Pingintau.id, Beberapa minggu terakhir, layar-layar kita mulai kembali dipenuhi dengan berbagai laporan bencana. Hal ini tidak hanya terjadi di satu daerah saja, tetapi menyebar ke sejumlah penjuru Indonesia. Ini jadi tanda penting dalam konteks lingkungan: Krisis Iklim sudah sampai di halaman rumah kita!
Kalau kamu pernah mendengar kata-kata “bencana adalah dampak dari ulah manusia”, ya, itu benar-benar juga.
Secara lokal, aktivitas manusia seperti terus menggenjot energi kotor dari batubara dan bahan bakar fosil, deforestasi, alih fungsi lahan yang semena-mena, hingga kenaikan muka air laut akibat pemanasan bumi membuat tanda-tanda Krisis Iklim semakin rentan dirasakan oleh masyarakat.
GP0STRVIU_
Sayangnya, pemerintah belum all out dalam menjalankan komitmen iklim. Masih banyak kontradiksi antara pengetahuan tentang urgensi Krisis Iklim dengan aksi nyata dan peraturan yang berlaku. Padahal pemerintah juga bilang kalau masalah iklim ini bakal menggerus potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia bahkan hingga 3,45% dari produk domestik bruto.
Secara global, bencana adalah dampak nyata dari perubahan iklim, yang menurut laporan IPCC tahun 2021 turut disebabkan oleh aktivitas manusia. Laporan tersebut menunjukkan bahwa emisi gas rumah kaca dari aktivitas manusia bertanggung jawab atas sekitar 1,1°C pemanasan sejak 1850-1900, dan menemukan bahwa rata-rata selama 20 tahun ke depan, suhu global diperkirakan akan mencapai atau melebihi 1,5°C pemanasan.
Yang berarti ini akan menyebabkan naiknya muka air laut dengan lebih cepat, kekeringan yang lebih panjang, hingga cuaca ekstrem di berbagai negara.
Ilmuwan: Solusi untuk menjaga iklim yang aman di Bumi berada di semua sektor!
Tak ada alasan lagi untuk masalah Krisis Iklim. Karena cepat atau lambat, tanda-tandanyalah yang akan sering kita jumpai. Ayo, ambil bagianmu untuk turut menjaga bumi demi masa depan yang berkelanjutan. Cari tahu informasi terbaru tentang Iklim dan Lingkungan melalui media sosial Greenpeace Indonesia.
Nasib Nelayan di Tambak Lorok: Bertahan Dikepung Banjir Rob dan Pendapatan yang Tak Menentu – Project Multatuli
Banjir Rob yang diduga akibat penyedotan air tanah berlebihan di kawasan industri Pelabuhan Tanjung Mas menjadi keseharian bagi warga Tambak Lok, Semarang Utara. Warga yang berprofesi nelayan harus mencari cara bertahan hidup di tengah masuknya udara laut dan kesempatan melaut yang kini semakin kecil.
Lanny Jaya Papua Dilanda Cuaca Ekstrem hingga Embun Beku, 4 Orang Tewas – Detik
ekstrem embung beku dan hujan es yang terjadi di Lanny Jaya, Papua telah menyebabkan lebih dari 500 orang cuaca. cuaca ekstrem juga menyebabkan bencana akibat gagal panen yang menimpa pertanian warga.
Kala Banjir dan Cuaca Ekstrem Landa Maluku Utara – Mongabay
Bulan Juli lalu, daerah Maluku Utara dilanda banjir bandang hingga menyebabkan jembatan penghubung terputus. Drainase kota yang tidak baik hingga mengurangi tutupan hutan dan lahan untuk berbagai kepentingan menyebabkan air sungai tidak terputus.
Cuaca terik landa Jepang, suhu udara mencapai sekitar 40 derajat Celcius – Antara
Selain Indonesia, tanda-tanda Krisis Iklim juga muncul di seluruh dunia. Salah satunya di Jepang yang mengalami suhu panas hingga 40°C pada awal Agustus ini. Peringatan serangan panas telah dikeluarkan pemerintah Jepang untuk warganya.[***]
Salam hijau damai,
Greenpeace Indonesia