Ragam  

Sampah Plastik di Antara Kita

Greenpeace activists project eleven Fast Moving Consumer Goods (FMCG) brands that are producing single use plastic packaging on the Suwung landfill in Bali. Greenpeace report reveal that none of them are planning to break their growing production and marketing of single-use plastics. Many FMCG corporations will attend the Our Oceans Conference in Bali on 29-30 October 2018 to discuss the global plastics pollution crisis.

Pingintau.id, Tahukah kamu kalau sejumlah pantai di Bali sedang dilanda limpahan sampah dari laut dalam jumlah yang tidak sedikit? Salah satunya terjadi di Pantai Berawa yang ‘dihampiri’ 400 ton sampah pada 11-13 Desember lalu. Ini baru dari satu pantai dan tiga hari saja.

Kondisi ini sangat mengkhawatirkan mengingat sampah-sampah ini membahayakan makhluk hidup di lautan. Setidaknya 25 penyu terdampar bersama gundukan sampah di pantai.

Sedihnya lagi, plastik jadi salah satu jenis sampah yang paling banyak ditemukan dan mungkin sudah melewati perjalanan yang jauh. Padahal sebelum datang limpahan sampah dari laut ini pun, Bali sudah dilanda masalah sampah plastik yang cukup serius.

Salah satu inisiatif yang terbentuk dari krisis sampah plastik di Bali adalah Plastic Exchange oleh Made Janur Yasa. Cara kerjanya yang cukup sederhana: kamu bisa menukar sampah plastik yang dikumpulkan di setiap banjar (setara RW) dengan beras. Inisiatif ini nyatanya bisa menggerakan perubahan pola pengelolaan sampah dan mengantarkan Made Janur Yasa sebagai salah satu penerima CNN Hero 2021.

Kamu juga bisa jadi hero untuk sekitarmu!

Sekarang kami membutuhkan bantuanmu lebih dari kapanpun. Kami membutuhkanmu untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dalam apapun rencanamu di akhir tahun ini.

Lebih dari itu, kami membutuhkan dukunganmu untuk menandatangani petisi menagih tanggung jawab produsen dalam mengurangi produksi plastik dan pengurangan sampah yang terjadi saat ini dan masa mendatang. Karena polusi plastik ini akan terus terjadi jika produsen tidak mengurangi pembuatannya.

Halo Produsen, Kurangi Produksi Plastik dan Buka Peta Jalan Pengurangan Sampahmu Sekarang!

Berdasarkan Laporan Audit Merek 2021 yang dilakukan jaringan Break Free From Plastic, merek Coca-Cola, Pepsico dan Unilever masih menduduki tempat teratas pencemar plastik di tahun 2021. Daftar lengkapnya bisa kamu lihat lewat video ini.

Para perusahaan pencemar plastik, seperti Coca-Cola yang sudah menduduki peringkat satu secara global selama empat tahun, berkontribusi terhadap Krisis Iklim yang kini menimpa kita.

Karena plastik menyebabkan kerusakan di sepanjang perjalanan hidupnya; mulai dari penggunaan bahan bakar fosil dalam proses produksi hingga polusi sampah plastik yang menggunung di seluruh dunia. Baca laporan The Climate Emergency Unpacked untuk mengetahui lebih banyak soal kontribusi plastik pada Krisis Iklim dan siapa yang diuntungkan dari praktik ini.

Dengan membuka peta jalan pengurangan sampah, publik nantinya bisa menilai mana produsen yang benar-benar berusaha memerangi Krisis Iklim. Setuju?

Yang juga perlu kamu tahu…

  • Greenpeace Indonesia menerima tantangan dari KLHK untuk membahas soal data deforestasi di Indonesia. Sayangnya dalam diskusi terbuka “Membuka Data dan Informasi Deforestasi Secara Terang Benderang” yang diinisiasi Society of Indonesian Environmental Journalists(SIEJ), perwakilan dari KLHK justru tidak hadir. Ikuti tayangan ulang diskusinya di sini.
  • Edisi ketiga dari seri film “Demi 1%” kolaborasi Greenpeace Indonesia dan Watchdoc Documentary akan segera dirilis. Film yang berjudul “Sa Pu Hutan” akan mengupas ancaman investasi perkebunan sawit besar-besaran terhadap benteng terakhir hutan Indonesia, yakni hutan Papua. Kalau kamu memiliki komunitas untuk menonton bareng, kamu bisa mendaftarkannya di sini. Tonton dulu trailernyadan nantikan penayangan perdananya di kanal Youtube Watchdoc Documentary.

Kami berterima kasih untuk kontribusimu bagi lingkungan di tahun 2021 ini. Mari terus berjuang bersama di tahun-tahun berikutnya untuk bumi yang hijau dan damai.[***]

Salam,
Greenpeace Indonesia