Pingintau.id, Serang- Kolaborasi yang berkesinambungan untuk penelitian dan pengembangan produk dan aplikasi turunan logam dan timah dilakukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama PT. Timah Indonesia.
Atas dasar itu, ke dua belah pihak sepakat melakukan hilirisasi produk riset timah yang dihasilkan Organisasi Riset Nano Teknologi dan Material (ORNM).
Selain itu, kedua belah pihak memiliki kapasitas dan sumber daya sesuai bidang dan keahlian masing-masing yang berpotensi untuk disinergikan. Melalui sinergi tersebut diharapkan mampu menciptakan nilai tambah bisa dilakukan, baik dalam aspek ekonomi bisnis maupun ilmiah.
Kesepakatan kedua belah pihak ini diwujudkan dengan penandatanganan Letter Of Intent bertempat di Auditorium Multimedia, Gedung Rektorat Kampus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang – Banten, pada Senin (12/12).
Timah merupakan hasil pertambangan Indonesia yang dijadikan komoditas ekspor. Indonesia merupakan negara penghasil bahan baku timah terbesar di dunia setelah Tiongkok.
Selama ini Indonesia mengekspor timah dalam bentuk bahan baku. Namun berdasarkan aturan pemerintah yang baru, ke depannya Indonesia tidak akan mengekspor dalam bentuk bahan baku. Produk hilirisasi diutamakan agar lebih memberikan nilai tambah.
Manfaat timah dalam kehidupan sehari-hari digunakan sebagai lapisan produk pelapis baja untuk alat rumah tangga dan kendaraan, serta produk aluminium foil untuk kemasan makanan dan pelapis kaleng. Selain itu, timah juga digunakan dalam industri listrik, elektronik, otomotif, dan kaca.
Kepala ORNM BRIN Ratno Nuryadi menyampaikan, kerja sama ini sangat strategis karena saat ini timah menjadi material yang sedang naik daun. ”Saat ini timah menjadi topik yang sedang ramai diperbincangkan karena merupakan salah satu mineral strategis dan adanya kebijakan larangan ekspor timah serta turut mendukung UU No. 3/2020 tentang Minerba,” ujarnya.
“Di samping itu Indonesia merupakan negara pemilik 17 % cadangan timah dunia, terbesar kedua setelah Tiongkok (23 %). Semoga kerja sama ini bisa terus dilanjutkan,” harap Ratno.
Senada dengan hal tersebut, Amin Haris Sugiarto, Direktur PT TI, mengutarakan bahwa kerjasama periset dengan dunia industri ini diharapkan akan dapat menciptakan produk produk dengan teknologi yang lebih maju.
’’Saat ini di dunia sudah ada 50 sampai 70 macam produk dengan material timah, namun di PT TI baru terdapat antara 11 sampai 12 produk. Terdapat juga produk yang masih dalam skala pilot plant (uji coba) untuk dapat diterima oleh pasar,” kata Amin.
“Indonesia saat ini menghasilkan sekitar 65 ribu ton timah per tahun. Hanya 25 saja dari total yang bisa diolah di dalam negeri untuk dihilirkan. Diharapkan, dengan kerja sama antara periset, akademisi dengan dunia industri, akan tercipta produk-produk baru yang dapat dipasarkan guna menghadapi persaingan dengan negara kompetitor (China, Thailand, Kongo, Afrika Selatan),” terang Amin.
Pada kesempatan yang sama, juga diselenggarakan Focused Group Discussion (FGD) sebagai kelanjutan acara penandatanganan LoI, dengan tema ‘Membangun Kolaborasi Riset Untuk Mempercepat Hilirisasi Logam Timah, Sebagai Peningkatan Nilai Tambah Sumber Daya Alam Lokal’ dengan menghadirkan delapan narasumber yang berasal dari berbagai institusi antara lain Kemenperin, PT TI, PT Latinusa, Kementerian ESDM, ITB, Untirta, serta BRIN, yang diselenggarakan secara hybrid.[***]