Pingintau.id,Bayuwangi – Program dampingan yang dikembangkan UIN Sunan Ampel Surabaya di masa pandemi terhadap masyarakat Banyuwangi mulai membuahkan hasil. Inisiatif yang menjadi bagian dari program pengabdian masyarakat UIN Sunan Ampel berupa budidaya lobster dan wisata bahari Banyuwangi.
Pendampingan ini dilakukan dengan pendekatan ABCD (Asset Based Community Development) yang menjadi salah satu program warisan University Community Engagement (UCE) kerja sama Kementerian Agama dengan Pemerintah Kanada.
“Program dampingan berupa budidaya lobster kini mampu menghasilkan omset sekitar 300 juta rupiah setiap tiga bulannya,” ungkap Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UIN Sunan Ampel Khoirun Niam saat berbicara pada “The Third Annual Conference on Community Engagement” dengan tema “Memperkuat Resiliensi Masyarakat di Era Pandemi,”, Jumat (22/7/2022). Acara ini berlangsung di Banyuwangi, 20-22 Juli 2022.
Hadir, Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani Azwar Anas, Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan, I Nyoman Radiarta, Koordinator Subdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Diktis, Suwendi, unsur LPPM UIN Sunan Ampel, dan sejumlah panelis dari berbagai perguruan tinggi keagamaan Islam.
“Saat ini, kami memiliki 20 keramba yang setiap keramba sekali panen menghasilkan sekitar 30 Kg lobster dengan harga jual perkilonya antara 450 ribu hingga 500 ribu. Masa panen biasanya sekitar tiga bulan,” ungkap Khoirun Niam.
LPPM UIN Sunan Ampel Surabaya melakukan pendampingan aktif dan pemberdayaan masyarakat di kawasan wisata Pantai Grand Watu Dodol (GWD) Banyuwangi. Bersama Tim UCE UINSA, yang diketuai Moch. Irfan Hadi, dilakukan pemberdayaan dengan metode pendekatan alternatif usaha perikanan melalui budidaya lobster laut. Upaya ini dilakukan bekerja sama dengan Balai Penyuluhan dan Pelatihan Perikanan (BP3) Banyuwangi serta rehabilitasi terumbu karang. Ikut terlibat juga, generasi penerus muda yang tergabung dalam Banyuwangi Coral Rescue (BCR).
Menurut Khoirun Niam, UIN Sunan Ampel dan Balai Penyuluhan dan Pelatihan Perikanan (BP3) serta masyarakat kawasan wisata Pantai Grand Watu Dodol (GWD) Banyuwangi menginisiasi program budidaya lobster laut menggunakan inovasi keramba dasar. Proses penyusunan program bersama masyarakat dilakukan pada awal masa pandemi dan terlaksana dengan pendampingan selama tiga tahun berjalan hingga kini.
“Program ini merupakan warisan dari Kepala Pusat Pengabdian kepada Masyarakat, Rubaidi, yang kuat dengan pendekatan ABCD-nya, terutama dimulai di masa pandemi covid-19,” ujar Khoirun Niam.
Lebih dari itu, UIN Sunan Ampel juga melakukan upaya rehabilitasi lingkungan laut dengan perbaikan ekosistem terumbu karang. UIN Sunan Ampel dan Banyuwangi Coral Rescue (BCR) serta masyarakat bersama-sama berupaya meningkatkan kualitas lingkungan ekosistem terumbu karang yang tidak hanya sebagai upaya konservasi lingkungan, tetapi juga memperkuat daya tarik wisata bawah air yang menjadi poin bisnis utama Pantai Grand Watu Dodol (GWD) .
Tim University Community Engagement (UCE) UIN Sunan Ampel, lanjut Khoirun Niam, juga melakukan pendampingan promosi dan publikasi Pantai Grand Watu Dodol (GWD) dengan blasting media, baik website, media sosial, hingga peliputan televisi. Hal ini berdampak pada Popularitas Pantai Grand Watu Dodol (GWD) pada skala nasional pascapandemi.
“Tim Inisiasi UCE UINSA di Pantai GWD Banyuwangi ini meng-influence beberapa Perguruan Tinggi lain dalam melakukan penelitian pengembangan berbasis kemasyarakatan di Banyuwangi, di antaranya seperti Universitas Brawijaya, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Airlangga. Riset pengembangan banyak berkonsentrasi pada budidaya lobster dan kesehatan lingkungan laut,” ungkap Khoirun Niam.
Koordinator Subdit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Diktis, Suwendi, mengapresiasi inovasi dan kontribusi nyata program pengabdian kepada masyarakat yang dikembangkan UIN Sunan Ampel Surabaya. “Ini membuktikan bahwa program-program pendampingan masyarakat di lingkungan perguruan tinggi keagamaan memiliki temuan dan inovasi yang beragam. Tidak hanya pada pembinaan keagamaan saja, juga membangun kesadaran bersama bagaimana potensi atau aset yang ada di sekitar masyarakat tetapi dapat dikembangkan dan diaktualisasikan sehingga menjadi bagian penting dalam membangun ketahanan masyarakat dalam menghadapi wabah pandemi ini,” ujar Suwendi.
Dalam kondisi pandemi, potensi dan aset yang demikian tinggi biasanya dapat tereksplorasi dengan maksimal. “Di saat genting, kemampuan dan kecerdasan yang tidak terduga-duga biasanya keluar sebagai langkah solutif. Maka, ada pepatah bertahan masa pandemi, ia akan sukses pasca pandemi,” tutupnya.[***]