Kolaborasi untuk Kota Nyaman

Pingintau.id,- Palembang kota dengan sejarah panjang dan warisan budaya yang kaya, punya potensi besar untuk jadi kota destinasi kelas atas. Tapi, seperti kata orang, potensi tanpa aksi cuma sekadar mimpi. Dalam momen Safari Ramadan 1446 H yang digelar di Rumah Dinas Wali Kota Palembang bersama Gubernur Sumatera Selatan H. Herman Deru (HD).

Hal-hal klasik yang sebenarnya sudah sering dibahas Palembang harus nyaman, harus indah, dan harus bikin orang betah. Yang jadi pertanyaan, kapan benar-benar terwujud?

Dalam suasana hangat dan penuh keakraban, Gubernur Sumsel Herman Deru mengajak semua pihak untuk bersinergi. Menurutnya, ada tiga elemen yang tidak boleh terpisah dalam membangun daerah: ulama, umara (pemerintah), dan umat (masyarakat). “Ini bukan sekadar filosofi kosong, karena kenyataannya, kalau ketiga pilar ini gak kompak, jangan harap Palembang bisa jadi kota idaman,”ungkapnya.

Pemerintah gak bisa kerja sendiri, masyarakat juga gak bisa cuma mengeluh, dan ulama harus terus memberikan nilai-nilai yang membangun. Tapi di lapangan, sering kali koordinasi ini mandek di tengah jalan, entah karena ego sektoral atau karena wacana lebih sering mengudara ketimbang realisasi.

Salah satu masalah yang terus menghantui Palembang adalah banjir.  Ada tiga penyebab utama, yakni curah hujan tinggi, air kiriman dari hulu, dan saluran air yang mampet. Nah, kalau dua penyebab pertama masih bisa dimaklumi karena faktor alam, yang ketiga jelas-jelas kesalahan manusia.

Apalagi masih banyak ditemukan sampah  dibuang sembarangan, sistem drainase yang kurang terawat, hingga pembangunan yang mengorbankan daerah resapan air jadi penyebab utama. Lucunya, setiap tahun heboh membahas masalah ini, tapi solusi konkret masih jalan di tempat.

Masyarakat sering menyalahkan pemerintah, pemerintah balik menyalahkan kurangnya kesadaran masyarakat. Sampai kapan lingkaran setan ini terus berputar?

Selain itu,  yang cukup  penting juga mengenai  fasilitas publik yang lebih baik. Ruang terbuka hijau harus diperbanyak, area untuk olahraga seperti jogging track dan jalur sepeda perlu ditata dengan lebih serius.

Jangan sampai Palembang hanya jadi kota macet yang minim tempat buat warganya menikmati udara segar. Belum lagi soal layanan internet di ruang publik yang katanya harus segera ada. Ini ide brilian, tapi jangan cuma jadi janji yang tak pernah ditepati. Kalau benar terealisasi, Palembang bisa makin bersaing dengan kota-kota besar lain yang sudah lebih dulu paham pentingnya akses internet gratis bagi masyarakatnya.

Acara Safari Ramadan ini memang jadi ajang silaturahmi, tapi seharusnya tidak berhenti di sekadar ramah-tamah. Harus ada langkah konkret yang diambil setelahnya.  Tidak semua masalah harus diselesaikan di meja rapat, tapi tanpa rencana yang jelas dan aksi nyata. “Kita cuma akan terus terjebak dalam obrolan yang berputar di tempat. Palembang bisa maju, bisa jadi kota yang nyaman, tapi semua itu butuh kerja sama nyata, bukan sekadar janji manis di forum-forum resmi.

Jadi, daripada terus terjebak dalam diskusi tanpa ujung, ini saatnya semua pihak intropeksi ! Jangan cuma bicara, ayo bergerak bareng buat wujudkan Palembang yang benar-benar indah, nyaman, dan bikin siapa pun yang datang ingin kembali lagi.[***]

Penulis: redEditor: red