPPP Medan, Natalia, dalam laporannya menuturkan bahwa pelatihan diikuti 30 orang pembudidaya dan calon pembudidaya di Kabupaten Gayo Lues, dan 30 Orang pelaku utama/pembudidaya  di Kabupaten Asahan.[***]

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *