Pingintau.id – Indonesia sekarang menambah PLTS Terapung yang berlokasi di Jawa Barat dengan kapasitas mampu memproduksi 245 juta kWh energi bersih per tahun.
Untuk lokasi PLTS terapung tersebut terletak di atas Waduk Cirata, Bandung Barat, Jawa Barat.
PLTS yang terbentang di area seluas 200 hektare yang terbangun dalam 13 blok dengan lebih dari 340 ribu solar panel.
PLTS ini mampu memproduksi 245 juta kWh energi bersih per tahun atau setara dengan menerangi lebih dari 50 ribu rumah.
Selain itu pemanfaatan PLTS ini juga akan menekan emisi karbon lebih dari 200 ribu ton per tahun.
“PLTS terapung ini baru menggunakan sekitar 25 persen kapasitas, artinya kita masih bisa tambah sampai 1 gigawatt,” ujar Direktur Utama PT PLN Darmawan Prasodjo seperti dikutip dari laman PLN, belum lama ini.
Saat ini PLN tengah melakukan sejumlah uji coba untuk memastikan listrik yang tersalur dari PLTS berkapasitas 145 MegaWattac (MWac) atau setara dengan 192 MegaWattpeak (MWp) tersebut dapat terdistribusi dengan baik.
PLTS Cirata tersebut dibangun dengan biaya sekira Rp1,7 triliun. Proyek energi terbarukan ini merupakan hasil kolaborasi antara subholding PLN Nusantara Power dengan perusahaan energi asal Uni Emirat Arab (UEA), Masdar. Lewat kolaborasi, proyek ini mampu menyerap lebih dari 1.400 tenaga kerja lokal. Dengan menerapkan teknologi yang canggih, PLTS ini juga turut melahirkan kompetensi baru bagi PLN.
Pihak PLN berharap proyek ini diresmikan Presiden RI Joko Widodo bertepatan dengan Hari Listrik Nasional pada 27 Oktober 2023. Dengan nilai investasi mencapai Rp1,7 triliun, proyek ini mampu menghasilkan pengembalian investasi yang menarik, meningkatkan kepercayaan investor serta sekaligus menjawab tantangan energi bersih.
“Ini juga menjadi bukti bahwa PLN mampu menghadirkan skema kerja sama investasi yang menarik sehingga berhasil mendorong minat investor untuk mengembangkan proyek energi terbarukan di wilayah lain,” ungkap Darmawan Prasodjo.
Dari pengembangan PLTS terapung Cirata ini, PLN akan terus mengembangkan pembangkit listrik yang berbasis energi bersih. Dengan potensi energi bersih mencapai 360 GigaWatt (GW), PLN membuka ruang kerja investasi untuk pengembangan energi bersih di tanah air dalam mewujudkan target net zero emissions (NZE) tahun 2060.
Komitmen pemerintah melaksanakan transisi energi diwujudkan dalam Peraturan Presiden 112/2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik. Perpres tersebut juga mengatur produksi percepatan energi baru terbarukan di Indonesia agar menarik investor menuju investasi hijau.
Tak hanya PLTS di Waduk Cirata, pemerintah juga akan mengoperasikan PLTS Terapung Singkarak di Danau Singkarak, Sumatra Barat dengan kapasitas 50 MWac pada 2025. Sementara PLTS Terapung Saguling di Kabupaten Bandung Barat dengan kapasitas 60 MWac yang diperkirakan akan beroperasi pada 2024. Meski PLTS Terapung Cirata disebut PLTS terapung terbesar se-Asia Tenggara, posisinya bisa digantikan PLTS terapung di Danau Laguna Filipina. PLTS ini berkapasitas 1 GW dan beroperasi pada 2024 atau 2025.
Pengembangan energi terbarukan tidak hanya di Jawa. Pada tahun lalu, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Karimun, Kepulauan Riau, kedatangan investasi di sektor energi baru dan terbarukan, berupa megaproyek pembangkit listrik tenaga surya berkapasitas 3,5 GW. Investasi PLTS itu dilakukan Anantara Energy Holdings Pte Ltd dan Quantum Power Asia.
Kedua perusahaan tersebut telah menandatangani nota kesepahaman dengan Countrywide Hydrogen untuk mengkaji pembangunan PLTS di KEK Karimun. Investasinya mencapai USD6 miliar. Proyek itu juga memiliki tujuan untuk menyediakan energi bersih untuk memenuhi kebutuhan lokal sebelum mengekspor listrik ke Singapura melalui 400 kV kabel bawah laut. Potensi pasar listrik negeri jiran itu tentu sangat potensial.
Proyek PLTS terapung Cirata adalah bagian dari upaya mengejar bauran energi baru terbarukan (EBT) semakin besar dibandingkan pemakaian energi fosil. Pemerintah Indonesia telah menetapkan target bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025. Indonesia menargetkan memiliki kapasitas EBT sebanyak 10,6 GW pembangkit EBT baru pada 2025.
Dari total kapasitas itu, sebanyak 1,4 GW di antaranya merupakan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP), dan 3,1 GW berupa pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Sementara itu, porsi pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTM) 1,1 GW, pembangkit listrik tenaga surya 3,9 GW, pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) 0,5 GW dan pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBio) 0,6 GW.(***)