Ragam  

Kisah Jerih Payah Srikandi Penyuluh Perikanan

Pingintau.id- Jika selama ini petani hanya menggantungkan hidupnya dari menanam padi, beda halnya dengan masyarakat Desa Panembangan, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah yang berhasil mengombinasikan konsep bertanam padi dengan budidaya nila.

Di lahan tersebut, hamparan padi tumbuh subur dengan daun bendera mulai menguning dan bulir penuh berisi. Di sekitarnya ikan-ikan nila hitam gendut nan eksotis berenang dengan lincahnya. Selain mampu mengurangi hama, praktik mina padi terbukti bisa menghemat pupuk sehingga lebih menguntungkan.

Keberhasilan Mina Padi Panembangan seluas 25 hektare tersebut tak lepas dari jerih payah Srikandi penyuluh perikanan, Khothoh Syuraikhanah (42 tahun). Khothoh telah mengabdi sebagai penyuluh perikanan sejak tahun 2016. Hari-harinya disibukkan mendampingi pembudidaya dan pelaku utama sektor kelautan dan perikanan. Tak jarang ia harus berlarian dari dari satu desa ke desa lainnya bertemu kelompok untuk menyampaikan program pemerintah kepada masyarakat, termasuk di Mina Padi Panembangan.

Cerita Mina Padi Panembangan bermula pada program Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Jawa Tengah. Sebagai koordinator penyuluh perikanan Banyumas, Khotoh secara cepat mengumpulkan seluruh tim untuk memetakan potensi binaan. Setelah dilakukan identifikasi lapangan, hamparan padi di Desa Panembangan yang digarap oleh Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Kridoyuwono dinilai tepat diajukan sebagai calon penerima bantuan.

Dengan cekatan, Khotoh mulai menyosialisasikan program mina padi yang rencananya akan direalisasikan di tahun 2020. Terlihat raut muka para anggota kelompok begitu antusias dan optimis untuk menggarap mina padi. Kendati demikian, tak sedikit pihak yang meragukan kemampuan Khotoh dan kelompok dalam menggarap program pemerintah senilai Rp1 miliar tersebut.

Sebagai penyuluh perempuan, awalnya Khotoh kerap dipandang sebelah mata karena dianggap tidak akan lebih cekatan dari laki-laki. Namun, stigma tersebut tidak pernah ia gubris. Khotoh lebih memilih untuk fokus bekerja dengan segala upaya. Terlebih semangat teman-teman petani dan pembudidaya membuatnya optimis. “Sebagai seorang penyuluh yang berpengalaman, saya yakin betul, Desa Panembangan ini potensial untuk digarap menjadi mina padi serta mina wisata. Nantinya akan ada multiplier effect yang berujung pada kesejahteraan masyarakat,” ucapnya.

Naasnya pada Maret 2020, pandemi Covid-19 meluluhlantahkan seluruh sektor pembangunan. Rencana program mina padi pun ditunda sampai waktu yang tidak ditentukan. Secara terbuka, Khotoh menyampaikan kabar tersebut kepada anggota Pokdakan. Rasa kecewa kelompok tak terbendung karena telanjur mempersiapkan diri. Banyak di antaranya yang mencibir Khotoh dengan sebutan ‘pembohong’. Perasaan malu sempat merundung, namun ia tetap tegar menghadapi situasi pilu. “Sudah risiko saya sebagai penyuluh perikanan yang berhadapan langsung dengan masyarakat,” ucapnya dengan tegar.

Kabar segar kembali datang di penghujung tahun 2020, penyuluh kembali diminta membuat proposal pembangunan mina padi. Setelah dilakukan verifikasi keanggotaan, tersisa 96 orang dari yang awalnya 106 orang anggota kelompok yang berminat. Tak bisa dipungkiri, perasaan trauma masih membekas di hati petani. Di sisi lain, dukungan datang dari Kepala Desa Panembangan, Untung Santoyo. Dengan tanggap ia mengumpulkan seluruh traktor yang ada di desa untuk menggarap caren dan saluran irigasi.

“Kami sangat berterima kasih atas jerih payah Bu Khotoh dalam memperjuangkan program mina padi di desa kami. Tentu bukan hal mudah memberikan pembekalan kompetensi dan mempertanggungjawabkan kegiatan yang kompleks. Namun beliau selalu gigih sehingga membuat kami optimis,” ucap Untung.

Penggarapan lahan mina padi dimulai pada Oktober 2021 dengan memberdayakan 200 orang masyarakat sekitar sehingga membuka lapangan kerja baru. Penggarapan mina padi tersebut harus segera rampung karena panen perdana ditargetkan pada Januari 2022. Untuk itu, Khotoh memutar otak agar mengejar target tersebut. Ia menggerakkan petani agar menggunakan benih nila ukuran 12 up (40 ekor per kg). Sebanyak 350 ribu ekor benih nila tersebut dibeli dari beberapa Pokdakan setempat.

Kini Mina Padi Panembangan telah berhasil menyelesaikan masa panen yang dibagi menjadi tiga tahap. Panen pertama dihadiri oleh Wakil Bupati Banyumas pada 20 Januari 2022. Panen kedua disaksikan oleh Bupati Banyumas pada 3 Februari 2022. Terakhir, panen tahap tiga dilakukan pada 24 Februari 2022, dihadiri oleh Anggota Komisi IV DPR RI Sunarna dan Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan, Lilly Aprilya Pregiwati. Total panen mencapai lebih dari 25 ton ikan nila.

Menariknya, penjualan nila hasil panen juga berjalan lancar. Sejak pagi para bakul lokal sudah antre untuk mengangkut ikan, lantaran ukuran nila yang dipanen sesuai kebutuhan pasar (5-6 ekor per kg) dengan harga yang kompetitif berkisar Rp22 ribu/kg. Selanjutnya ikan tersebut akan didistribusikan ke Pasar Aji Barang, Cilacap, Banjarnegara, dan Purbalingga. Di sisi lain, Mina Padi Panembangan juga melahirkan sebuah Kelompok Pengolah dan Pemasar (Poklahsar) yang beranggotakan istri pembudidaya. Adapun produk Poklahsar tersebut meliputi keripik baby nila, pepes nila, dendeng nila, dan nila bumbu.

Salah seorang anggota Pokdakan Kridoyuwono, Tarwo, mengaku mengalami peningkatan hasil padi sebesar 16-17 persen setelah menggunakan sistem mina padi. Sebelumnya, hasil panen dari luasan satu sangga (70 meter persegi) hanya sebesar 53 kg gabah. “Namun setelah menggunakan sistem mina padi, saya dapat panen dengan hasil per sangganya mencapai 62 kg, meningkat 9 kg per sangga dari angka sebelumnya. Itu belum termasuk hasil panen ikannya. Harga ikan kami bagus dan terjual dengan mudah berkat bantuan penyuluh perikanan,” jelasnya.

Semangat juang sang Srikandi penyuluh perikanan sejalan dengan program prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan, khususnya dalam pengembangan kampung budidaya berbasis kearifan lokal. Kini masyarakat merasakan panen ganda berupa padi dan ikan. Selain itu, lahan sawah berpotensi dijadikan tempat rekreasi.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono berkomitmen untuk mengakselerasi pembangunan perikanan budidaya, khususnya pada kampung perikanan melalui program prioritas yang digaungkan. Pasalnya, selain untuk memperkuat ketahanan pangan, pengembangan kampung perikanan dinilai mampu membangkitkan ekonomi desa pasca pandemi Covid-19, bahkan berkontribusi terhadap ekonomi nasional.[***]