Pingintau.id,- Siapa sangka, perjuangan panjang Indonesia buat menembus pasar Arab Saudi akhirnya menuai hasil! Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), bareng Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta Kementerian Luar Negeri (KEMLU), berhasil melakukan lobi tingkat tinggi yang akhirnya bikin otoritas Arab Saudi mengangguk setuju.
Udah nggak pakai lama lagi, produk perikanan budidaya Indonesia bakal segera membanjiri pasar Arab Saudi! Tinggal nunggu hitungan hari sebelum approval resmi dirilis oleh Saudi Food and Drugs Authority (SFDA). Asli, ini kabar yang ditunggu-tunggu sama pelaku industri perikanan tanah air!
Jadi, Senin (17/3) kemarin, tim negosiator dari Indonesia, alias Delegasi Republik Indonesia (Delri), ketemuan virtual alias Virtual Bilateral Meeting (VBM) sama SFDA. Mereka ngobrol serius, tapi tetap santai dan penuh semangat! Hasilnya? SFDA akhirnya terkesima dengan data yang disuguhkan Delri tentang kualitas dan keamanan produk perikanan Indonesia.
“Kita baru aja kelar meeting sama SFDA, dan alhamdulillah, mereka puas banget sama semua data yang kita kasih soal jaminan mutu produk perikanan dari hulu sampai hilir,” ujar Kepala Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan (Badan Mutu KKP), Ishartini, dalam rilis resmi di Jakarta, Rabu (19/3).
Perjuangan ini tentu nggak gampang! Butuh kerja sama yang solid antara KKP, BPOM, dan KEMLU buat ngebuka pintu ekspor ini. KKP sendiri turun tangan lewat Badan Mutu KKP dan Ditjen Perikanan Budidaya buat nyiapin semua dokumen yang diperlukan supaya standar kualitas produk perikanan budidaya Indonesia nggak bisa dibantah lagi.
Sebenernya, Indonesia dan Arab Saudi udah lama punya perjanjian bilateral soal jaminan mutu pangan. BPOM jadi otoritas utama yang bertanggung jawab, sementara KKP jadi eksekutor untuk sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan (SJMKHP). Hingga saat ini, ada 58 perusahaan perikanan Indonesia yang udah terdaftar di SFDA. Tapi sayangnya, produk perikanan budidaya masih harus nunggu approval sebelum bisa masuk ke pasar Saudi.
Nah, kalau ngomongin ekspor produk perikanan Indonesia ke Arab Saudi, yang selama ini laris manis itu cakalang, tuna, dan lemuru dalam bentuk ikan kaleng. Selain itu, ada juga kerupuk udang, kerapu, tenggiri, ikan kakatua, terasi, dan produk lainnya. Tahun 2024 aja, volume ekspor produk perikanan Indonesia ke Arab Saudi udah tembus 22.000 ton dengan nilai mencapai 91 juta USD!
Tapi tenang! Produk perikanan budidaya kayak udang, nila, lele, dan patin sebentar lagi bakal ikut meramaikan pasar Arab Saudi.
Kabar makin seru! Dalam negosiasi terakhir, SFDA menyatakan mereka menerima corrective action yang diajukan Indonesia. Artinya, segala revisi dan penyesuaian standar yang diminta SFDA udah beres! Nggak lama lagi, approval buat produk perikanan budidaya bakal dirilis.
“Kita dapet angin segar dari Saudi! Mereka udah menerima corrective action yang kita ajukan, dan sekarang tinggal nunggu approval resmi dari SFDA buat produk perikanan budidaya,” jelas Ishartini.
Berarti udang, nila, lele, dan patin Indonesia siap bertarung di pasar Arab Saudi! Bukan cuma buat masyarakat Saudi, tapi juga untuk kebutuhan besar kayak jamaah haji dan umroh. Mantap, kan?
Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, dari awal udah berkomitmen buat nge-push produksi perikanan budidaya biar bisa bersaing di pasar global. Bukan cuma soal kuantitas, tapi juga jaminan mutu yang jadi kunci utama supaya produk kita bisa diterima di berbagai negara.
Nggak cuma itu, Indonesia juga terus diversifikasi negara tujuan ekspor, biar nggak cuma bergantung sama satu atau dua negara aja. Strategi ini bikin pasar ekspor perikanan kita makin luas, dan tentu aja memperbesar peluang cuan buat pelaku usaha di sektor ini.
Jadi, buat kalian yang berkecimpung di dunia perikanan budidaya, bersiaplah! Pasar Arab Saudi udah di depan mata, dan produk kita siap mengguncang dunia!.[***]