KONSEP kepemerintahan (governance) dalam peningkatan kualitas pelayanan publik merupakan salah satu isu sentral berkenaan dengan gaya kepemimpinan organisasi publik. (Priansa, 2017:26) Hal ini seiring dengan adanya tuntutan yang semakin meningkat dari publik berkenaan dengan penyelenggaraan pemerintah yang baik seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran publik tentang kualitas pelayanan publik yang perlu ditingkatkan. Dalam Islam pun telah mengatur setiap kehidupan ada seorang yang memimpinnya baik organisasi, lembaga negara, swasta maupun dalam kehidupan dalam keluarga, diperjelas dalam surat Al-Baqarah, ayat 30.
وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةٗۖ
Artinya : (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, “Sesungguhnya
Aku Hendak menjadikan seorang Khalifah di muka Bumi”. (Al Baqarah: 30)
Pemimpin juga harus memiliki motivasi yang tinggi dalam meningkatkan kinerja pegawainya atau bawahannya, dengan adanya motivasi yang tinggi dalam meningkatkan kerja para bawahannya maka perkerjaan yang diberikan kepada bawahannya akan dapat di selesaikan dengan baik, Jadi dengan kata lain bahwa seorang pemimpin dalam pemimpin sesuatu harus memiliki suatu motivasi yang ada pada dirinya sehingga bawahannya dapat mengerjakan suatu perkerjaan itu dengan sebaik-baiknya dalam meningkatkan produktivitas perkerjaan yang mereka kerjakan.
Sementara itu digambarkan pula mengenai sifat dari gaya kepemimpinan ibaratnya sebagai penggembala, dan setiap penggembala akan ditanyakan tentang perilaku penggembalaannya.(Thoha 2017:1). Makna yang dapat diambil dari gambaran sifat gaya kepemimpinan dapat di ungkapan bahwa seseorang dalam memimpin, apa pun wujudnya tanggung jawabnya, di mana pun letaknya akan selalu mempunyai beban untuk mempertanggung jawabkan kepemimpinannya terhadap hasil membinaan pegawainya terutama kualitas kinerja pegawainya. Menjadi pemimpin melekat pada dirinya sifat melayani, memiliki rasa kasih sayang dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya, kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian, dan harapan dari mereka yang dipimpinnya. Sementara itu kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok yang terorganisasi dalam usaha-usaha menetukan tujuan dan pencapaiannya. (Maimunah, 2017 : 60).
Menurut Veithzal Rivai, dkk,( 2012 : 6) menjelaskan dalam konsep gaya kepemimpinan memiliki tiga pendekatan gaya dalam memimpin yang menjadikan pemimpin itu efektif dalam memimpin yang pertama, pendekatan melalui gaya teori sifat, kedua pendekatan gaya perilaku (behavior), ketiga pendekatan dengan gaya situasional di dalam bukunya Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi. Disini G.R Terry memberikan tipe atau gaya kepemimpinan dalam pengembang ilmu manajemen suatu konsep memberikan suatu gambaran kepada pemimpin tentang tipe gaya pemimpin sebagai berikut : (Siswanto, 2010:158-159)
1. Kepemimpinan Pribadi (Personal Leadership)
Seorang manajer dalam melaksanakan tindakannya selalu dilakukan dengan cara kontak pribadi. Instruksi disampaikan secara oral ataupun langsung pribadi disampaikan oleh manajer yang bersangkutan. Tipe kepemimpinan ini sering dianut oleh perusahaan kecil karena kompleksitas bawahan maupun kegiatannya sangatlah kecil. Akibatnya, pelaksanaanya selain mudah juga sangat efektif dan memang biasa dilakukan tanpa mengalami prosedural yang berbelit.
2. Kepemimpinan Nonpribadi (Nonpersonal Leadership)
Segala peraturan dan kebijakan yang berlaku pada perusahaan melalui bawahannya atau menggunakan media non pribadi, baik rencana, maupun program penyeliaannya. Pada tipe ini, program pendelegasian kekuasaan sangatlah berperan dan harus diaplikasikan.
3. Kepemimpinan Otoriter (Authoritarian Leadership)
Manajer yang bertipe otoriter biasanya bekerja sungguh-sungguh, teliti dengan cermat. Manajer bekerja menurut peraturan dan kebijakan yang berlaku dengan ketat. Meskipun agak kaku dan segala instruksinya harus di patuhi oleh para bawahan, para bawahan tidak berhak mengomentarinya. Karena manajer beranggapan bahwa dialah yang bertindak sebagai pengemudi yang akan bertanggung jawab atas segala kompleksitas organisasi.
4. Kepemimpinan Demokratis ( Democrative Leadership)
Pada Kepemimpinan yang demokratis, manajer beranggapan bahwa ia merupakan bagian integral yang sama sebagai elemen perusahaan dan secara bersamaan seluruh elemen tersebut bertanggung jawab terhadap perusahaan. Oleh karena itu, agar seluruh bawahan merasa turut tanggung jawab maka mereka harus berpartisipasi dalam setiap aktivitas perencanaan.
5. Kepemimpinan Paternalistik (Paternalistik Leadership)
Dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan antara manajer dengan perusahaan. Tujuannya adalah untuk melindungi dan memberikan arah, tindakan dan perilaku ibarat peran seorang ayah kepada anaknya.
6. Kepemimpinan Menurut Bakat (Indigenous Leadership)
Tipe ini biasannya muncul dari kelompok informal yang di dapatkan dari pealtihan meskipun tidak langsung, dengan adanya sistem persaingan dapat menimbulkan perbedaan pendapat yang seru dari kelompoknya. Biasanya akan muncul pemimpin yang memiliki kelemahan diatara mereka yang ada kelompok tersebut kelihatan keahliannya dimana dia terlibat didalamnya. Pada situasi ini peran bakat sangat menonjol, sebagai dampak pembawaan sejak lahir sebagai keturunan.
Kualitas dari pemimpin seringkali dianggap sebagai faktor utama terpenting dari keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi, demikian juga keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi baik yang berorientasi bisnis maupun publik, biasanya dipersepsikan sebagai keberhasilan atau kegagalan pemimpin. Begitu pentingnya peran pemimpin sehinga isu mengenai pemimpin menjadi faktor yang menarik untuk merubah budaya dan meningkatkan kinerja pegawai.
Ketika pemimpin menunjukkan kepemimpinan yang baik dengan gaya tertentu, para pegawai akan berkesempatan untuk mempelajari perilaku yang tepat untuk berhadapan dengan pekerjaan mereka.(Samsuddin, 2018:12). Untuk mencapai tujuan organisasi tersebut diperlukan seorang pemimpin yang mampu bekerja secara efektif. Semakin pandai pemimpin dalam melaksanakan peranannya, tentunya semakin cepat tujuan perusahaan akan tercapai.(Fajrin. 2018:118).
Degan demikian seoarang Pimpinan atau manajer organisasi publik dewasa ini semakin dituntut kompetensi dan profesionalismenya, yang dipadukan dengan integritas dan anti korupsi, serta dilengkapi dengan seperangkat kemampuan dan atribut manajerial yang handal.[***]
Penulis : Dr. Kun Budianto, M.Si
Wakil Dekan 3 Fisip UIN Raden Fatah
Opini ini juga terbit di Sumselterkini.co.id