PINGINTAU.ID, PALEMBANG- Himpunan Sarjana – Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat Sumatra Selatan (Sumsel) bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Palembang menggelar acara bertajuk Bincang Sastra yang diselenggarakan secara daring dan luring. Sabtu, 23 Agustus 2025 di Aula K.H. Faqih Usman, Universitas Muhammadiyah Palembang.
Acara ini bertujuan untuk menggali peran sastra dalam mengangkat dan merespons isu-isu sosial kontemporer, memperluas wawasan, memperkuat jaringan, dan mendorong lahirnya karya sastra yang relevan dengan kondisi sosial saat ini.
Wakil Ketua HISKI Komisariat Sumsel sekaligus Ketua Pelaksana Bincang Sastra, Dr. Haryadi, M.Pd., mengatakan, kegiatan ini sangatlah penting untuk meningkatkan minat menulis sastra bagi siswa, guru dan dosen bahkan masyarakat luas.
“Melalui menulis kita bisa dikenang sepanjang masa, dari hasil karya yang kita terbitkan,“ungkapnya.
Dijelaskan, sastra bukan hanya sekedar rangkaian kata-kata, tetapi merupakan cerminan realitas sosial, politik, bahkan budaya.
“Kita bisa mulai menulis dengan mengangkat kisah nyata yang dinarasikan menjadi karya sastra, bahkan kita bisa melakukan kritik sosial/kritik kebijakan pemerintah dengan aman melalui sastra, ujarnya. Dr. Hariadi, M.Pd.,
Dilanjutkan Hiski Komisariat Sumsel, bulan Agustus ini gencar menggelar kegiatan secara maraton dimulai hari ini Bincang Sastra di Universitas Muhammadiyah Palembang, kemudian 26 Agustus menyelenggarakan kegiatan Belajar Sastra di Universitas Bina Darma, lalu 29 Agustus akan menggelar acara Bedah Buku di Universitas Sriwijaya dan 30 Agustus 2025 akan mengadakan lomba menulis puisi kearifan lokal di Balai Bahasa Provinsi Sumatra Selatan.
Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP), Prof. Dr. Indawan Syahri, M.Pd., mengatakan melestarikan sastra menjadi tanggung jawab kita bersama.
“Sastra bukan hanya milik guru, dosen, siswa dan mahasiswa saja namun juga milik masyarakat luas di berbagai profesi,” jelasnya.
Diharapkan mahasiswa UMP semuanya bisa dilibatkan pada kegiatan sastra, bahkan lintas bidang studi/ jurusan, bukan hanya di prodi Pendidikan Bahasa Indonesia saja.
“Sekarang banyak lahir penulis-penulis hebat dari berbagai profesi, contohnya dokter. Banyak profesi dokter yang menjadi penulis sastra dan karyanya luar biasa, “tambahnya.
Sementara itu, Sastrawan Sumatra Selatan, Anwar Putra Bayu selaku narasumber mengatakan penggiat/ penulis sastra di era saat ini harus mengikuti perkembangan teknologi termasuk Artificial Intelligence (AI).
“Kita harus beradaptasi dengan AI ini agar lebih produktif dalam menulis sastra. Teknologi jangan dilawan, namun harus bisa dimanfaatkan. Saya juga membuat naskah drama/ film dibantu AI, namun bukan copas saja, melainkan ada penambahan-penambahan alur cerita agar lebih menarik,”tambahnya.
Sementara itu, untuk isu-isu sosial dalam sastra di Indonesia Anwar Putra Bayu menjelaskan, seputar tentang kolonialisme dan kemerdekaan, kesetaraan gender, korupsi, ketidakadilan hukum, dan ketidakadilan sosial. “Kemiskinan masih menjadi topik sentral sastra kontemporer yang menarik dari dulu hingga sekarang/ lintas zaman, “tambahnya.
Linny Oktaviany, M.Pd., sebagai narasumber dari HISKI Komisariat Sumsel menyatakan, tantangan karya sastra di era saat ini adalah bagaimana membuat produk sastra yang unggul, menarik untuk dibaca atau dilihat. “Kondisi sekarang anak muda lebih gemar menonton Drakor, Dracin bahkan bermain media sosial seperti Tiktok. Ini menjadi tantangan bagaimana penulis sastra dan penggiat sastra dapat menghadirkan karya yang berkualitas, sehingga diminati. “ Guru juga memiliki peran penting untuk memperkenalkan sastra, menumbuhkan rasa cinta kepada sastra di mulai dari pengajarnya baru ditularkan ke siswanya,” (Ridho/Ward).